Mohon tunggu...
Marthio Satrio Wibowo
Marthio Satrio Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Seorang mahasiswa yang menghabiskan waktunya dengan mengikuti perkembangan berita dan mempelajari sejarah serta sosial-politik.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Nostalgia Linkin Park dan Nu Metal di Masa Pandemi

3 Juli 2021   17:20 Diperbarui: 5 Juli 2021   17:56 2689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Linkin Park. Sumber: Warner Records via Kompas.com

"I tried so hard and got so far
But in the end, it doesn't even matter
I had to fall to lose it all
But in the end, it doesn't even matter"

Bagi para generasi milenial yang tumbuh di awal tahun 2000-an, tentu sudah tak asing lagi dengan sepenggal lirik tersebut. Ya, lagu "In The End" dari band Linkin Park pernah menjadi suatu fenomena 'luar biasa' yang mampu mempengaruhi para generasi muda di masanya. 

Sebagai salah satu band dengan penjualan album tertinggi di era modern melalui album debutnya yang berjudul Hybrid Theory, band cadas asal Amerika Serikat yaitu Linkin Park, banyak disukai oleh berbagai macam penggemar di seluruh dunia - mulai dari remaja muda, dewasa muda, bahkan orang tua dari para remaja muda itu. 

Linkin Park mampu membuat jaringan yang lebar yang tentu saja menguntungkan band, baik dari perspektif komersial maupun kritis. Band ini mempresentasikan studi kasus menarik yang bahkan band saat ini dapat mengikuti sejauh merangkul teknologi baru dan berkembang.

Bagi generasi muda di awal tahun 2000-an, Linkin Park adalah saluran untuk kegelisahan, frustrasi, dan patah hati. Band ini adalah saluran yang bersedia untuk datangnya usia seseorang. Ada rasa marah, sakit hati, dan pembangkangan yang menentukan nada untuk lagu-lagu mereka, penerimaan bahwa ada perselisihan dari dalam batin tetapi bisa diucapkan dengan keras dan dikalahkan. 

Bagi setiap anak muda, masuk ke kamar tidur mereka dan mendengarkan lagu-lagu Linkin Park adalah karena tidak ada jalan keluar, tidak ada cara untuk mengungkapkan apa yang mereka alami.

Chester Bennington dan Mike Shinoda adalah duo yang tangguh dan serasi di depan: Chester dengan suara nge-rock yang akbar dipadukan dengan iringan rap Mike, sebagaimana yang bisa kita dengarkan di lagu "In The End".  

Teriakan Chester cukup kuat untuk meledakkan jendela dari gedung pencakar langit, tetapi raungannya juga bisa terdengar halus dan sangat emosional, yang memberi band ini keragaman suara yang sulit dipahami oleh band rock/metal lainnya.

Linkin Park adalah band rock asal Amerika Serikat dari Agoura Hills, California. Formasi band saat ini terdiri dari vokalis/gitaris Mike Shinoda, gitaris Brad Delson, bassis Dave Farrell, DJ/turntablist Joe Hahn dan drummer Rob Bourdon, semuanya adalah anggota pendiri. 

Linkin Park di tahun 2007 pada sesi foto untuk album
Linkin Park di tahun 2007 pada sesi foto untuk album "Minutes to Midnight". / wallpaperbetter.com

Lalu, mantan personil Linkin Park adalah Chester Bennington dan Mark Wakefield sebagai vokalis utama serta bassis Kyle Christner dan Scott Koziol. Sebagai grup musik rock alternatif, Linkin Park telah bereksperimen dalam musiknya serta memasukkan genre heavy metal, hard rock, hip hop, pop, dan electronica.

Dibentuk pada tahun 1996, Linkin Park menjadi tenar di dunia internasional dengan album studio debut mereka, "Hybrid Theory" (2000), yang dianugerahi dengan sertifikat Diamond  oleh Asosiasi Industri Rekaman Amerika (RIAA). 

Dirilis selama puncak kejayaan nu metal di penghujung tahun 2000, pemutaran singel album "Hybrid Theory" di MTV secara besar-besaran membuat singel "One Step Closer", "Crawling" dan "In the End" semuanya menempati posisi teratas di tangga lagu Mainstream Rock; lagu "In The End" pun juga turut menyambangi ke tangga peringkat lagu pop. 

Album kedua mereka, "Meteora" (2003), juga ikut andil dalam melanjutkan kesuksesan band. Linkin Park mengeksplorasi genre musik eksperimental di album ketiga mereka, Minutes to Midnight (2007). Pada akhir dekade 2000-an, Linkin Park merupakan salah satu band rock paling sukses dan terpopuler di dunia.

Linkin Park terus mengeksplorasi variasi yang lebih luas dari jenis musik di album keempat mereka, "A Thousand Suns" (2010), melapisi musik mereka dengan lebih banyak suara elektronik. Album kelima band, "Living Things" (2012), menggabungkan elemen musik dari semua rekaman mereka sebelumnya. Album keenam mereka, "The Hunting Party" (2014), kembali ke suara rock yang lebih berat, dan album ketujuh mereka, "One More Light" (2017), adalah album musik berorientasi pop pertama mereka.

Namun, kepergian Chester Bennington untuk selamanya pada 20 Juli 2017 lalu menyisakan mandeknya karier personil Linkin Park. Wafatnya Chester Bennington akibat bunuh diri meninggalkan luka yang mendalam bagi para personil band Linkin Park dan juga para fans Linkin Park. Namun kini, mereka berusaha untuk move on. Sepeninggal Chester Bennington, Linkin Park seakan tak bisa menggantikan posisinya. Sejak saat itu, Mike Shinoda dan kawan-kawan mencoba kesibukan lainnya, seperti proyek solo dan fokus dengan keluarga masing-masing.

Seperti yang kita tahu, Linkin Park pernah menjadi sebuah bagian kehidupan musik populer di era awal tahun 2000-an. Ada berbagai alasan kenapa Linkin Park pada waktu itu sangat digemari. 

Menurut Shuker (2008: 2), musik populer adalah musik yang disukai oleh masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat yang dimaksud adalah generasi muda yang terdiri dari para remaja dan dewasa muda. 

Linkin Park sebagai bagian dari musik populer juga merupakan bagian dari budaya populer dari nu metal sebelum mereka meninggalkan genre nu metal menuju genre rock alternatif yang ditandai dengan mereka merilis album "Minutes to Midnight" di tahun 2007.

Potret Linkin Park di tahun 2000. Dapat dilihat mereka mengenakan tipikal fashion nu metal seperti jaket hoodie dan celana kargo. / lazone.id
Potret Linkin Park di tahun 2000. Dapat dilihat mereka mengenakan tipikal fashion nu metal seperti jaket hoodie dan celana kargo. / lazone.id

Nu metal adalah subgenre dari metal alternatif yang menggabungkan unsur-unsur musik heavy metal dengan unsur-unsur genre musik lain seperti hip hop, rock alternatif, funk, industrial, dan grunge. Band Nu metal telah menarik elemen dan pengaruh dari berbagai gaya musik, termasuk beberapa genre heavy metal. DJ kadang-kadang ditampilkan dalam nu metal untuk menyediakan instrumentasi seperti pengambilan sampel (sampling), scratching pada turntable, dan latar belakang elektronik (electronic backgrounds). Gaya vokal dalam nu metal termasuk bernyanyi, rap, berteriak dan menggeram (growling). 

Nu metal adalah salah satu genre kunci dari gelombang baru heavy metal Amerika. Hadirnya kombinasi Mike Shinoda sebagai rapper, keyboardis dan gitaris serta Joe Hahn sebagai DJ/turntablist dalam band Linkin Park membuat Linkin Park menjadi band yang paling unik dalam dunia metal.

Sebelum Linkin Park populer, genre nu metal dipopulerkan oleh band Korn dan Limp Bizkit, yang dimana kedua dari mereka merilis album yang terjual jutaan kopi. 

Namun memasuki pertengahan tahun 2000-an, genre nu metal pun meredup seriringnya dengan kejenuhan band serta rilisan album yang terbilang lesu, serta kebangkitan genre metal baru yaitu metalcore mengakibatkan banyak band nu metal bubar atau meninggalkan ciri khas nu metal mereka, tak terkecuali dengan Linkin Park yang bereksperimen dengan genre lain seperti rock alternatif, electronic rock dan pop rock pasca rilis album "Meteora".

Pada awal tahun 2000-an, genre nu metal masih populer sebagai kelanjutan popularitasnya dari pertengahan tahun 90-an. Fashion nu metal seperti celana kargo, jaket hoodie, topi kupluk dan rambut jabrik pun waktu itu masih banyak ditiru oleh anak-anak muda di awal tahun 2000-an sebagai budaya populer pada masa itu. 

Menurut Storey (2018: 2), budaya populer didefinisikan sebagai budaya yang disukai secara luas atau disukai banyak orang. Nu metal sebagai budaya populer pun juga erat kaitannya yang juga merupakan bagian dari budaya pemuda. 

Menurut Barker (2004: 333), budaya pemuda adalah segala bentuk musik khas, gaya pakaian, aktivitas hiburan, tari dan bahasa yang diasosiasikan dengan anak muda. 

Selain itu, nu metal juga populer karena liriknya sering kali berkisah mengenai tentang masalah emosional seperti perasaan rendah diri, pengabaian, kecemburuan dan kecemasan, yang dimana makna dari lirik-lirik tersebut dianggap mewakili fase remaja dan dewasa muda yang masih dalam proses pencarian jati diri.

Chester Bennington dalam video musik
Chester Bennington dalam video musik "Numb". / altpress.com

Alasan lain mengapa Linkin Park sangat populer oleh generasi muda adalah liriknya yang sederhana namun ia menyampaikan makna yang sangat dalam dan relatable bagi generasi muda tersebut. 

Ambil contoh lagu "Numb" yang merupakan lagu terakhir dari album kedua mereka yaitu "Meteora", adalah salah satu lagu mereka yang paling terkenal, dan pantas mendapatkan status kultus karena betapa langsung cocok untuk orang dewasa muda; permohonan yang menghancurkan kepada orang tua tentang harapan mereka yang berlebihan. 

Dengan lirik menyentuh seperti “I'm tired of being what you want me to be/ Feeling so faithless, lost under the surface / Don't know what you're expecting of me / Put under the pressure of walking in your shoes",  "Numb" adalah seruan minta tolong dan penerimaan dari orang tua yang bergema dengan anak-anak dari generasi ke generasi. Tidaklah heran kemudian bahwa dua dekade kemudian, lagu tersebut tetap kuat dalam kesadaran generasi milenial dan juga generasi Z.

Kemudian, Linkin Park juga dikenal memiliki komunitas fans (fanbase) yang sangat loyal dan solid. Sebutan solidaritas bagi fans Linkin Park adalah Linkin Park Soldiers. 

Solidaritas sosial menurut Durkheim dalam Thijssen merupakan suatu hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Hubungan bersama akan menghasilkan wujud nyata berupa pengalaman emosional yang memperkuat hubungan mereka. 

Dalam hal ini, ikatan solidaritas hadir karena kesamaan tujuan dan minat yaitu kesukaan terhadap band Linkin Park. Linkin Park juga memiliki klub penggemar (fanclub) resmi yang disebut Linkin Park Underground (LPU).

Baru-baru ini salah satu lagu Linkin Park yang paling ikonik yaitu "In The End" berhasil menjadi lagu genre nu metal pertama yang diputar sampai 1 milyar kali di layanan streaming musik dan podcast Spotify. Dikutip dari Hai, penghargaan ini menjadi kali kedua lagu Linkin Park mencatatkan tonggak sejarah di platform digital.

Pada tahun 2020 lalu, 'In The End' juga mencapai 1 miliar pemutaran di platform YouTube. Selain itu, seperti yang diketahui, belum lama ini Linkin Park resmi merilis ulang album Hybrid Theory dengan judul "Hybrid Theory: 20th Anniversary Edition" pada 9 Oktober 2020 untuk merayakan dua dekade sejak album tersebut diluncurkan pada 24 Oktober 2000. 

Kemudian, pada tanggal 31 Mei 2021, Linkin Park sempat menjadi trending topic di layanan media sosial Twitter karena viralnya video seorang pengguna TikTok bernama Fernando Ufret, yang mengcover lagu "In The End" dan "Numb" dengan gaya suara karakter Eric Cartman dari serial animasi dewasa South Park sembari memainkan gitar akustik. 

Lalu, lagu "Somewhere I Belong" dari album "Meteora" kembali trending di Twitter setelah lagu tersebut digunakan oleh seorang petarung Ultimate Fighting Championship (UFC) asal Selandia Baru bernama Israel Adesnaya sebagai lagu walkout-nya pada tanggal 13 Juni 2021. 

Dikutip dari Kerrang!, pada April 2020 lalu Linkin Park telah mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan sebuah musik baru, meskipun pengerjaannya sedang dalam penangguhan karena pandemi Covid-19. 

Hal tersebut menunjukan bahwa pengaruh musik nostalgia akan Linkin Park masih belum pudar meskipun dengan wafatnya Chester dan di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi sampai saat ini. 

Istilah nostalgia dapat didefinisikan dengan melihat akar kata: 'nostos' dan 'algos,' membangun makna kuno sebagai penderitaan yang disebabkan oleh kerinduan untuk kembali ke asalnya (Wildschut et al., 2006, hlm. 3). 

Nostalgia pernah digunakan sebagai setara dengan istilah Jerman, Heimweh, digambarkan sebagai keadaan sakit moral akibat pemisahan paksa dari tanah air seseorang, dan dilihat sebagai penyakit otak yang mempengaruhi kondisi kejiwaan tentara bayaran Swiss (Fuentenebro de Diego dan Valiente Ots, 2014). 

Menurut Gibbs dan Egermann, musik nostalgia didefinisikan sebagai musik yang membangkitkan perasaan nostalgia melalui pengingat periode kehidupan, tempat, atau orang tertentu. Perasaan nostalgia dikatakan terjadi selama masa-masa sulit dan masa transisi yang sulit. 

Pada masa pandemi ini, lagu-lagu Linkin Park hadir menjadi musik nostalgia yang didengarkan oleh banyak orang agar semangat hidup mereka masih bisa tetap bertahan. Nostalgia pula lah yang turut sekaligus menjaga ingatan nu metal sebagai budaya dan musik populer yang pernah merajalela di kurun awal tahun 2000-an.

Chester mungkin telah tiada, tetapi pengaruhnya masih akan terus dikenang sampai sepanjang masa.

Daftar Pustaka:

Abdelmahmoud, Elamin. (Oktober 24, 2020). How Linkin Park Helped Suburban Teenagers Feel Their Feelings. BuzzFeed.News.

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies – Teori & Praktik. (Nurhadi, Terjemahan). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Fuentenebro de Diego, F., and Valiente Ots, C. (2014). Nostalgia: a conceptual history. Hist. Psychiatry 25, 404–411. doi: 10.1177/0957154X14545290.

Gibbs, Hannah dan Hauke Egermann. (Maret 22, 2021). Music-Evoked Nostalgia and Wellbeing During the United Kingdom COVID-19 Pandemic: Content, Subjective Effects, and Function. Frontiers in Psychology.

Haryanto, Alexander. (Oktober 12, 2020.) Linkin Park Luncurkan "Hybrid Theory: 20th Anniversary Edition". Tirto.id.

Hawkes, Jake. 00s Teen Angst. Museum of Youth Culture.

Kerrang!. (April 28, 2020). Linkin Park Have Been Working On New Music

Kotarba, Joseph A. dan Phillip Vannini. 2009. Understanding Society through Popular Music. New York: Routledge.

Linkin Park Association. "Everybody loves a success story". The LP Association.

New Fury Media. “Hybrid Theories: How Slipknot, Limp Bizkit, and Linkin Park pushed nu-metal to the mainstream.” New Fury Media.

Packard, Michael T. November 9, 2001. Heavy Metal. The Harvard Crimson.

Rahardian, Bagus. 'In The End' Linkin Park Jadi Lagu Genre Nu Metal Pertama Yang Diputar 1 Miliat Kali di Spotify.

Rosenberg, Axl. (Juni 2, 2021). Linkin South Park: Cartman Sings “In the End” + “Numb”. Metal Sucks.

Thijssen, Peter (November 2012). "From mechanical to organic solidarity, and back: With Honneth beyond Durkheim". European Journal of Social Theory. 15: 454–470.

Sikdar, Rabbil. (Juli 21, 2017). Linkin Park Helped Millions Of Hurting Teenagers. Huffpost.

Singh-Russell, Selena. (Juni 13, 2021). Fans Get Nostalgic As Linkin Park Trends on Twitter After Irael Adesanya Walks Out To Their Music. TheThings.

Storey, John. Cultural Theory and Popular Culture – An Introduction.  London: Pearson Education.

Wibisono, Nuran. Oktober 27, 2016. Mengapa Manusia Gemar Bernostalgia? Tirto.id.

Wildschut, T., Sedikides, C., Arndt, J., and Routledge, C. (2006). Nostalgia: content, triggers, functions. J. Pers. Soc. Psychol. 91, 975–993. doi: 10.1037/0022-3514.91.5.975.

Zahlaway, Jon (April 2, 2003). "Linkin Park's 'Meteora' shoots to the top". Soundspike: Album Chart.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun