Mohon tunggu...
Maryati
Maryati Mohon Tunggu... Lainnya - Selalu optimis dan menebar kebaikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ibu dari 4 orang anak, sebagai sinden dan pemandu "Upacara Adat Sunda" di Kepri. Pernah menjadi guru les/privat di rumah sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Alam Kubur, dari Ayah untuk Diriku

14 Desember 2020   07:03 Diperbarui: 14 Desember 2020   08:03 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Part 3 

Mulai dari pesan sebelumnya, aku merasa bahwa diriku ini adalah seperti orang aneh yang mungkin hanya bisa ditertawai oleh banyak orang. Tapi apa yang harus aku perbuat pada mereka? Apakah aku harus diam seribu bahasa? Oh tentu tidak? Karena hal ini akan bertolak belakang dengan hati nuraniku yang sesungguhnya.

Biasanya, jika hati kecilku yang paling dalam menyuarakan sesuatu yang tidak akan merugikan orang lain, itu pertanda bahwa hal tersebut mengandung makna "Kebenaran."

Walau kadang kebenaran itu tidak selalu dihargai. Mungkin juga tidak dihargai karena tidak masuk logika. Kadang sebagian besar orang menganggap mimpi itu hanya sebagai bunga tidur saja.

+++

Ayahku meninggal setelah aku dua minggu mudik ke kampung halaman. Saat itu aku sedang hamil muda, yang mungkin kurang fokus untuk merawatnya. Aku berencana kembali ke pangkuan suami dan anak-anak setelah Ayahku kembali ke rumah. Akhirnya beliau sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Ayah sudah bisa ngomong dan bercerita padaku, beliau juga sudah bisa makan dan minum walau hanya beberapa suap saja.

Suamiku telah membelikan tiket untukku dengan Nomor xxx yang nantinya di tukar di Bandara Husen Sastra Negara. Tepat hari Sabtu aku akan kembali ke Batam.

Entah apa sebabnya, mengapa aku tidak berani ngomong pada ayahku tentang keberangkatanku itu? Ku hanya terdiam saja, padahal besok Sabtu aku sudah harus pulang lagi ke Batam.

Ternyata rencana Allah SWT sungguh tidak bisa kita duga. Bibirku tidak bisa bicara, hanya air matalah yang bisa mewakili untuk bicara. Ayahku telah tiada, tepat di hari Jum'at  siang sebelum dzuhur.

Kini aku kembali ke Batam tepat di bulan Puasa, setelah mengurus dan mengikuti acara kirim do'a bersama hingga hari keenam saja. Itu pun dikarenakan anak-anakku yang memintaku untuk cepat-cepat pulang dan juga terbatasnya tiket pesawat dari Bandung menuju Batam.
Kehilangan sosok Ayah memang sangat memilukan, tapi aku harus bisa untuk tegar menghadapinya. Waktu pun berlalu sangat cepat, hitungan malam keempat puluh hari pun berlalu.

Di suatu malam, aku tengah bermimpi berjumpa dengan Ayah. Sepertinya Ayahku ingin minta pertolongan padaku. Aku sungguh tidak mengerti apa arti mimpiku itu? Keesokan harinya ternyata mimpiku masih berlanjut, dan aku pun mulai paham apa pesan Ayahku itu! Ternyata ayahku merasa kedinginan, tapi sebab kedinginannya ayahku tidak bilang. Beliau hanya memintaku untuk menolongnya. Tapi mengapa harus padaku? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun