Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rasa (21) Gejolak

22 Januari 2021   16:40 Diperbarui: 22 Januari 2021   16:46 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Fahri menyeruput teh mencoba menghilangkan kekakuannya. Untuk beberapa saat suasana hening, ditariknya napas panjang. Sambil memperbaiki posisi duduknya dia pun berucap.
"Maaf, saya tidak bermaksud apa-apa. Saat itu saya tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan pak Sukri tentang biaya rumah sakit. Saya langsung membayar semua tagihan rumah sakit, tanpa bertanya terlebih dahulu kepada kalian, saya khawatir kalian tersinggung." Kembali dia menyeruput tehnya.
"Saya pikir uang ini tidak sebanding dengan apa yang sudah kamu lakukan pada keluargaku dulu, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih kami,"
"Maaf, kami memang orang miskin, namun kami tidak suka dikasihani. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pak dokter tapi insyaallah dana yang sudah pak dokter keluarkan itu akan saya cicil sedikit demi sedikit." Ungkap Aisyah.

Awalnya Fadli menolak, baginya semua yang dia lakukan itu ikhlas dan tidak perlu dikembalikan. Tapi Aisyah tetap saja bersi keras akan mengembalikan uang itu sedikit demi sedikit.  Dia tidak ingin berhutang jasa pada siapa pun. Lelaki itu pun menerima alasan Aisyah dengan memberi kelonggaran. Pengembaliannya sejumlah kemampuan keluarga Aisyah tanpa harus dipaksakan.

Ada rasa lega di hati Aisyah setelah dia bertemu dengan orang yang membantu biaya pengobatannya. Kecanggungan masih terasa diantara mereka. Sesekali terlihat senyum merekah di wajah keduanya. Tanpa terasa cahaya matahari sudah redup saat dokter Fadli pamit pulang. Tak lupa lelaki itu memberi kode akan menghubunginya lagi nanti.

Minggu demi Minggu berlalu, bulan demi bulan terlewati. Pertemuan demi pertemuan mereka jalani membuat kedua insan ini terlihat semakin akrab.  Bagi Aisyah ada hal yang  tidak dapat dipungkiri tentang Fadli. Pria itu memiliki karisma yang sulit untuk di tepis, seakan ada Magnit kuat menyelimuti, membuat siapa saja yang melihatnya ingin terus memandang wajahnya. Lelaki itu dipenuhi oleh daya tarik yang sulit diterjemahkan dalam kata-kata, pesonanya terlalu kuat, wajahnya tampan tak berlebih. Kumis tipis bertengker di atas bibirnya yang tipis menambah kesan kedewasaan.

Kebaikan itu memang selalu menang dan selalu bisa menjadi jalan untuk merubah seseorang. Allah maha baik, kita tidak pernah tahu rahasia Allah untuk setiap mahluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun