Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali ke Kandang Hari ke-14: Mari Menatap Sejenak Rumpun Bambu Itu!

18 Agustus 2021   19:01 Diperbarui: 18 Agustus 2021   19:04 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. stock.adobe.com

Lepaskan semua pikiran tentang masa mendatang, lepaskan semua pikiran tentang masa silam, lepaskan semua pikiran, titik! Lalu, berilah perhatian penuh pada saat sekarang ini. Dan kontemplasi pun akan terjadi!

Ada waktu ketika kita begitu terpukau pada sesuatu sehingga seluruh perhatian budi dan nurani tertuju pada hal tersebut, tidak terganggu dengan pikiran-pikiran dan rasa yang lain. 

Suatu ketika pernah terpukau dengan anak-anak kucing yang begitu asyik bermain dengan penuh gembira, pada saat itulah seluruh jiwa kita terfokus pada anak kucing itu dan sejenak menikmati keceriaan dan tingkah polahnya yang menggemaskan dan lucu.

Dalam hidup ini pun ada waktunya kita mengkontempasikan diri kita sendiri dalam kesadaran penuh yang melibatkan pikiran dan hati untuk melihat kehidupan kita saat ini yang sedang dijalani, melihat tingkah polah hidup, terpukau dengan segala pemikiran dan perasaan yang berkecamuk, serta memandang segala perbuatan yang menjadikan pengalaman hidup.

Setelah berlatih selama bertahun-tahun, seorang murid mohon kepada Gurunya untuk memberinya penerangan budi. Sang Guru membawanya menuju serumpun bambu, dan berkata kepadanya: "Lihatlah bambu itu, begitu tingginya! Lihatlah yang lainnya di sana, begitu pendeknya!" Pada waktu itu juga si murid mendapatkan penerangan budi.

Illustrasi. id.aliexpress.com
Illustrasi. id.aliexpress.com
Kesadaran dan perhatian menjadi kunci penerangan budi yang terkadang terlewatkan begitu saja dalam kehidupan ini. Sang Guru menunjukkan cara yang begitu sederhana kepada si murid yang sudah berlatih bertahun-tahun hanya dengan menunjukkan serumpun bambu. Hal yang biasa dan sederhana namun terkadang terlepas dari kesadaran dan perhatian si murid. 

Rupanya, kesadaran dan perhatian sebagai media pengembangan jiwa tidak sekadar dipelajari dan dilatihkan saja, namun perlu dipraktikkan dalam kehidupan nyata dan menjadi habitus (kebiasaan).

Kehidupan kita harus mendapatkan perhatian penuh dalam keasyikan diri yang penuh makna, layaknya rumpun bambu ada yang tinggi dan ada yang pendek, begitupula hidup kita pastinya memiliki pasang dan surut dalam dinamika kehidupan. 

Apapun itu adalah sebuah kenyataaan hidup yang tidak bisa kita hindari, justru harus dihadapi dalam kontemplasi diri untuk membangun energi-energi positif yang mengembangkan hati, budi, dan komitmen diri pada kehidupan yang lebih baik.

Illustrasi. pixabay.com
Illustrasi. pixabay.com
Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing secara kontemplatif sehingga kesadaran dan perhatian selalu tumbuh pada kehidupan yang sedang dijalani. 

Senantiasa setiap pribadi tenggelam dalam keasyikan pada kesadaran dan perhatian yang semakin mengembangkan jiwa dan meneduhkan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun