Mohon tunggu...
Marsella Wahyu D.W.
Marsella Wahyu D.W. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis amatir yang ingin unjuk gigi

Mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dieng, Takhta Berselubung Halimun bagi Para Dewa

18 Maret 2021   16:25 Diperbarui: 18 Maret 2021   17:54 4079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://akasakaoutdoor.co.id/blogs/aks-journal/danau-telaga-warna-dan-misteri-gua-di-dalamnya

           

Sumber gambar: https://akasakaoutdoor.co.id/blogs/aks-journal/danau-telaga-warna-dan-misteri-gua-di-dalamnya
Sumber gambar: https://akasakaoutdoor.co.id/blogs/aks-journal/danau-telaga-warna-dan-misteri-gua-di-dalamnya
Gua-gua tersebut umumnya hanya berupa rongga di sebuah dinding batu yang ruangan di dalamnya tidak terlalu luas, ukuranya mungkin hanya sekitar 2mx2m. Di pintu masuk setiap gua terdapat sebuah arca yang khas, misalnya di pintu masuk Gua Semar terdapat arca Semar, sedangkan di pintu masuk Gua Sumur terdapat arca seorang wanita membawa gentong air berwarna emas. Masyarakat sekitar percaya bahwa setiap gua ini membawa berkah yang berbeda-beda, misalnya Gua Jaran dipercaya dapat menjadi sarana berdoa bagi orang-orang yang ingin mendapatkan keturunan, sedangkan Gua Sumur yang di dalamnya terdapat sumber mata air dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Terlepas dari kepercayaan  masyarakat sekitar mengenai berbagai khasiat dari gua-gua ini, ada baiknya jika kita tidak menganggap bahwa gua inilah yang berkhasiat melainkan hanya sebagai sarana untuk berdoa dan bertirakat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga apa yang menjadi doa dan keinginan kita dapat dikabulkan. 

Sumber gambar: https://akasakaoutdoor.co.id/blogs/aks-journal/danau-telaga-warna-dan-misteri-gua-di-dalamnya
Sumber gambar: https://akasakaoutdoor.co.id/blogs/aks-journal/danau-telaga-warna-dan-misteri-gua-di-dalamnya
Oleh karena gua-gua tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan dikeramatkan, ada himbauan bagi pengunjung perempuan untuk tidak masuk ke dalam gua apabila sedang dalam keadaan berhalangan (menstruasi). Selain itu, tidak semua gua bisa dimasuki secara langsung. Diketahui hanya Gua Jaran yang bisa langsung dimasuki karena pintu masuknya tidak terkunci, sedangkan gua-gua lainnya pintu masuknya terkunci sehingga apabila pengunjung ingin masuk harus menghubungi juru kuncinya terlebih dahulu.

Gua-gua di sekitar Telaga Warna ini sangat terkenal di tanah Jawa. Hal tersebut terbukti dengan fakta sejarah yang mengatakan bahwa presiden pertama RI yaitu Ir. Soekarno dan presiden kedua RI yaitu Soeharto beberapa kali mengunjungi tempat ini untuk menyepi. Saking terkenalnya gua ini di kalangan masyarakat Jawa, setiap bulan Suro dalam kalender Jawa, tempat ini ramai dikunjungi para peziarah yang hendak berdoa dan bertirakat. 

Setelah berkeliling dan membaca plakat-plakat berisi informasi mengenai sejarah gua-gua tersebut, saya dan kakak sepupu saya memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil melihat Telaga Pengilon yang terlihat secuil dari tempat tersebut. Tak lama setelah kami duduk, ponsel saya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Ketika saya jawab panggilan tersebut, ternyata Bapak saya yang menelepon, meminta saya dan kakak sepupu saya untuk segera kembali. Kami pun bergegas menuju pintu keluar dan beranjak ke destinasi wisata berikutnya.

Kembali Ke Masa Lalu, Melihat Sejarah Kejayaan Bangsa 

           

Sumber gambar: https://www.tribunnewswiki.com/2020/04/29/candi-arjuna
Sumber gambar: https://www.tribunnewswiki.com/2020/04/29/candi-arjuna
Kami melanjutkan perjalanan kami ke destinasi wisata berikutnya. Untuk destinasi kedua ini kami memutuskan untuk mengunjungi kompleks Candi Dieng dengan pertimbangan bahwa Bulik (adik perempuan dari ibu saya) sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan sejarah. Kami pun mulai berkendara menuju kompleks Candi Dieng. Perjalanan ini tidak memakan banyak waktu, hanya sekitar 10 menit dari kawasan Telaga Warna. 


Kawasan Candi Dieng berada di tengah perkebunan kentang masyarakat sekitar. Oleh karena itu, tak heran jika sering kali pengunjung berpapasan dengan petani yang mengangkut hasil panen atau menjumpai banyak pipa peralon yang digunakan untuk mengairi lahan perkebunan yang menjuntai di sepanjang jalan masuk. Bagi pengunjung yang menjumpai pipa peralon yang melintang dipermukaan jalan masuk atau di samping jalan masuk perlu diperhatikan untuk tidak menginjaknya karena jika diinjak dikhawatirkan pipa tersebut pecah dan mengganggu sistem pengairan lahan perkebunan serta airnya dapat membanjiri jalan masuk. Harga tiket masuk ke kawasan Candi Dieng adalah Rp 10.000 per orang dan biaya parkir sebesar Rp 5.000 untuk mobil dan Rp 2.000 untuk sepeda motor.

Setelah membayar tiket masuk kami berjalan menyusuri jalan yang terbuat dari semen cor yang diapit dengan berbagai tanaman berbunga, salah satunya kecubung. Tanaman kecubung memang sangat mudah tumbuh dan hidup di daerah yang sejuk sehingga di sepanjang jalan menuju kawasan wisata Dieng pengunjung dapat dengan mudah menjumpai tanaman yang bunganya berbentuk seperti terompet yang biasanya berwarna pink pucat. Sekadar memberi informasi, jangan sembarangan memetik atau menyentuh tanaman yang sangat menarik ini. Hal tersebut disebabkan semua bagian tanaman ini beracun yang dapat berefek memabukkan hingga membuat seseorang tidak sadarkan diri apabila nekat mengonsumsinya.

Kami berjalan sejauh kurang lebih 300 meter dari pintu masuk ke kompleks candi. Mendekati kompleks candi, kami disambut oleh beberapa petugas yang memberikan kain kepada kami untuk diikatkan di pinggang. Hal ini dilakukan karena bangunan candi merupakan bangunan yang sakral sehingga setiap pengunjung yang datang untuk berdoa atau hanya sekadar berwisata harus menutup auratnya. Oh ya, candi yang kami kunjungi kali ini adalah kompleks Candi Arjuna yang terdiri dari lima bangunan candi yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Kelima bangunan candi ini berdiri secara berdampingan di atas tanah seluas satu hektar.

Sumber gambar: https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/yang-tersisa-di-kompleks-candi-gatotkaca/
Sumber gambar: https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/yang-tersisa-di-kompleks-candi-gatotkaca/
Apabila pengunjung berjalan lebih jauh melewati kompleks Candi Arjuna, pengunjung akan menemukan kompleks candi berikutnya yaitu kompleks Candi Gatotkaca yang terdiri dari enam bangunan candi yaitu Candi Gatotkaca, Candi Setyaki, Candi Nakula, Candi Sadewa, Candi Petruk, dan Candi Gareng. Dari keenam candi yang terdapat dalam kompleks Candi Gatotkaca, hanya Candi Gatotkaca sendiri yang masih utuh, sisanya hanya berupa reruntuhan. Masih ada satu kompleks candi lagi yang dapat dikunjungi yaitu kompleks Candi Dwarawati yang terdiri dari empat candi yaitu Candi Dwarawati, Candi Abiyasa, Candi Pandu, dan Candi Margasari. Senasib dengan Candi Dwarawati, di kompleks Candi Setyaki ini hanya bangunan Candi Setyaki saja yang masih utuh, sisanya hanya berupa reruntuhannya saja.

 

Sumber gambar: https://www.kompasiana.com/nprih/5991e70702b52f6b4376bd02/candi-dwarawati-sendiri-menemani-petani-dieng?page=all
Sumber gambar: https://www.kompasiana.com/nprih/5991e70702b52f6b4376bd02/candi-dwarawati-sendiri-menemani-petani-dieng?page=all
Melansir dari tirto.id, kompleks Candi Dieng ini diperkirakan dibangun pada tahun 594-782 M pada masa kejayaan Kerajaan Kalingga oleh Wangsa Sanjaya. Namun hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti kebenarannya karena belum ada bukti sejarah secara tertulis yang mengatakan siapa pembuat bangunan-bangunan keagamaan ini. Satu-satunya bukti sejarah secara tertulis yang ditemukan di kawasan candi ini hanyalah sebuah prasasti beraksara jawa kuno berangka tahun 808 M yang menjadi salah satu prasasti tertua di Indonesia yang saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun