Mohon tunggu...
Marsha Bremanda TR
Marsha Bremanda TR Mohon Tunggu... Lainnya - A learner, Dreamer, Achiever

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Find me on instagram @marshabremanda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ebeg, Perpaduan Ragam Seni Tari dan Atraksi Magis Kebanggaan Kaum Ngapak

19 Desember 2020   13:43 Diperbarui: 19 Desember 2020   14:27 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ebeg, merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di daerah Jawa Tengah, khususnya Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan sekitarnya. Kesenian Ebeg menjadi kesenian tradisional yang dipercaya sudah ada sejak zaman animisme dan dinamisme.

Dilansir dari kaskus.co.id,  kesenian Ebeg merupakan salah satu pertunjukkan khas yang menggabungkan antara tarian dan kekuatan magis. Hal ini ditunjukkan dari adanya gerakan tarian serta atraksi-atraksi magis yang menjadi daya tarik utama para penonton.

Hal istimewa dari kesenian Ebeg ini yaitu keorisinalan budaya mereka yang mana tidak ada sama sekali pengaruh dari budaya, tokoh, maupun agama lain. Bahkan, dalam lagu-lagu yang mengiringi pementasan lebih banyak menceritakan mengenai kehidupan masyarakat tradisional. Seperti pantun, wejangan hidup, maupun sejarah dari Ebeg itu sendiri.

Semua lagu yang digunakan untuk mengiringi Ebeg adalah bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak. Ngapak yaitu bahasa khas daerah Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan sekitarnya. Kaum ngapak berarti sekolompok penutur bahasa Jawa yang meliputi daerah tersebut. Pementasan Ebeg yang menggunakan bahasa ngapak sebagai musik pengiringnya memiliki arti tertentu yang merepresentasikan pikiran dan perasaan para penutur. Hal ini ditunjukkan dalam lagu yang sering dinyanyikan saat pentas Ebeg, yakni  Eling-Eling, Ricik-Ricik, Sekar Gadung, Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong, dan lain sebagainya.

Samovar (2017) mengatakan bahwa bahasa merupakan sistem simbol yang terorganisir baik secara verbal maupun nonverbal yang digunakan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka.

Dalam menyanyikan lagu untuk mengiringi pementasan Ebeg, logat ngapak akan terdengar dengan jelas dari nada bicara si penyanyi. Hal ini dikarenakan cara pengucapan, dialek dan logat yang khas daerah Banyumas dan Cilacap. Disebut ngapak karena orang Banyumas, Cilacap dan sekitarnya, ketika mengatakan huruf yang berakhiran "K" akan diucapkan dengan sangat jelas. Ini berbeda dengan dialek bahasa Jawa dari daerah Yogyakarta, Solo, maupun Jawa Timur. Setiap daerah memiliki variasi bahasanya masing-masing. Kemudian hal ini menjadi identitas regional bagi orang-orang Banyumas, Cilacap dan sekitarnya. 

Variasi bahasa yang muncul karena perbedaan tempat atau wilayah disebut dengan dialek regional (Wadhaugh dalam Santoso, 2016:47)

Asal Mula Nama Ebeg

Kata Ebeg sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu Ebleg. Ebleg adalah sebuah anyaman yang terbuat dari bambu. Orang zaman dulu biasanya menggunakan Ebleg sebagai pagar rumah atau oleh kaum ngapak biasa disebut "gedhek."

Kemudian kata Ebleg ini diubah menjadi Ebeg yang mana salah satu properti yang digunakan pemain adalah kuda lumping yang terbuat dari anyaman bambu.

Sejarah Ebeg

Sejarah kesenian Ebeg ini dulunya menggambarkan semangat latihan perang para prajurit berkuda yang melawan penjajah. Latihan perang ini yang kemudian dimodifikasi oleh para seniman untuk mengobarkan semangat perlawanan rakyat. Selain itu, kesenian ini menjadi simbol optimisme rakyat mengalahkan penjajah. Kegagahan para prajurit berkuda inilah yang ditunjukkan dengan atraksi-atraksi dan tarian dalam kesenian Ebeg.

Tarian dalam Kesenian Ebeg

Pada saat pementasan Ebeg, tarian dibagi sesuai dengan regu masing-masing yang terdiri dari dua kelompok dengan dua orang pemimpin. Masing-masing regu ini menggunakan kuda yang berbeda, yaitu kuda berwarna hitam atau merah, dan kuda putih. Masing-masing warna menunjukkan simbol identitasnya. Kuda berwarna hitam atau merah merepresentasikan pemimpin yang menuju kejahatan, sedangkan kuda berwarna putih merepresentasikan pemimpin yang menuju kebenaran sejati.

Identitas mengacu pada karakter khusus individu atau anggota suatu kelompok dan kategori sosial tertentu (Rummens dalam Santoso, 2006:44).

Saat momen-momen tertentu dalam tarian, kedua pemimpin akan saling bertemu dan berhadap-hadapan serta saling menggelengkan kepala. Gerakan  yang menggunakan simbol noverbal ini memiliki makna bahwa antara kebenaran dan kejahatan tidak akan pernah dapat bertemu, dalam hal ini rukun. Tentu, hal ini berhubungan dengan identitas karakter yang baru saja penulis katakan diatas.

Samovar (2017) mengatakan bahwa pesan-pesan nonverbal sebagian bertanggung jawab untuk membangun identitas diri anda.

Para pemain ini dibedakan lagi menjadi beberapa bagian, ada penunggang kuda lumping, barongan, dan dua pemain yang menggunakan topeng. Dalam kesenian Ebeg, barongan digambarkan sebagai wajah macam yang menggunakan kain panjang ke belakang.

Para pemain yang menggunakan topeng ini masing-masing memiliki panggilan, yaitu Penthul dan Tembem. Penthul ditunjukkan dengan topeng yang mempunyai hidung panjang, sedangkan Tembem ditunjukkan dengan wajah yang menyeramkan dan berwarna hitam. Penthul dan Tembem ini keduanya disebut dengan "Cepet."

wikiwand.com
wikiwand.com

nathionalgeographic.grid.id
nathionalgeographic.grid.id

Ritual yang diadakan sebelum para pemain mementaskan Ebeg adalah seluruh anggota termasuk penari akan dibawa oleh salah satu sesepuh mereka ke sebuah pemakaman orang besar. Biasanya mereka akan dibawa ke pemakaman orang-orang yang dulunya menjadi tokoh atau panutan di masyarakat setempat. Ritual yang diadakan ini bukan lain memiliki tujuan tertentu. Sesepuh dan para pemain meminta doa restu dari leluhur setempat guna meneruskan budaya daerahnya atau biasa disebut Sowan.

Ritual yang dilakukan ini menunjukkan identitas budaya setempat yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. Pada saat melakukan ritual, masing-masing anggota pemain  akan terlihat Identitas personal dan budayanya dari keterlibatan acara yang mereka lakukan.

Identitas budaya merupakan kesadaran dasar terhadap karakteristik khusus kelompok yang dimiliki seseorang dalam hal kebiasaan hidup, adat, bahasa dan nilai-nilai (Dorais dalam Santoso, 2006:45).

Atraksi Utama Ebeg

Bukan Ebeg namanya jika tidak ada hal mistisnya. Ebeg dikenal dengan atraksi mistis yang juga menjadi salah satu adegan dalam pementasan. Babak Janturan, menjadi adegan pamungkas pementasan yaitu ketika para pemain akan kerasukan dan melakukan atraksi-atraksi unik nan mistis. Dalam bahasa Banyumasan, atraksi ini disebut "Mendem" yang menjadi tanda bahwa para pemain sudah dirasuki mahkluk halus.  Bentuk atraksi mendem yang dilakukan biasanya para pemain akan memakan pecahan kaca, atau biasa disebut beling, lalu dedaunan yang belum matang, bahkan seekor ayam yang masih hidup. Tak hanya itu, para pemain juga akan bertingkah laku seperti ular maupun monyet. Seram bukan?

Mancode.id
Mancode.id

Adegan kerasukan ini dilakukan di sesi kedua yang dimulai dengan pembakaran kemenyan oleh para penimbul, sebutan untuk pawang penari Ebeg. Aroma kemenyan inilah yang dipercaya akan mengundang roh-roh halus sehingga para pemain akan kerasukan. Namun, tidak semua penari kesurupan, hanya beberapa saja.

Dalam adegan kerasukan ini, tidak hanya pemain Ebeg saja yang mengalami, tetapi penonton juga. Aksi kerasukan yang dialami oleh penonton tidak akan seseram yang dilakukan oleh para pemain. Penonton yang kerasukan hanya akan meminum-minuman keras yang seolah-olah terlihat kerusupan.

Adegan atraksi inilah yang membuat suasana pentas Ebeg menjadi semakin menegangkan dan seru. Inilah yang membedakan kesenian Ebeg dengan Kuda Lumping maupun Jathilan yang berasal dari daerah lain. Kesenian Ebeg terlihat lebih brutal, heboh dan kasar, sedangkan daerah lain cenderung lebih halus. Hal inilah yang menimbulkan kesan mistis dari pementasan Ebeg khas daerah Cilacap.

Tujuan dari adanya atraksi mistis yang dilakukan oleh para pemain dengan memakan hal tak lazim tersebut memiliki makna yang ingin disampaikan kepada para penonton. Dari adegan ini para pemain ingin menunjukkan bahwa para prajurit zaman dulu merupakan satria yang kuat. Tahan banting dari kerasnya penjajahan dan penyiksaan yang dilakukan oleh penjajah. Pada akhir atraksi, para pemain dan penonton akan disembuhkan oleh penimbul yang menjadi pawang pementasan.

Pementasan kesenian Ebeg ini akan mudah dijumpai saat ada acara-acara besar seperti awal sura (tahun baru Jawa), Sedekah Laut, Sedekah Bumi, hajatan penduduk, khitanan dan lain sebagainya. Pementasan ini digunakan sebagai acara hiburan bagi tamu undangan dan juga warga sekitar. Penontonnya pun juga beragam, mulai dari orang tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak kecil juga ikut menyaksikan pementasan kesenian ini. Hal ini jelas membuktikan bahwa minat terhadap kesenian Ebeg tinggi dan masih menjadi kebanggaan bagi kaum ngapak, yaitu Cilacap.

Semoga saja, kesenian Ebeg ini masih terus dilestarikan sehingga tidak punah bahkan hilang.

Salam wong Cilacap!

Daftar Pustaka

Anggara, T. (2020, Maret 6). Ebeg, Kesenian Asli Cilacap yang Disukai Semua Kalangan. Retrieved from kaskus.co.id: https://www.kaskus.co.id/thread/5e624f988d9b1734b53ab660/coc-regional--kesenian-ebeg-kesenian-asli-cilacap-yang-disukai-semua-kalangan/

Baik, A. (2019, Juli 29). Ebeg, Seni Kebanggan Kaum Ngapak. Retrieved from ilmubudaya.com: https://www.ilmubudaya.com/2019/07/ebeg-seni-kebanggaan-kaum-ngapak.html

Inggil. (2019, November 19). Mistisnya Pentas Ebeg di Banyumas. Retrieved from mancode.id: https://mancode.id/berita/mistisnya-pentas-ebeg-di-banyumas/

Samovar, L. A., Porter, R., & McDaniel. (2017). Communication Between Cultures (9 ed.). Cengage Learning US.

Santoso, B. (2006, September). Bahasa dan Identitas Budaya. Sabda, 1(1), 44-49.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun