Mohon tunggu...
Marselina Marsan
Marselina Marsan Mohon Tunggu... Mahasiswi KPI UMJ Beasiswa 1000 Da'i BAMUIS BNI

Mahasiswi aktif Komunikasi dan penyiaran islam - Universitas Muhammadiyah Jakarta Penerima Program Beasiswa 1000 Da'i BAMUIS BNI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin Retak di Kampung Damai

1 Juni 2025   19:27 Diperbarui: 1 Juni 2025   19:27 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kampung kecil bernama Kampung Damai, hidup dua sahabat sejak kecil: Amir dan Hasan. Mereka selalu bermain, belajar, dan beribadah bersama. Namun seiring waktu, perbedaan sifat mulai terlihat. Amir tumbuh menjadi anak yang rajin dan tekun belajar agama, sementara Hasan lebih santai dan senang membantu orang tua di ladang.

Suatu hari, saat pengajian mingguan di masjid kampung, Amir berdiri memberi ceramah kecil di depan anak-anak. Ia berkata,
"Janganlah seperti orang yang malas belajar agama, hanya sibuk dengan dunia. Orang seperti itu tidak akan paham mana yang benar dan salah."

Semua anak melihat ke arah Hasan, karena mereka tahu Hasan yang dimaksud. Hasan menunduk malu, hatinya terasa tertusuk.

Setelah acara selesai, Hasan tidak lagi datang ke masjid. Ia mulai menjauh dari teman-teman, bahkan dari Amir sendiri.

Melihat perubahan itu, Ustaz Rahim, guru ngaji kampung, memanggil Amir.

"Amir," kata Ustaz lembut, "kamu tahu tentang larangan Allah dalam Al-Qur'an tentang menghina orang lain?"

Amir menggeleng pelan.

Ustaz Rahim lalu membuka Al-Qur'an dan membacakan:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, boleh jadi mereka yang direndahkan lebih baik dari mereka yang merendahkan..."(QS. Al-Hujurat: 11)

Amir terdiam. Ustaz melanjutkan,
"Ilmu adalah cahaya, tapi jika digunakan untuk merendahkan orang lain, cahaya itu justru bisa membakar. Hasan tidak salah karena membantu orang tuanya. Itu juga ibadah. Dan bisa jadi Allah lebih mencintainya karena keikhlasannya."

Keesokan harinya, Amir datang ke rumah Hasan. Ia meminta maaf dengan tulus. Hasan menerimanya dengan senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun