Mohon tunggu...
Martua Intan
Martua Intan Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati Lingkungan Hidup

Dilahirkan di Pontianak. Pernah tinggal di Australia hampir 9 (sembilan) tahun. tertarik dengan lingkungan hidup, khususnya tentang pelestarian sumber air dan peduli dengan dampak penambangan di tanah borneo.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manchester Sang Penguasa Inggris tapi Bukan Eropa

30 Mei 2021   18:17 Diperbarui: 30 Mei 2021   18:28 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
images : Yomamen.com

Manchester adalah salah satu kota metropolitan di Kerajaan Inggris. Namun kalau bicara sepakbola maka kota Manchester lebih banyak menorehkan prestasi di banding kota London. Sebenarnya hal ini tidak mengherankan di kawasan eropa barat. Bahwa klub sepakbola yang berada di ibukota negara kalah terkenal dengan kota-kota besar disekitarnya. 

Mirip dengan Jerman, dimana kota Berlin (Hertha Berlin) tidak apa-apanya dengan Bayern Munich yang berbasis dikota Muenchen (negara bagian Bavaria) dan Borussia Dortmund (kota Dortmund). 

Bahkan yang lebih miris lagi yang terjadi di kota Roma, ibukota Italia dimana AS Roma yang bernama lain srigala (i lupi) terakhir menjadi scudeto (juara liga Italia) pada tahun 2000. Dan hanya menjadi bayang-bayang kota Turin (Juventus) dan Milan (Inter Milan dan AC Milan).

Di awal bulan Mei, dunia dikejutkan dengan tampilnya 2 klub bergengsi dari kota Manchester, yaitu Manchester United dan Manchester City di dua final kompetesi sepakbola Eropa. 

Bila Manchester United yang dimanejeri oleh Ole Gunnar Solskjr  maju ke final Liga Eropa untuk menghadapi wakil Spanyol yaitu Villareal di kota Gdansk, Polandia. Maka Manchester City, sang jawara liga primer Inggris maju ke final Liga Champion Eropa menghadpi wakil Inggris lainnya Chelsea yang dilatih oleh pelatih barunya Thomas Tuchel. 

Besar harapan warga Manchester bahwa kedua klub Manchester City dan Manchester United yang merupakan jawara dan runer up liga primer Inggris akan mengawinkan kedua gelar paling bergengsi di benua biru. 

Ditambah kedua klub bila masing-masing meraih juara maka di pertengahan bulan Agustus ini akan bertarung di piala Super Eropa yang rencananya juga dilaksanakan di Britania Raya, yaitu di Windsor Park, Irlandia Utara.

Hal ini dimulai dari  kegagalan Manchester United di final Liga Eropa pada kamis dinihari (27 Mei 2021) dengan kekalahan dari Villareal melalui adu penalti yang sangat membuat jantung berdebar dengan posisi akhir 10-11. 

Setan Merah dengan bertabur bintang seperti Paul Pogba, Edison Cavani, Bruno Fernandes dan Marcus Rashford tidak cukup mampu mengalahkan klub medioker liga Spanyol, Villareal. 

Villareal adalah suatu kotamadya yang berada di propinsi Castellon berpenduduk di bawah 50 ribu jiwa mampu mempermalukan salah satu wakil kota Manchester sang penguasa liga primer sepanjang sejarah. 

Episode puncak kegagalan kota Manchester di ajang sepakbola Eropa tahun 2021 adalah dipermalukannya sang adik Manchester City oleh Chelsea, klub yang bermarkas di Fulham, London dengan skor tipis 0-1 pada minggu dini hari WIB (30/5/20210) di  Stadion do Dragao, Porto, Portugal. 

Melalui gol yang dicetak oleh Kai Havertz  usai menerima operan Mason Mount pada menit ke-42 sebelum turun minum. Walau dilatih oleh salah satu juru racik sepakbola ternama di dunia, Pep Guardiola namun sampai berakhirnya 2 x 45 menit, mereka harus mengubur impian menjadi jawara sepakbola eropa untuk kesekian kalinya. 

Khusus untuk Piala Champion Eropa sangat jarang melahirkan jawara baru bila berada di final. Bahkan Paris Saint Germain sebuah klub kota Paris, Perancis saja gagal ketika mencoba peruntungannya tahun lalu (2020) saat berhadapan dengan klub berpengalaman Bayern Munich dengan skor yang sama yaitu 1-0. 

Hal ini terulang kembali kepada Manchester City di akhir bulan Mei ini. Ada 2 hal yang mungkin bisa menjadi lelucon para pengemar bola, pertama ketika final tahun depan maka bila ada salah satu klub di final belum pernah juara sebelumnya, sebaiknya pilihlah yang sudah pernah. Kecuali di final adalah klub yang belum pernah jawara. Kita berharap final tahun depan adalah anatara Paris St Germain menghadapi Manchester City. 

Kedua, kalau mau meraih The Big Ears" (Telinga Besar) gunakanlah jasa pelatih yang berasal dari Jerman. Mungkin ini alasan Roman Abramovich  untuk cepat-cepat menganti Frank Lampard sebagai pelatih dengan Thomas Tuchel yang berkebangsaan Jerman menjelang akhir perhelatan Liga Champion Eropa. 

Bisa saja Manchester menguasai liga primer Inggris saat ini, namun untuk menaklukan benua biru tidak semudah itu. Tapi warga kota Manchester berharap bahwa Final Piala Champion tahun 2022 akan mempertemukan sesama klub Manchester yaitu Manchester City dengan Manchester United. 

Sebaiknya duo Manchester mencoba untuk menganti pelatihnya dengan pelatih berkebangsaan Jerman, seperti Marco Rose (Borussia Dortmun), Sebastian Hoene (1899 Hoffenheim) atau kalau mau yang lebih menjanjikan adalah Joachim Loew, manajer tim nasional Jerman yang segera purna tugas setelah gelaran Piala Eropa bulan depan.

Selamat buat Submarine "Villareal" dan Chelsea. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun