Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rebutan Kulit, Lupa Isi

25 Desember 2016   02:11 Diperbarui: 25 Desember 2016   03:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sang Pencipta itu hanya satu, dan semua ciptaannya (: makhluk) yang beragam hanyalah emanasi (pancaran) dari diriNya. Persaksian (: Syahadat) islam secara jelas mengajarkan hal itu: "Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah". Dalam bahasa arab ditulis "لااله الا الله".  

‎لا: linafyi aljins, yang bermakna meniadakan apapun اله, yang diciptakan, selain الله, sang Pencipta. Jika kita kembalikan kepada hadist qudsi tentang keinginan sang Pencipta untuk dikenal, maka syahadat (persaksian) itu harus dimaknai: "tidak ada apapun, selain Pencipta". Dan begitulah hakikat keberadaan yang diciptakan"di hadapan sang Pencipta.

Makhluk (ciptaan) sangat banyak dan sangat beragam, tetapi hakikatnya satu. Karena yang ada ini pastilah dari Yang Ada juga, tidak mungkin dari yang tiada. Ilmuan alam mengatakan perubahan wujud (silakan baca: hukum kekekalan energi, juga teori/hukum fisika modern tentang quantum).

Dalam alQuran secara tersirat juga dapat dipahami bahwa semua makhluk hanyalah emanasi dari Penciptanya. "Aku Tiupkan..."

Pemahaman seperti di atas mendapat pembenaran secara langsung dari firman di dalam alQuran 50:16. Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."

Melalui ayat di atas, Sang pencipta sendiri yang memberitahu manusia bahwa Dia lebih dekat dari urat leher yang diciptakan. Tegasnya, Sang Pencipta dengan yang diciptakan tidak berjarak sedikitpun, seperti manusia dan urat lehernya.

Dalam sejarah umat manusia, Sang Pencipta yang satu itu dikenal dengan banyak sebutan. Agama islam, melalui hadist Nabi saw mengajarkan bahwa Sang Pencipta memiliki seratus nama. Dan umat islam boleh menyebut atau memanggilNya dengan salah satu dari yang seratus nama itu ketika berharap agar permintaan yang diucapkan terkabul.

Adapun agama dan kepercayaan selain islam menyebut atau memangginya Sang Pencipta dengan istilah yang beragam. Agama yahudi menyebutnya Yahweh (YWH), agama kristen menyebutnya Tuhan Bapa (yang mewujud dalam Yesus melalui Ruh Qudus), agama jawa menyebutnya Hyang (sampai sekarang masih digunakan untuk shalat, yakni sembahyang: menyembah Sang Pencipta, Hyang), dlsb...

Adapun islam yang diturunkan di negeri Arab, menyebut Sang Pencipta dengan sebutan atau istilah yang sudah lama digunakan masyarakat Arab, yakni الله (Allah). Secara bahasa kata الله adalah bentuk isim ma'rifah (kata benda tertentu) dari اله. Kata اللهً sudah digunakan oleh masyarakat Arab untuk menyebut atau memanggil Sang Pencipta sebelum kedatangan islam.

AlQuran 29:61 menginformasikan hal itu dengan jelas: "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)."

Sebutan Allah untuk Sang Pencipta itu sampai sekarang masih menjadi milik masyarakat Arab atau yang terarabkan. Walaupun tidak semua orang Arab dan yang terarabkan itu beragama islam, namun mereka tetap juga menggunakan kata Allah untuk menyebut Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun