Kejujuran adalah kebijakan yang paling baik. (Miguel de Cervantes)
Kejujuran merupakan buah dari pengolahan hati dan budi atas segala kontemplasi hidup yang menggerakkan seluruh jiwa pada kuasa dan kebaikan Sang Pencipta sehingga dengan tulus dan sadar pribadi berkomitmen untuk melakukan kebaikan dan kebajikan.Â
Kejujuran juga sekaligus proses pengolahan nurani terus-menerus membangun habitus dalam sebuah siklus tak terputus dalam konteks kehidupan yang penuh daya, pengalaman yang begitu memperkaya diri, refleksi diri yang mengendapkan segala makna, aksi dalam tindakan dan komitmen yang begitu nyata, dan evaluasi diri yang menjadi kesempatan menimbang hidup yang lebih baik.
Sebagai sebuah proses kehidupan, kejujuran ada dalam hiruk-pikuk kehidupan dengan segala problematika dan dinamika dalam jejaring relasi yang ada. Banyak pilihan-pilihan dalam hidup, kejujuran menjadi salah satu pilihan dalam menjalani kehidupan dengan segala tutur kata dan jejak langkah segala tindakan.Â
Konteks kehidupan ini akan membentuk pengalaman diri sebagai hasil dari keputusan diri, setidaknya mau jujur atau justru mengabaikannya demi sesuatu yang ingin dicapai. Pengalaman demi pengalaman dalam hidup menjadi tumpukan segala pikiran, perasaan, dan perbuatan yang mengarah pada kebajikan atau sebaliknya.
Fase ini begitu mengesankan sebagai kesempatan memaknai dan mengembangkan kualitas kehidupan karena ada pengolahan diri yang sangat kolaboratif, kontekstual, dan pastinya mendalam. Inilah proses membangun rumah diri yang merupakan tempat dan kesempatan untuk membangun berbagai relasi yang menghidupkan hidup.
Dalam dinamika kehidupan ini setidaknya manusia dihadapkan pada berbagai bentuk relasi yang senantiasa harus dijalani dan diolah dengan ketulusan hati dan kejernihan budi. Relasi yang utama dan pertama adalah relasi mendalam dengan Sang Pencipta sebagai awal dan akhir kehidupan yang sekaligus pencurah rahmat dan anugerah begitu besar dan agung.Â
Tanpa relasi ini, kehidupan senantiasi menjadi sebuah musim gersang tandus yang kehilangan benih-benih kehidupan yang siap tumbuh subur dan juga tiada air yang menyegarkan jiwa. Dalam komunikasi yang tulus dan mendalam, ada kejujuran berkomunikasi yang tak terelakkan sehingga manusia tak bisa menyembunyikan apapun dari-Nya karena Dia maha tahu dan mengerti segalanya.