Mohon tunggu...
martin Loi
martin Loi Mohon Tunggu... Literasi

Menulis artikel ilmiah,opini dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Muda Katolik dalam Sinodalitas, Ekaristi, dan Ekologi di Keuskupan Atambua

31 Juli 2025   08:16 Diperbarui: 31 Juli 2025   10:26 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dinamika Gereja Katolik kontemporer, tema Sinodalitas, Ekaristi, dan Ekologi menjadi tiga pilar yang saling berkaitan erat. Khususnya di Keuskupan Atambua, yang terletak di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, ketiganya memiliki makna mendalam yang menyentuh iman sekaligus kehidupan sosial dan ekologis masyarakat. Dalam konteks ini, peran Orang Muda Katolik (OMK) menjadi sangat strategis sebagai agen pembaruan Gereja dan penjaga rumah bersama (common home).

Orang Muda Katolik dan Sinodalitas

Sinodalitas, sebagaimana ditegaskan oleh Paus Fransiskus, adalah "jalan yang diharapkan Allah bagi Gereja di milenium ketiga." Sinodalitas bukan sekadar pertemuan atau konsultasi, melainkan gaya hidup Gereja: berjalan bersama, mendengarkan, dan berpartisipasi. OMK di Keuskupan Atambua memiliki potensi besar dalam mewujudkan sinodalitas, mengingat mereka adalah kelompok yang enerjik, inovatif, dan dekat dengan realitas sosial.

Keuskupan Atambua telah mendorong OMK terlibat aktif dalam berbagai proses sinodal, misalnya melalui lokakarya, kelompok diskusi iman, dan kegiatan sosial pastoral. Suara kaum muda menjadi penting untuk didengar, karena merekalah yang memahami tantangan zaman, seperti kemiskinan, migrasi tenaga kerja, hingga kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Orang Muda Katolik dan Ekaristi

Ekaristi adalah puncak dan sumber kehidupan iman Katolik. Bagi OMK di Atambua, Ekaristi bukan hanya ritus liturgis, tetapi juga menjadi sumber kekuatan untuk berkarya di tengah masyarakat. Melalui Ekaristi, mereka diundang untuk memaknai solidaritas, pengorbanan, dan perutusan.

Dalam banyak kesempatan, OMK terlibat sebagai lektor, pemazmur, organis, atau anggota koor, mencerminkan semangat partisipasi dalam Gereja yang sinodal. Ekaristi juga mengilhami mereka untuk melanjutkan nilai solidaritas di luar altar, misalnya dengan membantu kelompok marginal, mengunjungi yang sakit, atau terlibat dalam karya sosial.

Orang Muda Katolik dan Ekologi

Ekologi menjadi panggilan mendesak Gereja masa kini. Ensiklik Laudato Si' (2015) menekankan tanggung jawab semua umat, terutama kaum muda, untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama. NTT, termasuk wilayah Keuskupan Atambua, menghadapi tantangan ekologis serius: perubahan iklim, kekeringan, deforestasi, dan kerusakan tanah akibat pola pertanian yang tidak lestari.

OMK di Keuskupan Atambua mulai terlibat dalam upaya ekologis, seperti penanaman pohon, edukasi pengelolaan sampah, hingga kampanye hemat air. Semangat ekologis mereka juga terintegrasi dengan nilai iman: menjaga alam berarti menghormati Sang Pencipta dan mencintai sesama yang terdampak akibat kerusakan lingkungan. Ekaristi menjadi sumber daya spiritual bagi mereka untuk bertindak, karena dari Ekaristi lahir panggilan untuk merawat kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun