Mohon tunggu...
MAS TOKAN
MAS TOKAN Mohon Tunggu... Tour Leader; Tour Driver; Termasuk Taksol

Freelance Travel Agent yang juga pengemudi Taksi Online, suka baca, dan mencoba bercerita lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Kesetaraan Gender Dari Rumah: Harapan Untuk Keluarga di Flores Timur

7 Oktober 2025   09:05 Diperbarui: 6 Oktober 2025   21:35 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan masyarakat Flores Timur, terutama di Pulau Adonara dan sekitarnya, keluarga masih menjadi pusat dari segala nilai dan perilaku sosial. Di sinilah awal mula segala kebiasaan, pola pikir, dan nilai hidup terbentuk. Maka, jika kita ingin berbicara tentang kesetaraan gender, seharusnya kita mulai bukan dari ruang publik yang luas, melainkan dari lingkup yang paling kecil dan paling berpengaruh: Keluarga.

Dalam banyak keluarga di Flores Timur, peran laki-laki dan perempuan masih sering dibedakan secara tegas. Laki-laki dianggap sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah, sementara perempuan diharapkan mengurus rumah dan anak. Pola ini bukan semata-mata salah, tetapi bisa menjadi tidak adil ketika perempuan kehilangan ruang untuk berkembang dan berpendapat.

Masih ada pandangan bahwa perempuan yang bekerja atau aktif di luar rumah dianggap “melawan kodrat”. Padahal, sejatinya perempuan memiliki potensi besar untuk ikut serta membangun keluarga yang sejahtera, tidak hanya dari dapur, tetapi juga dari ilmu, gagasan, dan karya mereka. 

Kesetaraan Bukan Persaingan
Banyak orang keliru menganggap kesetaraan gender sebagai ajakan untuk “menyamakan” peran laki-laki dan perempuan secara mutlak. Padahal, esensi dari kesetaraan adalah memberikan kesempatan yang sama, bukan peran yang identik.

Kesetaraan berarti menghargai pilihan, mendukung potensi, dan berbagi tanggung jawab dalam keluarga.
Ketika suami menghargai pandangan istri, ketika ayah ikut menggantikan popok anak, atau ketika anak laki-laki dilatih mencuci piring bersama kakak perempuannya—itulah bentuk kecil dari kesetaraan yang sesungguhnya. 

Perubahan besar selalu dimulai dari kebiasaan kecil. Anak-anak di Flores Timur perlu melihat contoh nyata di rumah bahwa ayah dan ibu bekerja sama, saling menghormati, dan saling membantu.
Sekolah dan gereja dapat menjadi ruang pembelajaran nilai-nilai kesetaraan. Namun, pendidikan paling berpengaruh tetap datang dari keluarga—dari cara orang tua berbicara, memutuskan sesuatu, dan memperlakukan satu sama lain. 

Masyarakat Flores Timur sangat menjunjung tinggi adat dan nilai keagamaan. Karena itu, tokoh adat dan tokoh agama memiliki peran penting dalam mengarahkan perubahan sosial. Melalui mimbar, doa, dan kegiatan adat, para pemimpin ini bisa menanamkan pemahaman bahwa kesetaraan gender tidak bertentangan dengan ajaran moral atau tradisi. Justru, banyak nilai adat Lamaholot yang mengajarkan belus (keseimbangan) dan toleransi dalam keluarga — nilai-nilai yang sejalan dengan semangat kesetaraan. 

Pemberdayaan Perempuan dan Keterlibatan Laki-laki

Kesetaraan gender tidak akan tercapai jika hanya perempuan yang berjuang. Laki-laki perlu menjadi bagian dari gerakan ini.
Ketika suami mendukung istri untuk belajar, bekerja, atau berorganisasi, maka ia sedang membangun masa depan yang lebih adil bagi anak-anaknya. Sebaliknya, perempuan juga perlu menghargai peran laki-laki dan mendorong mereka untuk menjadi mitra sejati, bukan pesaing.

Pemerintah daerah dan organisasi masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar untuk menghadirkan pelatihan keterampilan, akses ekonomi, dan perlindungan hukum bagi perempuan. Program seperti pemberdayaan UMKM perempuan, pelatihan kewirausahaan, dan penyuluhan keluarga harmonis bisa menjadi jalan nyata untuk mengubah pola pikir masyarakat.


Menuju Keluarga Setara dan Bahagia

Membangun kesetaraan gender bukanlah perkara mudah, apalagi di tengah budaya yang masih kuat memegang tradisi patriarkal. Namun, perubahan tidak harus langsung besar. Ia bisa dimulai dari langkah sederhana: berbagi tugas di rumah, menghargai pendapat pasangan, mendengarkan anak perempuan dan laki-laki dengan cara yang sama, serta saling mendukung dalam mimpi masing-masing.

Di Flores Timur, di mana keluarga adalah pusat kehidupan sosial, perubahan kecil dalam rumah tangga dapat menjadi perubahan besar bagi masyarakat. Karena sesungguhnya, kesetaraan gender bukan tentang siapa yang lebih hebat, tetapi tentang bagaimana kita berjalan bersama, setara, dan saling menguatkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun