Mohon tunggu...
semutmerah
semutmerah Mohon Tunggu... Psikolog - Bukan untuk dikritisi, tapi untuk direfleksikan

Serius tapi Santai | Psychedelic/Progressive/Experimental | Memayu Hayuning Bawana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malahayati

10 Mei 2021   11:45 Diperbarui: 10 Mei 2021   12:12 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sontak kaget dengan kalimat terakhirnya, sepertinya ia marah karena aku tidak mencerna perkataannya."Kaya gini terus gimana, Mala tersayang? kaya gimana?" tanyaku. Langsung saja kuputar lagu berlirik "Semua karena cinta ku menangis, semua karena cinta ku tertawa".

"Ya kaya sekarang ini! Kamu datang cuma bikin kesel emosi dan marah. Nanti abis itu hilang lagi tanpa kabar. Tapi semakin aku emosi semakin juga aku rindu dan kangen sama kamu. Kamu pantas aku omelin, tapi semakin aku omelin semakin juga kamu membayang di pikiranku. Kenapa sih kamu kaya gini terus, mas?"

"Kamu jangan berlebihan deh ahhh. Mas ga cuka yaaaa kamu berlebihan. Mas gak cuu..kaaa." Ujarku coba meredam emosi Mala yang terkadang bikin aku tertawa.

"Kamu jahat, mas! Memberi harapan palsu ke siapa saja. Kamu gak mikirin perasaan aku. Sekarang kamu disini, besok disana. Sekarang kamu disana, besok disini. Aku bukan tempat persinggahan yang bisa kamu singgahi kapan saja dan bebas keluar masuk. Tidak, Mas."

"Kamu itu Malahayati, Kekasihku. Bukan hotel apalagi penginapan tempat bersinggah. Lalu, jahat dibagian mananya, Malaku?" aku coba mengiyakan ritme emosinya, tak ingin menyanggah apalagi berseteru membela diri. Tidak.

"Kamu ini manusia atau bukan sih, mas!! Kok dari tadi ga peka-peka. Sikapmu, caramu, pikiranmu, bikin aku cemburu terus menerus, mas! Aku emosi dan kesel aja, kamu masih mau berusaha nyamanin aku. Aku cemburu mas, cemburu!! Kenapa? Sama aku aja yang begini, kamu masih bisa ngadepinnya. Pasti kamu ke temen-temen kamu yang cewek, juga demikian, dan itu yang bikin aku cemburu, yang bikin aku kepikiran. Aku gamau mereka nyaman dengan sikap kamu, mas! Mungkin mereka hanya teman bagi kamu, tapi bagi mereka kamu pasti spesial mas!! Aku gamau!!" jawabnya dengan nada serius. Kali ini banyak tanda seru pada pesannya.

Sejenak aku diam, tak cepat membalas, agar Mala tenang dulu, memberi jeda padanya untuk rehat dan rileks. Aku teringat kisah wayang dalam Ramayana, tentang perjuangan Rahwana dalam merebut Shinta dari Rama; Rahwana dimabuk asmara, dimabuk cinta, cinta buta, cinta yang tak kenal lelah dan perjuangan, cinta yang tak kenal keputusasaan, cinta yang tak kenal bahaya, Rahwana tak peduli siapa dirinya dan siapa yang akan ia lawan, ia larut tenggelam dalam samudera cinta seperti semut yang tenggelam dan larut dalam lautan madu. Aku diam, ku putar lagu berlirik "Bawalah diri ini ke alam cinta nan abadi, sambutlah kekasih".

Lagu berputar dan hening masih terasa. Dalam kosong terlintas perkataan lama, "Pohon menaungi apa saja dan dimana saja, memberi manfaat pada sekitarnya tanpa kenal pamrih; daun buah bunga tangkai batang akar kulit dan semuanya, ia menjadi kebaikan bagi yang membutuhkan. Ia tidak bisa untuk tidak menjadi kebaikan, karena memang sudah menjadi jalan hidupnya untuk memberi kehidupan pada sekitarnya. Memayu Hayuning Bawana."

"Mala, Malahayati, Perempuan yang mas tak pernah bosan untuk merindukan, mengganggumu, mencandaimu, tidak ada alasan bagimu untuk tidak cemburu pada kekasihmu, tidak ada alasan bagimu untuk tidak kuatir saat perempuan lain nyaman dengan perilaku kekasihmu, tidak ada kewajiban bagimu untuk tidak menyadarkan kekasihmu, karena itu semua caramu mengekspresikan betapa cintanya kamu pada kekasihmu." Jawabku membalas pesannya.

"Terkadang, ada masa dimana kamu harus menjadi air yang tercurahkan, mengalir kemana saja, menemui apa saja, kapan saja, lalu membasahi apapun yang kamu temui sehingga dingin dan mereka merasa nyaman, menghilangan kegersangan pada apa saja yang merasa kekeringan, bak air hujan dan air sungai yang menghidupi apa saja yang ia temui. Jauh sebelum kamu kenal dan berhubungan dengan mas, siapapun itu dan dimanapun itu, selalu mas asikin dan mas hibur, sayang. Teman, sahabat, orang tak dikenal, bahkan yang memusuhi mas pun selalu mas hibur mas akrabi."

"Dan terkadang, ada masa dimana kamu harus menjadi api, sayang. Bukan emosi atau amarah. Melainkan, mereka yang putus asa dan kecewa, letih lesu dan tak semangat menggapai mimpinya atas ujian dan tantangan kehidupan yang begitu banyak, kamu harus menjadi api bagi mereka. Menghangatkan mereka, menyalakan api semangat mereka seperti kamu menaikan api semangatmu, menjaga api cinta mereka terhadap keluarga yang mereka cintai yang ingin mereka bahagiakan dengan segenap perjuangan mereka, melindungi api cinta mereka dari hal-hal yang ingin mematikan semangat cinta mereka, dan kamu harus berbagi api tiada redup yang kamu miliki kepada mereka yang benar-benar membutuhkan dalam menikmati manis pahit kehidupan, sayang. Mas yakin kamu paham dengan air dan api diatas. Mau gamau, kamu harus memahaminya, Malahayati, kasihku yang tak pernah kukurangi rasa sayangku pada mu." Ujar ku padanya, menyambung pesan sebelumnya. Ku harap ia memahaminya dulu, baru membalasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun