Mohon tunggu...
Reni Marthauli
Reni Marthauli Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga Yang Suka Membaca dan Menulis

Simple Woman

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jakarta Pengguna Tertinggi Narkoba

28 Februari 2014   02:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:23 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Narkoba seakan tidak ada habisnya untuk diberantas, upaya pihak terkait dalam hal membasmi memberantas narkoba tentu sangat sulit jika tidak ada kerjasama dari masyarakat dan pihak terkait. Sabtu 22 Februari 2014 bertempat di Mie Ceker Bandung Jakarta Timur, saya berkesempatan hadir memenuhi undangan dari Pak Thamrin Dahlan melalui Blogger Reporter Indonesia (BRID).

Diskusi dengan tema Anti Penyalahgunaan Narkoba,tentunya saya tergugah dengan tema yang diangkat pada saat itu, mengingat setiap hari melihat dan mendengar pemberitaan di televisi tentang maraknya narkoba yang tidak ada habisnya masuk dan merusak generasi anak bangsa. Perasaan geram dan gemas betapa tidak habis pikir kenapa mereka (Pecandu narkoba) tidak sayang sama diri sendiri, membiarkan tubuhnya rusak dicemari bahan adiktif masuk dan meracuni tubuh.

[caption id="attachment_314281" align="aligncenter" width="480" caption="Gun Gun Siswadi, M.Si | Direktur Diseminasi Informasi BNN"]

13935054131531562517
13935054131531562517
[/caption]

Benar saja, ketika saya mendengar presentasi yang disampaikan dari Bpk Gun Gun Siswadi , M.Si selaku Direktur Diseminasi Informasi Badan Narkotika Nasional (BNN), saya jadi tahu tentang data statistik pengguna narboka di Indonesia dan berbagai cara bagaimana barang tersebut bisa masuk dengan mudah lolos ke wilayah kita. Beragam cara mereka lakukan demi income yang menggiurkan meski taruhan nyawa sekalipun resiko yang mereka hadapi seperti contoh kecil ada yang menelan dalam jumlah banyak yang tertimbun dalam perut sehingga obat tersebut meledak dan merenggut nyawanya.

[caption id="attachment_314282" align="aligncenter" width="384" caption="Thamrin Dahlan"]

1393505599123069190
1393505599123069190
[/caption]

Melihat foto dari presentasi tersebut saya sampai tercengang, koq sampai segitunya ya kalau aku jangankan nimbun obat dalam tubuh, jika sakit saja saya paling tidak bisa dan susah makan obat, untuk menelan kapsul atau tablet dan jika harus meminumnya dipastikan melalui proses digerus dulu baru bisa meminumnya itupun selalu was-was karena obat setidaknya mengandung bahan kimia yang ada positif dan negatifnya buat tubuh apalagi ini narkoba (amit-amit) deh jangan sampai mendarat di tubuh saya.

Narkoba menurut saya adalah kasus tingkat kejahatan yang paling ekstrim, banyak korban jiwa melayang sia-sia karena barang haram tersebut, yang bikin miris dan tidak habis pikir Negara kita menjadi salah satu  pengguna narkoba terbesar didunia, yang saya herankan lagi katanya Negara kita Negara dalam segi perekonomiannya miskin tetapi kenapa untuk membeli barang haram bisa menembus level teratas hingga mengundang sindikat narkoba jaringan Internasional tentunya sangat tergiur untuk mengedarkan diwilayah kita. Salah satu contohnya adalah Negara Iran yang paling banyak menyelundupkan narkoba ke wilayah kita, betapa tidak sabu-sabu dari Iran harga jual di Indonesia bisa mencapai empat puluh kali lipat.

Data dari UNODC tahun 2012 ternyata 210 juta orang pengguna narkoba dan 200 orang setiap bulan meninggal karena narkoba, Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi dan tidak ada satupun yang bebas dari narkoba dan Provinsi DKI Jakarta paling banyak pengguna narkobanya yaitu sekitar 4,5% atau 500.000 orang berdasarkan hasil penelitian 2011. Semakin tinggi daya ekonomi dan semakin tinggi daya beli.

Mungkin inilah yang menyebabkan Provinsi DKI Jakarta menjadi paling banyak pengguna narkoba, gaya hidup atau lifestyle dengan seribu satu alasan untuk menghindari stress, sekedar iseng ikut-ikutan teman, beban pekerjaan yang berat dan lain sebagainya. Semua itu menurut saya tidak akan membantu memecahkan masalah justru sebaliknya, mungkin dengan menggunakan narkoba bisa lupa sesaat namun dampaknya masalah justru akan bertambah dan semakin rumit jika kita sudah menjadi pecandu narkoba.
Menurut data BNN pengguna narkoba rata-rata diatas umur 30 tahun karena berpenghasilan tetap. Pada tahun 2011 prevalensi penyalahgunaan 2,2% (3,8-4 juta) berumur 20-59 tahun dan 70% berada dikalangan pekerja.

Nah, sudah berapa banyak perekonomian kita yang sudah dirugikan oleh narkoba? Sampai kapan kita membiarkan Negara kita rusak karena generasi penerusnya banyak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba? Akankah kita membiarkan mereka jika kita mengetahui mereka memakai narkoba?

Demi sebuah kemanusiaan mari kita rangkul mereka yang memakai dan telah menjadi pecandu narkoba, sebetulnya mereka butuh perhatian khusus bukan untuk dijauhi atau dimusuhi,apalagi dijebloskan ke penjara. Pengguna itu ada baiknya dimasukkan ke tempat rehabilitasi untuk di bina dan di beri penyuluhan tentang dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba. Lihatlah kasus-kasus yang sudah-sudah atau yang masih berjalan, pelaku yang dijebloskan ke penjara masih tetap bisa memakai narkoba dengan cara apapun dan itu bukan solusi yang tepat untuk mereka sadar dan jera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun