Dalam dinamika Gereja Katolik kontemporer, tema Sinodalitas, Ekaristi, dan Ekologi menjadi tiga pilar yang saling berkaitan erat. Khususnya di Keuskupan Atambua, yang terletak di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, ketiganya memiliki makna mendalam yang menyentuh iman sekaligus kehidupan sosial dan ekologis masyarakat. Dalam konteks ini, peran Orang Muda Katolik (OMK) menjadi sangat strategis sebagai agen pembaruan Gereja dan penjaga rumah bersama (common home).
Orang Muda Katolik dan Sinodalitas
Sinodalitas, sebagaimana ditegaskan oleh Paus Fransiskus, adalah "jalan yang diharapkan Allah bagi Gereja di milenium ketiga." Sinodalitas bukan sekadar pertemuan atau konsultasi, melainkan gaya hidup Gereja: berjalan bersama, mendengarkan, dan berpartisipasi. OMK di Keuskupan Atambua memiliki potensi besar dalam mewujudkan sinodalitas, mengingat mereka adalah kelompok yang enerjik, inovatif, dan dekat dengan realitas sosial.
Keuskupan Atambua telah mendorong OMK terlibat aktif dalam berbagai proses sinodal, misalnya melalui lokakarya, kelompok diskusi iman, dan kegiatan sosial pastoral. Suara kaum muda menjadi penting untuk didengar, karena merekalah yang memahami tantangan zaman, seperti kemiskinan, migrasi tenaga kerja, hingga kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Orang Muda Katolik dan Ekaristi
Ekaristi adalah puncak dan sumber kehidupan iman Katolik. Bagi OMK di Atambua, Ekaristi bukan hanya ritus liturgis, tetapi juga menjadi sumber kekuatan untuk berkarya di tengah masyarakat. Melalui Ekaristi, mereka diundang untuk memaknai solidaritas, pengorbanan, dan perutusan.
Dalam banyak kesempatan, OMK terlibat sebagai lektor, pemazmur, organis, atau anggota koor, mencerminkan semangat partisipasi dalam Gereja yang sinodal. Ekaristi juga mengilhami mereka untuk melanjutkan nilai solidaritas di luar altar, misalnya dengan membantu kelompok marginal, mengunjungi yang sakit, atau terlibat dalam karya sosial.
Orang Muda Katolik dan Ekologi
Ekologi menjadi panggilan mendesak Gereja masa kini. Ensiklik Laudato Si' (2015) menekankan tanggung jawab semua umat, terutama kaum muda, untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama. NTT, termasuk wilayah Keuskupan Atambua, menghadapi tantangan ekologis serius: perubahan iklim, kekeringan, deforestasi, dan kerusakan tanah akibat pola pertanian yang tidak lestari.
OMK di Keuskupan Atambua mulai terlibat dalam upaya ekologis, seperti penanaman pohon, edukasi pengelolaan sampah, hingga kampanye hemat air. Semangat ekologis mereka juga terintegrasi dengan nilai iman: menjaga alam berarti menghormati Sang Pencipta dan mencintai sesama yang terdampak akibat kerusakan lingkungan. Ekaristi menjadi sumber daya spiritual bagi mereka untuk bertindak, karena dari Ekaristi lahir panggilan untuk merawat kehidupan.