Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (22): Membangun Manajemen Kolaborasi Diri untuk Menjadi Manusia Utuh

7 Juli 2021   04:04 Diperbarui: 7 Juli 2021   04:46 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih baik melakukan suatu hal yang benar daripada membenarkan suatu hal. Doing the right thing is more important than doing the thing right.  (Peter Drucker)

Manusia dengan segala perangkat kehidupan yang ada dari ujung kaki hingga ujung rambut adalah sebuah sistem keilahian karya Sang Pencipta yang sulit ditandingi oleh manusia manapun. Kesempurnaan hanyalah milik-Nya semata dalam setiap karya dan kuasanya pada manusia dan semesta dalam satu tatanan tata etika kehidupan yang penuh misteri dalam penyelenggaraan ilahi. Inilah keajaiban Sang Pencipta yang senantiasa selalu disyukuri dan dipuja sepanjang masa.

Pikiran, hati, dan tindakan manusia menjadi sebuah tatanan manajemen diri yang sepatutnya dirancang, dikelola, diaplikasikan, dievaluasi, dan direfleksikan setiap waktu dalam semangat untuk mencapai hidup yang lebih baik dan berguna bagi diri, sesama, dan semesta. Alur manajemen diri sejatinya mengalir terus dalam urat nadi yang memberikan kekuatan untuk kehidupan yang benar-benar hidup, bukan hidup ala kadarnya. 

Kolaborasi pikiran, hati, dan tindakan menjadi citra apik sebuah manajemen diri yang selalu memompa jantung untuk terus berdetak dan berdetak menjaga komitmen diri pada hidup yang benar dan luhur.

Illustrasi. kertas-putih.com
Illustrasi. kertas-putih.com
Ada banyak pemikiran dalam pikiran manusia yang melintas begitu cepat dalam setiap dinamika kehidupan seiring mata terbuka hingga mata berangsur redup menuju peraduan malam penuh mimpi dan kehampaan diri. Terseret arus sungai pikiran yang begitu euforistik akan membawa manusia pada tenggelamnya jati diri dan harga diri. 

Tidak semua pemikiran itu benar, tidak juga semuanya salah, maka dibutuhkan komitmen diri untuk memilah dan memilih dari semuanya itu menuju pemikiran yang membawa benih kehidupan yang segar, sehat, dan berguna.

Tak jarang nurani terombang-ambing oleh berbagai badai kehidupan yang mengantarkan manusia pada gengsi, harga diri semu, status palsu, dan gaya hidup yang pada akhirnya melupakan realita dan jatuh pada ketidakadilan hidup yang dibuat oleh dirinya sendiri. 

Pada titik tertentu, kemacetan lalu lintas kehidupan begitu parah terjadi pada hati yang sudah membeku kaku, tak lagi merespon stimulus kehidupan yang seharusnya melahirkan empati, simpati, kedalaman nurani, dan penghargaan pada segala makhluk ciptaan. 

Pada waktunya, pribadi harus memilah dan memilih segala rasa dalam kehidupan ini untuk menginspirasi dan memotivasi diri pada permenungan hidup yang reflektif, memaknai setiap langkah kehidupan sebagai pengolahan nurani untuk kemanusiaan.

Illustrasi. www.dreamstime.com
Illustrasi. www.dreamstime.com
Segala tindakan sejatinya menjadi perwujudan nyata yang digerakkan oleh pikiran dan hati. Kata-kata bohong dan kepura-puraan seringkali menjadi senjata ampuh menutupi segala apa yang ada dipikirkan dan dirasakan. Banyak tindakan menjadi sebuah rekayasa diri untuk mencapai keinginan walau harus ingkar pada hati dan budi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun