Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (19): Pertemanan sebagai Daya Membangun Komunitas Pembelajar

4 Juli 2021   04:04 Diperbarui: 4 Juli 2021   04:27 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.michaelpage.co.id

Untuk mempertahankan teman diperlukan tiga hal: menghormatinya saat hadir, memujinya saat tidak hadir, dan menolongnya saat ia memerlukan. (Pepatah Jepang)

Teman bukanlah sebuah relasi basa-basi yang mengikat pikiran dan perasaan dalam benang merah hubungan seolah-olah penuh dukungan dan kebahagiaan. Teman sejatinya adalah sebuah kejujuran yang selalu dirajut oleh pribadi-pribadi untuk memberikan kualitas pada kehidupan ini. Memiliki teman berarti berusaha membangun komunitas hidup berbagai pribadi dengan segala keragamannya yang sesungguhnya tidak perlu dipaksakan untuk sama dan seragam. 

Pertemanan sebagai komunitas hidup memberikan sebuah cara pandang baru dalam memaknai hidup ini bahwa komunitas yang baik adalah komunitas yang menawarkan kejujuran dalam setiap relasi dan komunikasi dalam bentuk apapun.

Ilustrasi. photodune.net
Ilustrasi. photodune.net
Manusia sebagai pribadi yang luhur dan agung sudah layak dan sepantasnya dalam relasi antar manusia pun mengedepankan penghargaan diri satu sama lain. Pertemanan dalam komunitas manusia perlu menaburkan benih penghargaan diri pada sesama dan menumbuhkembangkannya dalam tantangan relasi pertemanan di saat suka maupun duka. 

Perbedaan pikiran dan cara berpikir bukanlah sebuah aib dalam pertemanan, justru menjadi daya uji kualitas diri pada kejujuran untuk mengakui dan menghargainya. 

Perbedaan dalam reaksi perasaan pada segala stimulus kehidupan bukanlah sebuah alasan untuk berbagi rasa, justru menjadi daya uji kedalaman sharing kehidupan yang menumbukan rasa empati, simpati, dan toleransi. Konflik dalam pertemanan pun senantiasa menjadi kesempatan untuk jujur menghargai, bukan mencaci maki dan penuh dengki.

Pertemanan semakin diuji ketika pribadi-pribadi dalam komunitas itu terhubung dengan jarak yang tidak bisa spontan dihadapi. Pertemanan sebagai sebuah komunitas kejujuran tetap memberikan apresiasi yang tulus pada masing-masing pribadi untuk tetap menghargai eksistensi dan kualitas pribadi masing-masing. 

Meninggalkan hal baik dalam pikiran dan perasaan dari para teman dan mengabaikan hal-hal yang tidak mengenakkan adalah sebuah latihan pribadi untuk tetap menghargai teman tatkala mereka pergi dan tak ada dalam komunitas. Tetap menjaga pujian dan mengatakan hal-hal baik saja dari teman bukanlah sebuah kesia-siaan tetapi sesungguhnya menjadikan pertemanan mendalam dalam relasi dan dewasa dalam persepsi.

Ilustrasi. www.michaelpage.co.id
Ilustrasi. www.michaelpage.co.id
Pertemanan semakin diuji lagi tatkala pertolongan harus hadir di antara pribadi-pribadi yang ada untuk menjawab berbagai krisis kehidupan yang menggoyahkan dinamika normal kehidupan. 

Uluran tangan tanpa syarat mesti terjulur jauh-jauh menyentuh hati dan pikiran teman yang sedang mendamba asa untuk memapankan jiwa dan raga. Rasa jujur untuk berbaur dalam kesulitan teman adalah buah-buah relasi yang mendalam dan menembus egoisme yang mengatasnamakan kebutuhan dan kepentingan pribadi yang melebihi segala sesuatu, termasuk pertemanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun