Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menulis Makna (79): Bijaksana dalam Menghadapi Celaan dan Pujian

2 Oktober 2021   04:05 Diperbarui: 3 Oktober 2021   15:30 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mendapatkan perundungan. (sumber: Wavebreakmedia via kompas.com) 

Bagaikan batu karang yang terguncang oleh badai, demikian pula para bijaksana tidak akan terpengaruh oleh celaan dan pujian. (Sidharta Gautama)

Celaan dalam kehidupan tak akan terelakkan oleh siapapun di dunia ini selama hati yang iri, dengki, dan memandang negatif orang lain masih tumbuh dan berkembang di dalam sanubari setiap pribadi. 

Celaan merupakan reaksi pribadi pada pribadi lain yang dilandasi ketidaksukaan pada sesuatu hal dan ketidaksesuaian dengan kemauan pribadi. 

Sebagai sebuah reaksi, celaan tak jarang menjadi habitus negatif yang muncul begitu cepat dan menjadi kesukaan dalam hidup yang memberikan kepuasaan diri sebagai pemenuhan kehausan nafsu yang merusak karakter dan relasi.

Celaan seringkali begitu tajam merusak mentalitas diri dan menyerang diri untuk membunuh karakter setiap orang yang dicela sehingga tak ada lagi penghargaan atas nilai luhur harkat dan martabat sebagai manusia yang berharga. 

Orang yang mudah untuk mencela telah menutup kejernihan budinya dan ketulusan hatinya pada berbagai bentuk nafsu-nafsu yang sesungguhnya menjatuhkan manusia pada titik terendah peradaban manusia. 

Sejatinya celaan tak akan menghantarkan manusia pada keluhuran budi dan hati, namun sebaliknya menghantarkan manusia pada kebrutalan dan radikalime diri yang menjauhkan dirinya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang begitu bermakna dan berdaya guna.

Illustrasi. id.depositphotos.com
Illustrasi. id.depositphotos.com
Orang yang dicela akan merasakan berbagai pergolakan batin atas segala kata-kata yang begitu deras menghujam diri dan tak jarang meruntuhkan eksistensi dirinya pada realita diri dan komunitas. 

Mereka yang lemah secara mentalitas akan terpuruk dan jatuh dalam rasa frustasi dan rendah diri, atau sebaliknya meledak dalam balasan atas celaan itu yang terkadang juga menjadi tidak lebih baik dari orang yang mencela. Celaan dibalas dengan amarah dan celaan yang juga menyakitkan hati.

Di sisi lain, pujian seringkali menjadi angin segar yang memberikan kegembiraan dan harapan pada kehidupan yang damai, nyaman, tentram, dan penuh kelegaan hati. 

Ada riuh sukacita dan kata-kata positif yang membesarkan hati bagi orang yang mendengarkannya, bahkan bagi yang dipuji akan menjadi sebuah amunisi dalam hidup yang membangkitkan rasa percaya diri dan semangat untuk maju dan berkembang. 

Pujian menjadi sebuah kesempatan untuk memberikan pengakuan atas eksistensi dan hal-hal baik pada orang lain sekaligus melatih diri untuk mengolah diri menjadi pribadi yang siap sedia berbahagia bersama keberhasilan dan kehebatan orang lain.

Illustrasi. www.asilha.com
Illustrasi. www.asilha.com
Harus disadari, bahwa ada juga pujian yang tidak tulus demi kepentingan diri yang lebih besar dan lebih menguntungkan diri ke depannya. 

Pujian menjadi sebuah senjata untuk memanipulasi makna sesungguhnya dari pujian itu untuk mengambil hati dan kesempatan dari orang yang dipuji. 

Namun demikian, pujian tetaplah pujian yang memberikan makna positif, tatkala pujian dimanipulasi dalam keegoisan diri, manusia yang memuji itulah yang akan jatuh dalam pribadi yang rapuh dan usang sehingga akan runtuh dalam perjalanan waktu.

Kini menjadi sebuah kesadaran penuh bahwa celaan dan pujian adalah sebuah realita nyata dalam kehidupan ini yang ikut ambil bagian dalam mendewasakan pribadi dan mematangkan dunia pada usaha membangun atmosfir kehidupan yang berdaya guna dan berdaya makna. 

Kebijaksanaan diri senantiasa menempatkan diri dengan begitu cerdas dan arif dalam memandang, merasakan, merespon, dan memaknai celaan dan pujian sehingga keduanya menjadi pembelajaran hidup yang membentuk karakter diri yang lekat pada kebaikan dan kebajikan. 

Orang bijaksana menjadikan celaan dan pujian sebagai sarana pengolahan diri mengusahakan kedalaman jiwa dalam kesatuan hati dan budi.

Illustrasi menulis Makna. www.1zoom.me
Illustrasi menulis Makna. www.1zoom.me
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. 

Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun