Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Asyik Juga Mendiskusikan Program Investasi Sedekah

18 Maret 2013   21:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:32 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inti dari kisah sufi diatas, telah menjadi cri dan sifat khas mereka: tidak butuh dunia. Karena dunia adalah racun yang,pahit bagi mereka. Mereka mengambil bagiannya hanya sebatas keperluan untuk beribadah. Seperti Rabi'ah al-Adwiyah yang menolak lamaran setiap laki-laki, termasuk Hasan al-basyri. Bukan karena dia sombong atau memilih, tapi karena kecintaan dan kerinduan kepada Tuhannya telah mengalahkan dan menafikan keberadaan dunia serta isinya. Rasa rindu dan cinta yang begitu dalam kepada Tuhan hanya bisa dirasakan oleh pelaku spritual yang sudah sampai di maqam tersebut.

Banyak tokoh sufi yang mengalami peristiwa teofanik yang sama dengan Rabi'ah dan tokoh dalam kisah di atas, seperti al-halllaj, Ibnu Arabi dan -di Indonesia- Syaikh Siti Jenar. Semua tokoh sufi yang kita sebutkan itu memilih kematian daripada dunia dan seisinya. Karena bagi mereka hidup di dunia inilah  yang menghalangi kebersamaan dengan Tuhan secara penuh dan utuh.

Bagaimana dengan kita? Seandainya kita sudah sampai seperti mereka, tentunya Program Investasi Sedekah (PIS) tidak ada gunanya, karena itu hanyalah permainan duniawi yang akan memberatkan kebersamaan dengan Tuhan.

Namun, apabila kita belum sampai ke maqam mereka, apakah kita akan bergaya dan berpola hidup seperti mereka? Menurut saya, sebaiknya kita berbuat sesuai dengan maqam kita. Ketika dunia masih nikmat kita rasakan, ketika pasangan hidup masih dibutuhkan dan sangat menyenangkan, lebih bijaksana apabila kita jujur menikmati dunia yang diciptakan oleh Tuhan untuk kita. Tentunya dengan niat untuk menjalankan perintah Tuhan dan meneladani Nabi. Sebagaimana Nabi juga beristeri dan tetap bekerja untuk hal-hal yang duniawi. Namun semua itu dilakukan dalam rangka beribadah kepada Tuhan. Kita jalani kehidupan duniawi yang memang masih manis bagi kita dengan pemaknaan ilahiyah sehingga bernilai ibadah. Seperti yang disabdakan Nabi: Dunia adalah tempat menabur benih untuk dinikmati di akhirat kelak.

Ketika para sufi yang sudah sampai, hanya mengisi kehidupannya dengan beribadah dan berzikir, karena hal itu merupakan kenikmatan baginya, maka kita jalani kehidupan dunia dengan beribadah dan bekerja secara normal, karena itu nikmat bagi kita.

Semuanya benar dan tidak ada yang salah. Para sufi menjalani hidupnya dengan sesuatu yang menyenagkan hati dan pikirannya, kita juga menjalani kehidupan kita dengan sesuatu yang menyenangkan hidup kita. Yang membedakan adalah bentuk kesenangan para ahli sufi dan manusia kebanyakan seperti kita

Artinya, kita tidak akan mampu mengukur kehidupan sufi dengan paradigma kita, sebagaimana juga para sufi tidak mahu peduli dengan kehidupan yang kita jalani,

Yang salah adalah, ketika manusia biasa, yang masih menikmati kehidupan dunia tapi berparadigma kaum sufi yang maqamnya sudah sampai. Kalau dibuat analogi sederhana, seumpama kita mengukur panjang jalan dengan menggunakan timbangan beras. Ya tidak pernah ketemu.

Jadi Program Investasi Sedekah ini dibuat untuk manusia yang masih enak makan, berkeluarga dan tidur. Untuk memenuhi kehidupan dunia agar bernilai ibadah, maka kita dianjurkan untuk saling membantu dan menolong kepada sesama makhluk. Dalam bahasa agama dikenal dengan sedekah.

Sedekah itu ada yang wajib dan sunnah atau anjuran. Yang wajib adalah zakat yang prosedur dan tatacaranya sudah diatur sedemikian baik oleh para ulama. Kita tidak akan membicarakan tentang zakat di tulisan ini. Sedangkan yang sunnah atau anjuran sifatnya tidak mengikat. Tidak ada prosedur dan aturan yang mengikat. Pada yang sedekah anjuran inilah kita dapat lakukan melalui Program Investasi Sedekah (PIS)

Prosedur dan tatacara pelaksanaan sedekah model PIS ini memenuhi unaur kerahasiaan, kalau memang anda menginginkan itu. Dalil yang sering kita dengar "tangan kanan memberi tangan kiri tidak tahu". Karena bersedekah melalui program PIS ini yang tahu hanyalah dirinya dan Tuhan. Yang memberi tidak menjadi sombong, karena tidak saling bertatap muka dan jumlahnya juga tidak seberapa besar, sedangkan yang menerima juga tidak terhina dan kecil hati, karena tidak diketahui oleh siapapun, kecuali dirinya dan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun