Mohon tunggu...
Marlianto
Marlianto Mohon Tunggu... Buruh - Apa...

Mencari titik akhir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Warisan Leluhur (Hal 11)

3 Desember 2019   20:35 Diperbarui: 3 Desember 2019   20:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tasyahmut bersaudara...!" bisik Runa Kamalini

Dewi Kembang mengangguk, "Mungkin mereka salah satu pemilik d'han yang dipilih. Aneh rasanya kalau bersusah payah ikut-ikutan di tim pemburu, hanya demi sebagian hadiah. Kekayaan keluarga ini hampir menyamai seorang pangeran."

"Jangan-jangan mereka pengundangnya."

Dewi Kembang mengangkat bahu, lalu melahap pisang bakar yang dituang madu dan ditaburi remah-remah kacang mede.

Tak berselang lama seorang laki-laki dan seorang perempuan menaiki lantai dua, berpakaian biru dan kuning, mereka memilih meja dekat jendela. Hampir beriringan dibelakang mereka, nampak sepasang pemuda pemudi, ke duanya berjubah putih dipadukan dengan warna jingga, menuju ke meja sisi selatan, saat akan duduk di kursi, tiba-tiba berhenti melangkah, mata mereka serempak memandang ke arah Dewi Kembang dan Runa Kamalini. Sorot mata si nona menyorot tajam menghunjam punggung Dewi Kembang.

Si pemuda buru-buru menggamit lengan si nona, sambil menggelengkan kepala, mencegahnya bila berniat mendatangi meja Dewi Kembang. Tapi si nona langsung menolaknya, raut wajahnya tegang memendam amarah, kemudian melangkah lebar menuju Dewi Kembang. Si pemuda hanya bisa menghembuskan nafas panjang, lalu mengikuti langkah si nona.

Dewi Kembang dan Runa Kamalini saat itu masih menikmati hidangan, merasa terkejut ketika tiba-tiba di samping mejanya telah berdiri seorang gadis berusia duapuluhan. Wajahnya cantik, berkulit hitam manis, tapi sedang menatap marah kearah Dewi Kembang.

"Siapakah nona, adakah yang bisa aku bantu?" tanya Dewi Kembang, setelah menghentikan makannya. Menoleh kearah si nona dan balas menatap lekat-lekat. Dia merasa akan timbul keributan. Otaknya berputar, mengingat-ingat dimanakah pernah bertemu dan kesalahan apa telah dia perbuat.

Si nona dengan berkacak pinggang, nampak semakin meradang, "Dewi Kembang, masih ingatkah kau, dengan laki-laki bernama Waras Hayampongah..?"

"Tidak..." kalem saja Dewi Kembang menjawab

Sikap Dewi Kembang sungguh menyepelekan si nona, suaranya bergetar,"Bukankah hingga kira-kira tiga tahun lalu, dirimu terkenal dengan sebutan si peternak kumbang madu, tentu kau masih ingat nama-nama lelaki yang pernah kau jadikan kumbang itu..?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun