Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (21): Belajar Menjadi Guru Kehidupan dari Sang Guru Ilahi

6 Juli 2021   04:04 Diperbarui: 6 Juli 2021   04:17 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. swhelper.org

Guru adalah seorang yang dengan baik serta lembut membimbing dan mengajarkan sesuatu kepadanya. Ia mengajari untuk mengembangkan diri dengan membaca buku, sehingga kemudian dapat mengendalikan diri dengan perbuatan baik. (Confusius)

Guru sejatinya bukan hanya merujuk pada profesi yang sangat sederhana dikaitkan dengan tuntutan pekerjaan dan sejumlah uang sebagai imbalannya. Menjadi guru sesungguhnya adalah panggilan jiwa dari hati terdalam untuk berpartisipasi aktif dan proaktif mengupayakan peradaban yang selalu mengedepankan nilai-nilai humanis dalam setiap pribadi dan sinergi dalam relasi. 

Keteguhan hati dan kedalaman budi senantiasa menjadi proses yang terus-menerus dikembangkan dengan berbagai cara kebaikan sebagai pondasi untuk membantu meningkatkan kualitas kehidupan sesamanya dalam semangat pelayanan yang tulus dan ikhlas.

Ketika jiwa dan raga menentukan hati dan budi pada konklusi diri menjadi guru, di sanalah sesungguhnya harapan pada dunia dengan tatanan dan paradigma baru boleh diusahakan dalam kenyataan dan segala proses memanusiakan manusia dalam keluhurannya. 

Guru adalah pribadi-pribadi terpilih yang datang bukan dari kesempurnaan namun mereka datang untuk menyempurnakan segala proses belajar bagi seluruh manusia untuk mengenal, memamahami, menginternalisasikan, merenungkan, mengimplementasikan, merefleksikan, dan membangun komitmen-aksi dalam kehidupan yang begitu kaya dengan pelbagai dinamika dan paradigma.

Illustrasi. wpaisle.com
Illustrasi. wpaisle.com
Para guru menentukan perjalanan arah dunia, kebrutalan nilai-nilai kehidupan atau justru sebaliknya bertumbuhkembangnya kasih dan hal-hal baik dunia yang nyata dalam pikiran, nurani, dan tindakan yang menunjukkan esensinya sebagai manusia beradab. 

Dunia tanpa guru, sulit dibayangkan karena kekelaman dan kegelapan jiwa pastinya menyelimuti dunia yang terus-menerus akan mencabik-cabik etika, moral, tatanan sosial, dan nurani pada titik terendah kadar kemanusiaan.

Siapapun bisa menjadi guru, ketika ada komitmen diri untuk selalu belajar dan membantu sesama untuk juga belajar memanusiakan manusia menuju taraf insani, maka pribadi-pribadi itu bisa menjadi guru bagi dirinya sendiri, sesama, dan semesta. 

Menjadi guru berarti siap membangun habitus diri dalam proses sepanjang hayat mengurai segala kebijaksanaan hidup dalam berbagai sumber belajar di dunia ini. 

Pengalaman hidup, kisah orang lain, kenyataan dunia, dinamika semesta, segala wacana, dan kedekatan pada Sang Pencipta adalah sumber-sumber belajar untuk mendidik diri dan sesama yang secara berkesinambungan akan selalu memberi inspirasi dan motivasi dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun