Mohon tunggu...
Marwan Djalim
Marwan Djalim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

YNTKTS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemikiran Rumi tentang Cinta: Mencapai Kesatuan dengan Tuhan melalui Kasih yang Dinamis dan Mistik

9 April 2023   04:19 Diperbarui: 9 April 2023   06:18 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rumi adalah seorang penyair, filosof, dan sufi Persia abad ke-13 yang terkenal karena karyanya tentang cinta dan spiritualitas. Pemikirannya tentang cinta mengajarkan bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang mengarahkan kita pada kesatuan dengan Tuhan. Menurut Rumi, cinta adalah sebuah perjalanan menuju kebenaran yang hakiki. Cinta adalah jalan untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan dan merasakan keberadaan-Nya yang ada di dalam diri kita sendiri. Rumi mengajarkan bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang tidak bersyarat, tanpa harapan untuk mendapat imbalan atau keuntungan apapun. Cinta juga harus dinamis dan mistik. Cinta yang dinamis mencakup perjuangan untuk memperbaiki diri sendiri dan memahami kebenaran hakiki. Sementara cinta yang mistik mengajarkan bahwa kita harus mencari pengalaman langsung dengan Tuhan, melalui meditasi dan pengalaman spiritual.

Rumi juga mengajarkan bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang tidak hanya mengarahkan kita pada kesatuan dengan Tuhan, tetapi juga pada kesatuan dengan sesama manusia. Dia mengajarkan bahwa cinta sejati melibatkan kasih sayang, belas kasih, dan kerendahan hati, dan bahwa orang yang memiliki cinta yang sejati tidak akan menilai atau membedakan orang lain berdasarkan latar belakang, agama, atau jenis kelamin. Pemikiran Rumi tentang cinta juga mengajarkan bahwa cinta tidak hanya terjadi antara manusia dan Tuhan, tetapi juga antara manusia dan alam semesta. Rumi mengajarkan bahwa alam semesta juga adalah bukti kasih sayang Tuhan, dan bahwa kita harus memperlakukan alam semesta dengan penuh cinta dan hormat. Bahwah untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui cinta, kita harus memperbaiki diri sendiri dan mengembangkan kesadaran spiritual. Hal ini melibatkan mengubah pola pikir dan perilaku yang negatif, dan mengembangkan kebijaksanaan dan kebijaksanaan dalam segala hal yang kita lakukan.

Rumi juga menekankan pentingnya memperkuat hubungan dengan Tuhan melalui zikir, doa, dan meditasi. Dia mengajarkan bahwa melalui praktik-praktik ini, kita dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita dan merasakan cinta-Nya yang menyeluruh. Selain itu, dalam pemikiran Rumi, cinta juga harus menjadi motivasi bagi kita untuk bertindak dan melakukan kebaikan di dunia. Cinta sejati mengajarkan kita untuk merangkul perbedaan dan mencari persamaan, untuk memperlakukan semua orang dengan keadilan dan belas kasihan. Cinta sejati juga melibatkan kebebasan, di mana kita tidak merasa terikat oleh apa pun kecuali kasih sayang itu sendiri.

Dalam karya-karyanya, Rumi sering menggunakan metafora cinta sebagai "panggilan" atau "jeritan" dari Tuhan untuk manusia. Dia mengajarkan bahwa cinta adalah jalan menuju Tuhan, dan bahwa kecintaan terhadap Tuhan juga harus diwujudkan dalam cinta terhadap sesama manusia. Pemikiran Rumi tentang cinta menjadi sangat populer di Barat, terutama pada abad ke-20, ketika karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipromosikan oleh para penyair dan penulis Barat seperti Robert Bly, Coleman Barks, dan Andrew Harvey. Saat ini, karya-karya Rumi masih sangat dihargai dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia, terutama bagi mereka yang mencari pengalaman spiritual yang lebih dalam dan berarti.

Namun, pemikiran Rumi tentang cinta juga mengundang kontroversi dan kritik, terutama dalam konteks budaya Barat yang sangat berbeda dengan konteks budaya aslinya. Beberapa kritikus menganggap bahwa pemikiran Rumi yang sangat terfokus pada cinta dan kesatuan dengan Tuhan tidak memperhitungkan realitas kehidupan manusia yang penuh dengan penderitaan dan ketidakadilan, atau bahwa pandangannya yang mistik dan metafisik terlalu jauh dari realitas kehidupan sehari-hari.

Namun, banyak penggemar dan pengikut pemikiran Rumi menyatakan bahwa keindahan dan daya tarik karya-karyanya terletak pada kemampuannya untuk menyampaikan makna yang sangat mendalam dan universal melalui bahasa metaforis yang indah dan mudah dicerna. Pemikiran Rumi tentang cinta dapat menginspirasi manusia untuk merangkul kasih sayang, kebijaksanaan, dan keindahan dalam hidup mereka, dan untuk mengejar pengalaman spiritual yang lebih dalam dan bermakna.

Untuk menambah pemahaman, kita juga dapat melihat bagaimana pemikiran Rumi tentang cinta tercermin dalam puisi-puisinya. Puisi-puisi Rumi sangat terkenal dan dianggap sebagai karya sastra yang sangat indah dan bermakna. Beberapa puisi Rumi yang paling terkenal, seperti "The Guest House", "The Essential Rumi", dan "The Masnavi", mengekspresikan pemikirannya tentang cinta, kesatuan dengan Tuhan, dan kebijaksanaan dalam bahasa metaforis yang kaya dan indah.

Contohnya, dalam puisi "The Guest House", Rumi mengajarkan tentang pentingnya merangkul semua emosi dan pengalaman dalam hidup sebagai tamu yang harus disambut dengan baik, termasuk kesedihan, kecemasan, dan kegembiraan. Puisi ini juga menekankan bahwa Tuhan hadir dalam setiap pengalaman hidup kita, dan bahwa cinta dan kesatuan dengan Tuhan dapat ditemukan dalam setiap momen.

Puisi Rumi yang lain, seperti "The Essential Rumi", mengajarkan tentang keindahan cinta universal yang merangkul semua makhluk, serta tentang pentingnya membebaskan diri dari halangan dan keserakahan untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan. Puisi-puisi Rumi juga sering kali menekankan pentingnya mencari kebijaksanaan dan belajar dari pengalaman hidup, serta menghargai keindahan alam dan kecantikan dunia.

Puisi-puisi Rumi juga menunjukkan betapa pentingnya cinta dan kasih sayang dalam hidup manusia, dan bagaimana cinta yang dinamis dan universal dapat membawa manusia ke arah kesatuan dengan Tuhan. Puisi-puisi ini juga mengajarkan bahwa kesatuan dengan Tuhan tidak hanya dapat dicapai melalui peribadatan atau puasa, tetapi juga melalui cinta dan pengalaman kehidupan sehari-hari.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pemikiran Rumi tentang cinta juga menghadapi kritik dan kontroversi. Beberapa kritikus menganggap bahwa pemikiran Rumi terlalu fokus pada aspek-aspek positif dari cinta dan kesatuan dengan Tuhan, dan tidak mempertimbangkan keberadaan penderitaan dan ketidakadilan di dunia. Selain itu, pandangan mistik Rumi juga terkadang dipandang terlalu jauh dari realitas kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun