Mohon tunggu...
Marsha Bremanda TR
Marsha Bremanda TR Mohon Tunggu... Lainnya - A learner, Dreamer, Achiever

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Find me on instagram @marshabremanda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Terima Kasih, Sampah!

24 Maret 2021   22:18 Diperbarui: 24 Maret 2021   22:26 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Sobat Kompasiana!

Apa yang pertama kali anda pikirkan ketika mendengar kata sampah? Apakah terbersit kata bau? Kotor? Jijik? Kuman?

Yup, sampah selalu identik dengan hal-hal yang kotor. Banyak orang yang menganggap sampah merupakan sesuatu yang tidak ada manfaat dan nilai nya. Sehingga persoalan mengenai sampah kerap dikesampingkan bahkan tidak jarang orang yang bersikap acuh tak acuh.

Banyaknya sampah yang berserakan di pinggir jalan, saluran air, pojokan tempat wisata dan lokasi lain mengindikasikan bahwa sampah masih menjadi hal yang kurang diperhatikan lebih oleh masyarakat. Padahal realitasnya, sampah yang berserakan ini sangat dekat dengan keseharian kita. dengan berserakannya sampah di lingkungan sekitar, tentu akan menimbulkan berbagai dampak seperti penyakit, bau tidak sedap, kumuh, dan lain sebagainya.

mediaindonesia
mediaindonesia

Jika kita menengok ke masa lalu, sampah belum menjadi masalah yang utama. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang masih belum banyak, produksi barang belum se massif sekarang, dan lain sebagainya. Namun ketika kita melihat kondisi sekarang, dimana pertumbuhan penduduk yang semakin melonjak, proses produksi barang secara besar-besaran, banyak muncul pabrik-pabrik yang tentu menghasilkan sampah sebagai limbah produksi. Hal tersebut jelas terjadi karena juga didorong oleh faktor modernisasi dan perkembangan teknologi yang membuat aktivitas manusia semakin meningkat.

Semakin beragam aktivitas manusia, beragam pula jenis sampah yang dihasilkan. Contoh nyatanya adalah sampah perumahan. Sampah perumahan merupakan sampah yang dihasilkan oleh penduduk setempat yang berasal dari sisa-sisa makanan dan sampah dapur. Seperti kulit buah, batang sayuran, ampas, dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan aktivitas manusia dan permasalahan sampah ini, tentu juga akan terhubung dengan perubahan baik dari segi sosial, ekonomi maupun budaya. Pun dengan komponen-komponen yang ada di masyarakat.

Persentase Jumlah Sampah di Indonesia

Persoalan mengenai sampah memang tidak ada habisnya. Selalu saja ada permasalahan baru terkait keberadaan sampah di sekitar kita. Ini menjadi salah satu PR besar bagi masyarakat Indonesia. Dilansir dari cnnindonesia.com dengan judul artikel "Riset: 24 Persen Sampah di Indonesia Masih Tak Terkelola," tertulis bahwa riset terbaru yang dilakukan oleh Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan bahwa sebanyak 24% sampah di Indonesia masih belum dikelola.

Hal tersebut menunjukan bahwa sekitar 65 juta ton sampah yang diproduksi di Indonesia setiap harinya, sekitar 15 juta ton nya menjadi perusak lingkungan karena tidak ditangani dengan baik. Selain itu juga mengotori ekosistem yang ada. Sedangkan untuk sampah yang didaur ulang memiliki prosentase 7% dan 69% sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dari laporan SWI juga mencatat bahwa jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah jenis sampah organik dengan total 60%, diikuti sampah plastik 14% dan sisanya sampah jenis lain.

gurupendidikan.co.id
gurupendidikan.co.id

Hadirnya Eco Enzyme Sebagai Solusi

Tingginya persentase angka sampah organik yang dihasilkan Indonesia, membuat beberapa orang tergerak untuk mengatasi permasalahan ini. Yup, sekelompok orang ini pada awalnya melihat ironi sampah organik, dalam hal ini sampah hasil dapur yang menumpuk begitu saja di sekitar pemukiman warga. Dengan gaya hidup yang tidak sehat ini, menyebabkan mereka resah dan khawatir jika terus-menerus tinggal dalam lingkup ruang seperti itu.

Merasa tidak nyaman dengan hal tersebut, terutama karena bau busuk yang tersebar kemana-mana, menjadikan sekelompok orang ini berpikir bagaimana caranya agar tumpukan sampah ini tidak menjadi sesuatu yang merugikan warga sekitar. Sampai akhirnya mereka menemukan inovasi yang digagas oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang mengolah sampah organik menjadi Eco Enzyme dengan segudang manfaat.

tzuchi.or.id
tzuchi.or.id

Berangkat dari inovasi yang dibuat oleh Dr. Rosukon, pada akhirnya menyebar ke berbagai daerah di dunia sehingga Eco Enzyme semakin dikenal dan dikembangkan. Indonesia menjadi salah satu negara yang turut memproduksi Eco Enzyme dengan tujuan mengurangi sampah organik (sampah hasil dapur) agar tidak menumpuk dan diolah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Sumber: Eco Enzyme
Sumber: Eco Enzyme

Hadirnya Eco Enzyme di Indonesia yang pada awalnya diproduksi oleh beberapa orang saja, kini sudah terbentuk menjadi sebuah kelompok besar yang memiliki nama "Komunitas Eco Enzyme Nusantara" atau biasa disingkat KEEN. KEEN menjadi wadah masyarakat yang memiliki keresahan yang sama yaitu banyaknya sampah organik yang ada sehingga mereka mencoba untuk mengolah sampah tersebut menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan bermanfaat. KEEN sampai saat ini sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan masing-masing daerah yang dipimpin oleh Leader.

KEEN Menjadi Agen Perubahan Sosial

Kehidupan masyarakat tentu selalu bergerak, berkembang dan berubah. Dinamika ini dapat terjadi baik dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berarti perubahan yang terjadi dimulai dari diri masyarakat itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan sekitarnya.

Perubahan sosial secara umum memiliki arti sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya tatanan dalam masyarakat. Perubahan tersebut dapat meliputi pola pikir, sikap, serta kehidupan sosial.

Kembali lagi ke topik awal, melihat realitas banyaknya sampah yang ada di Indonesia, terutama sampah organik, menjadikan masyarakat sadar bahwa mereka tidak bisa terus menerus hidup dalam lingkup tidak sehat seperti itu. Hal ini tercermin pada sekelompok orang yang tergabung dalam Komunitas Eco Enzyme Nusantara.

Mereka yang sadar akan hal itu kemudian mencoba bergerak, memikirkan solusi apa yang bisa memecahkan permasalahan sampah organik ini. Sampai pada akhirnya hadirlah KEEN yang memproduksi Eco Enzyme berbahan dasar sampah organik sehingga di satu sisi bisa menjadi produk yang bermanfaat, di sisi lain juga dapat mengurangi jumlah sampah organik yang ada. Dalam hal ini, KEEN hadir sebagai agen perubahan sosial.

KEEN mencoba mengubah sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, dalam hal ini masalah sampah, yang pada akhirnya mengubah keadaan di lingkungan tersebut. Dengan berkurangnya sampah organik yang ada di pemukiman warga, tentu keadaan lingkungan menjadi lebih nyaman. Tidak ada lagi bau busuk yang bertebaran di sekitar rumah. Selain itu, menjadi lebih sedap dipandang karena tidak ada lagi tumpukan sampah yang mengganggu. Hal yang paling utama dengan hadirnya KEEN dan Eco Enzyme ini adalah bumi kita menjadi pulih sedikit demi sedikit.

Kandungan yang dimuat dalam Eco Enzyme dapat membantu mengurangi polusi udara dan efek gas rumah kaca. Tentu hal ini menjadikan bumi kita lebih sehat lagi.

Teori Fungsionalis (Functionalist Theory) 

Perubahan sosial yang terjadi karena hadirnya KEEN dan Eco Enzyme tentu tidak lepas dari adanya hubungan antar unsur kebudayaan dalam masyarakat. Artinya adalah, perubahan yang dibuat ada campur tangan kedua belah pihak antara si agen perubahan dan si masyarakat. Dalam kasus ini, KEEN yang hadir langsung terjun ke masyarakat, mencoba mensosialisasikan manfaat dari produk Eco Enzyme ini. Lalu didorong dengan faktor keinginan masyarakat yang menginginkan perubahan lebih baik, dalam hal ini pada gaya hidup mereka, maka secara sadar masyarakat menerima dan menjalankan perubahan tersebut. Di sinilah terjadi proses perubahan sosial.

Perubahan sosial yang terjadi pada kasus ini dapat dianalisis menggunakan teori fungsionalis. Teori ini menyatakan apabila perubahan yang terjadi dalam masyarakat membawa manfaat, maka perubahan tersebut bersifat fungsional dan pada akhirnya diterima oleh masyarakat. Sedangkan apabila perubahan yang terjadi disfungsional atau tidak bermanfaat, tentu perubahan tersebut akan ditolak.

Jika kita telaah lebih dalam, KEEN membawa perubahan yang cukup signifikan dalam gaya hidup masyarakat. Sebelumnya, jika masyarakat masih suka memproduksi sampah organik terlalu banyak dan membuangnya begitu saja, maka hanya akan berakhir dengan jumlah sampah yang meningkat. Tidak hanya sampai situ, menumpuknya sampah menjadikan lingkungan kotor, bau, tidak sehat, dll. Masyarakat yang sadar akan hal itu tentu akan merasa tidak nyaman dan menginginkan perubahan. Perubahan inilah yang dimunculkan oleh KEEN sebagai agen perubahan sosial, dimana mereka mencoba mengubah sampah yang berserakan menjadi produk yang memiliki segudang manfaat.

Apa saja produk tersebut? Yup KEEN memproduksi Eco Enzyme dengan hasil akhir berupa cairan yang bisa dimanfaatkan untuk pembersih lantai, pembersih air, sabun cuci piring, shampo, deterjen, dll. Produk-produk inilah yang kemudian membuat masyarakat tertarik akan pemanfaatan pengolahan sampah organik karena pada dasarnya proses pembuatan yang mudah dan ternyata punya banyak manfaat.

Dari situ masyarakat sadar akan bagusnya Eco Enzyme dan menerima bahwa perubahan yang dihasilkan ini membawa banyak manfaat bagi kehidupan mereka. Disinilah teori fungsionalis bekerja.

Terimakasih, Sampah!

dlh.kulonprogokab.go.id
dlh.kulonprogokab.go.id

KEEN sadar akan hadirnya sampah organik yang ada, tidak hanya menjadi barang sepele, tetapi jika diolah dan dikembangkan akan berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pada intinya, kita sebagai manusia juga harus sadar akan produksi sampah yang kita hasilkan. Jangan semena-mena jika tidak mau berdampak buruk bagi diri sendiri dan semua orang.

Mari saling menjaga satu sama lain demi kehidupan yang lebih baik. Sekian, terimakasih!

Salam KEEN!

DAFTAR PUSTAKA

CNNIndonesia. (2018, April 25). Riset: 24 Persen Sampah di Indonesia Masih Tak Terkelola. Retrieved from cnnindonesia.com

Imron, M. (n.d.). Eco Enzyme. Retrieved from zerowaste.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun