Mohon tunggu...
Marthinus Selitubun
Marthinus Selitubun Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mujizat Sang Bayi

16 Mei 2019   03:09 Diperbarui: 16 Mei 2019   15:07 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi mungil bermata jernih (www.nu.or.id)

"cepat!!", teriakan bapak ini serentak membuyarkan rasa bingung dan raguku. 

Apa yang bisa kubuat?.

Segera sebotol air dalam botol air mineral bekas disodorkannya. 

Setelah berdoa sejenak kuberikan botol berisi air itu kembali kepadanya. Dia mengucapkan terima kasih dan segera berlari menuju ke perahunya yang ditambatkan di bantaran kali. Dalam keraguan dan kecemasan, aku pun memanggilnya. 

 "Bapa, tunggu... saya ikut!!", entahlah kekuatan dari mana yang membuatku mampu mengeluarkan kalimat ini. 

***

Rumahnya terlihat panjang dan agak terpisah dari kampung. Untuk tiba di sana, kami harus meniti lembar demi lembar papan agar bisa melewati selokan dan rerumputan. Terlihat sebuah rumah sederhana berdinding dan beratapkan daun sagu kering. Kondisi dalam rumahnya cukup teratur. Ada ruang duduk dengan yang beralaskan sebuah tikar pandan lusuh. Ada tiga tungku api di dalam rumah ini. tidak ada apa-apa diatas tungku api ini, kecuali sebongkah sagu yang berbentuk bola hitam, sepotong ikan kecil, dan asap dari kayu api yang menyebar kemana-mana. 

Aku pun dihantar masuk ke dalam sebuah kamar, melewati ruang makan yang dipadati belasan orang  yang duduk tungku api tadi. Kebanyakan dari mereka adalah mama-mama tua yang bertelanjang dada. Terlihat mereka sedang menangisi nasib buruk yang menimpa anak gadisnya ini.

'Dormom', kataku. 

Ucapan salamku tidak ditanggapi oleh mereka. Aku pun bergegas masuk ke kamar dan melihat perempuan yang hendak melahirkan ini. Seorang ibu muda yang  terbaring dengan kain seadanya. Disisi kirinya, duduk suami dengan lesu dan seorang saudara perempuannya. Di samping perempuan yang kesakitan itu, terbaring seorang bayi mungil yang manis sekali. 

"wah...dia sudah lahir, syukurlah", aku pun bergembira karena melihat kelahiran anak kecil yang sehat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun