Mohon tunggu...
Marsha Bremanda TR
Marsha Bremanda TR Mohon Tunggu... Lainnya - A learner, Dreamer, Achiever

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Find me on instagram @marshabremanda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Wibu, Si Pecinta Jepang yang Kerap Dipandang Sebelah Mata

23 Maret 2021   22:35 Diperbarui: 23 Maret 2021   23:09 2587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

majalah-hikmahbudhi.com
majalah-hikmahbudhi.com

Anggapan seperti itu miris sekali menurut saya. Menjadi wibu bukan berarti sampah masyarakat. Stigma dan persepsi yang ada terdengar menyedihkan. Padahal jika ditelaah lebih dalam, kegiatan yang dilakukan oleh wibu terkadang lebih banyak dan bermanfaat. Hanya saja karena mereka tidak pernah mengutarakannya ke orang luar, jadi banyak yang tidak tahu.

Mereka yang memiliki identitas sebagai wibu merasa adanya ketidaksetaraan dari kaum dominan. Ketidaksetaraan yang mereka dapatkan adalah ketika mereka berada di tengah masyarakat, contohnya sekolah, terkadang seseorang yang menjadi wibu sering dikucilkan bahkan dijauhi. Hal ini dikarenakan mereka menganggap wibu itu seseorang yang aneh, menjijikan, idiot dan lain sebagainya. Orang lain akan menganggap wibu tidak setara dengannya, dalam hal ini wibu tingkatannya lebih rendah karena mereka berbeda.

hipwee.com
hipwee.com

Oleh karena perbedaan ini terdapat politik identitas dari para wibu. Politik identitas disini berbicara mengenai persamaan dan perbedaan. Mereka yang memiliki perbedaan akan menjadi masalah, dalam hal ini para wibu. Yup, seperti yang sudah disinggung tadi wibu dianggap berbeda dengan orang lain karena mereka dianggap aneh dan tidak normal. Ada perbedaan apa yang kentara dengan para wibu ini? Mereka dikontestasikan sebagai seseorang yang aneh ini kemudian akan dikucilkan, dijauhi, bahkan tidak menutup kemungkinan dibully.

Sebenarnya, mereka yang menjadi wibu tidak semuanya sama seperti apa yang dikonotasikan. Mereka bahkan lebih unggul dari kita yang bukan wibu. Contohnya karena mereka suka menonton anime, tentu wawasan mereka tentang bahasa Jepang lebih banyak dari kita. Lalu tentang budaya dan tradisi di Jepang, sifat positif orang Jepang, terkadang mereka cenderung akan belajar dari sana.

Oleh karena itu, sejatinya kita sebagai manusia tidak boleh saling me-labelling orang lain hanya karena mereka berbeda dengan kita. Tentu sebagai masyarakat kita harus saling menghargai dan bersikap baik kepada sesama.

Sekian,terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA 

Kusindriani, N. (2020, Februari 11). 5 Website Nonton Anime Sub Indonesia Terbaik Sepanjang Masa. Retrieved from cekaja.com

Nugroho, P. A., & Hendrastomo, G. (2017). Anime Sebagai Budaya Populer (Studi Pada Komunitas Anime di Yogyakarta). Jurnal Pendidikan Sosiologi, 1-14.

Ryan, M., Ingram, B. dan Hanna Musiol (2010). Cultural Studies: A Practical Introduction. A John Wiley & Sons, Ltd., Publication

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun