Mulai 2024, Indonesia Hanya Pakai Waktu Indonesia Tengah, begitu salah satu judul artikel di Kompasiana tanggal 1 September 2019. Setelah membaca secara utuh, salah satu alasannya adalah untuk kepentingan bisnis atau ekonomi.Â
Asumsi penulis artikel tersebut di antaranya yakni dengan perbedaan waktu satu jam saja bisa mempengaruhi bisnis sehingga penggunaan satu waktu akan lebih menguntungkan. Apalagi waktu adalah uang, imbuhnya.Â
Namun, menurut saya letak permasalahannya bukan pada menjadikannya waktu Indonesia menjadi Waktu Indonesia Tengah saja, apalagi dikaitkan dengan pindahnya Ibukota Negara ke Kalimantan Timur. Tidak ada kaitannya. Memang benar, bahwa kelak ketika ibukota pindah ke Kalimantan Timur, ibukota akan menggunakan waktu Indonesia Tengah, tetapi tidak berarti Indonesia akan menggunakan Waktu Indonesia Tengah saja.
Mari kita mengingat kembali pelajaran IPS khususnya geografi. Mungkin kita pernah mendengar pertanyaan: "Mengapa Indonesia dibagi menjadi 3 wilayah waktu, yakni Waktu Indonesia Timur (WIT), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Barat (WIB)?"
Jawabannya karena setiap 15° garis bujur sama dengan satu jam. Dari mana angka 15°? Ingat, bumi berbentuk bulat dan memiliki 360°. Adapun bumi berputar pada porosnya atau rotasi dalam satu hari (siang dan malam) selama 24 jam. Jadi, 360° = 24 jam = 15°. Artinya setiap 15° = 1 jam. Lalu, mengapa Indonesia dibagi 3 waktu bukan 1 waktu saja?Â
Ingat letak astronomis Indonesia? Yaitu 6° LU - 11°LS dan 95° BT - 141° BT. Kita abaikan letak lintang karena letak berdasarkan garis lintang pengaruhnya terhadap iklim. Adapun letak berdasarkan garis bujur akan mempengaruhi pembagian waktu.Â
Jika dilihat berdasarkan letak bujur Indonesia jelas terlihat panjang letak bujur Indonesia dari Timur ke Barat sepanjang 46°. Ini diambil dari selisih 141°-95° =46°. Adapun setiap 15° = 1 jam. Jadi, untuk Indonesia yang memiliki panjang bujur 46° : 15° = 3 (pembulatan). Maka Indonesia dibagi menjadi 3 wilayah waktu.Â
Jadi, sebenarnya pembagian wilayah waktu Indonesia tidak ada kaitannya dengan kepentingan ekonomi apalagi kepentingan politik. Ini hanya soal begitu panjangnya wilayah Indonesia dari Merauke sampai Sabang. Kalaupun ada selisih jam antara waktu Indonesia Barat, Tengah, dan Timur itu hal yang wajar karena adanya gerak semu harian matahari.