Pendidikan merupakan sebuah proses berkesinambungan dan terus-menerus sepanjang hayat bagi siapapun, kapanpun, dan di manapun. Pendidikan sejatinya berlaku bagi setiap orang hidup dalam setiap kesempatan yang ada, lewat berbagai media dan perjumpaan dengan sesama. Sejak mata terbuka terbangun dari tidur di pagi hari sesungguhnya proses pendidikan dimulai, di mana orang harus belajar untuk bersyukur karena masih diberi kehidupan dan kesempatan untuk belajar oleh Sang Pencipta. Rasa syukur menjadi sumber kekuatan sekaligus kebahagiaan yang begitu dahsyat dalam memaknai hidup dengan segala dinamikanya.
Pendidikan yang membentuk habitus baik dalam pengolahan rasa syukur dalam diri menjadi kesempatan yang bermanfaat untuk membentuk pribadi yang terdidik dewasa. Anak-anak akan terbiasa memaknai rasa syukur dalam setiap kesempatan hidup. Mereka mampu bersyukur atas keluarga yang dimiliki dan mencintainya sebagai sebuah rahmat persaudaraan yang begitu hebat. Mereka akan mampu mensyukuri kesempatan belajar di sekolah lewat berbagai perjumpaan dan dinamika yang mengembangkan hidup mereka. Bahkan, mereka mampu bersyukur atas setiap kesempatan dalam hidup, seperti bisa bermain, bersahabat, melakukan sesuatu hal, dan sebagainya.
Pendidikan sejatinya mengolah nilai-nilai hidup (life values) dalam setiap kesempatan. Anak-anak pergi ke sekolah boleh bergulat dan memaknai nilai kehidupan itu bagi realita kehidupan mereka. Belajar bukan untuk mengumpulkan nilai (skor) belaka, lebih dari itu belajar untuk menggali, meresapi, dan mengaktualisasikan nilai-nilai kehidupan itu bagi diri, sesama, dan semesta. Non Scholae sed vitae discimus.
#Catatan Pendidikan 3, sebuah uraian sederhana dalam rangka membangun kesadaran pentingnya humanisme dalam kenyataan pendidikan sehingga humanisme tidak hanya sekadar teori yang terjebak dalam persepsi dan paradigma belaka.