Mohon tunggu...
Marwan
Marwan Mohon Tunggu... Penulis - Analis sosial dan politik

Pembelajar abadi yang pernah belajar di FISIP.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berebut Jokowi

7 April 2023   15:53 Diperbarui: 7 April 2023   15:56 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: medcom.id/Kautsar Widya

Koalisi besar semakin menggaung menjelang kompetisi Pemilihan Presiden (pilpres) 2024 nanti. Beberapa partai mengatakan setuju dengan pembentukan koalisi ini. 

Wacana tentang koalisi ini kemudian semakin bergema ketika buka puasa bersama beberapa partai politik diadakan di Kantor PAN dan Jokowi ikut hadir di acara itu. 

Kehadiran Jokowi sebagai tanda koalisi ini direstui. Apalagi yang ikut bergabung adalah partai-partai pendukung pemerintah, minus PDIP.

"Ekor Jas" Jokowi

Hal yang menarik adalah nama Jokowi selalu terbawa terutama dalam perolehan restu. Saat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP, dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang terdiri dari Gerindra dan PKB membentuk koalisinya masing-masing, Jokowi selalu merestui. 

Ini berbeda dengan Koalisi Perubahan untuk Perbaikan (KPP) yang beranggotakan PKS, Nasdem, dan Demokrat yang sekarang dianggap tidak sejalan dengan pemerintahan, walaupun Nasdem masih dalam pemerintahan.

Tentunya, ada sesuatu pada Jokowi. Jokowi sejauh ini, menurut hasil survei, memiliki tingkat kepuasan kinerja yang cukup besar. Di sinilah daya tarik Jokowi. Mereka ingin mengambil efek "ekor jas", sebuah terminologi yang digunakan untuk mendapatkan efek positif dari tokoh yang diikuti. 

Setidaknya dapat diartikan, pihak yang disukai Jokowi akan disukai juga oleh para pendukung/pemilih Jokowi. Selain itu, daya tarik tersendiri adalah Jokowi sebagai Pemerintah yang berkuasa yang memiliki kekuatan politik yang besar.

Golkar Aktor Utama

Jika dilihat dengan seksama, Golkar menjadikan dirinya sebagai trend center. Golkar sadar betul, walaupun partai berlambang pohon beringin ini telah membentuk Koalisi KIB bersama PAN dan PPP, namun mereka belum punya capres yang potensial. 

Tidak ada kader dari salah satu partai di KIB yang menonjol berdasarkan hasil survei. Jadi mereka harus realistis. Harus mencari kader lain yang bersedia jadi Capresnya. Kalau tidak ada yang bersedia maka mau tidak mau, mereka harus bergabung pada koalisi lain yang sudah memiliki Capres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun