Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (16): "Ada Apa dengan Kotaku?", Eksploratifnya Pembelajaran

20 September 2021   04:05 Diperbarui: 20 September 2021   04:25 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku #The_Educatorship, 2016.

Topik yang diambil adalah berbagai hal yang berkaitan dengan lingkungan (kota) mereka yang patut mendapatkan perhatian dan nantinya mereka harus membuat rekomendasi pengembangan demi kemajuan kota.

Melihat dan mendengar kisah lika-liku anak-anak dalam mengeksplorasi sungguh menarik di mana mereka melakukan sesuai dengan interest mereka. Sebuah pola pikir research kecil-kecilan sudah mereka terapkan dengan metode pengumpulan data yang sederhana. Setidaknya anak-anak mampu menerapkan spirit dari sebuah penelitian, yakni berpikir logis dan obyektif dengan didukung data yang ada. Hal ini sangat penting ketika mereka ingin menyampaikan berbagai ide. Penyampaian ide tanpa data tampak seperti omong kosong belaka.

Selain itu, proses eksplorasi itu juga menjadi sebuah media atas kepedulian mereka pada lingkungannya. Sebuah fakta bahwa ada begitu banyak aset daerah yang terbengkalai yang sesungguhnya memiliki potensi besar. 

Sebagai contoh, di Kota Semarang ada Lawang Sewu dan Kota Lama yang terbengkalai begitu saja. Padahal jika kedua aset itu dikembangkan sebagai wisata kota akan sangat menarik dan berguna bagi masyarakat.

Presentasi dan Galeri

Melalui pembelajaran itulah anak-anak belajar peduli dengan lingkungannya dan akhirnya berusaha menyampaikan ide-ide untuk pengembangannya. Ide-ide itu merupakan tindak lanjut dari eksplorasi mereka itu yang terwujud dalam presentasi dan galeri.

Masing-masing kelompok melakukan presentasi di depan kelas. Sungguh menarik dan menakjubkan tatkala anak-anak melakukan presentasi layaknya seorang presenter handal dengan menggunakan slide, tayangan multimedia dan rancangan manual, seperti membuat miniatur. Data hasil eksplorasi dan ide pengembangan tercurah dalam presentasi-presentasi yang ada dengan begitu mempesona. Ditambah begitu antusiasmenya rekan-rekan mereka yang menjadi audiens melontarkan pertanyaan untuk tahu lebih lanjut tentang penelitian itu.

Galeri pun digelar di kelas itu di mana masing-masing kelompok memiliki bagian di dinding kelas dengan luas tertentu. Mereka dapat memajang poster yang mereka desain dan juga bebarapa foto-foto tentang penelitian mereka. 

Galeri ini hampir mirip seperti pameran lukisan atau foto yang sering terjadi pada umumnya di masyarakat. Dinding kelas menjadi begitu meriah dan penuh gambar-gambar bermakna.

Anak-anak pun bisa melihat galeri di kelas lain ketika istirahat atau pulang sekolah. Bahkan mereka bisa memberi komentar di tempat yang sudah ditentukan dalam setiap galeri. Komentar ini juga menjadi sebuah pembelajaran tersendiri di mana mereka belajar untuk memberi apresiasi hasil karya orang lain.

Akhirnya sebuah pembelajaran yang mencakup kecerdasan otak, pengembangan nurani, dan perwujudan kepedulian tampak dalam pembelajaran itu. Mereka belajar berpikir logis dan sistematis dengan melakukan eksplorasi dengan berbagai metode pengumpulan data dan pada akhirnya menganalisisnya untuk menemukan ide pengembangan yang tepat. Nurani mereka mulai terbuka akan kenyataan di masyarakat, seperti peninggalan sejarah yang terbengkalai, kehidupan anak jalanan, perjuangan pengusaha jajan, dan masih banyak lagi. Mereka pun peduli dengan semuanya itu dan siap merancang ide dan aksi nyata sesuai dengan kemampuan mereka.

Ada begitu banyak materi pembelajaran di masyarakat. Kadangkala itu semua tertutup oleh rentetan materi acuan kurikulum yang akhirnya membutakan kreativitas dan inovasi guru karena sibuk dengan transfer materi demi ujian penyetaraan atau juga ujian nasional. Mari buka mata, buka pikiran, buka hati, dan buka langkah akan fenomena di masyarakat. Biarlah anak-anak belajar dengan bermakna, dari lingkungannya, dan untuk hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun