Mohon tunggu...
Marlianto
Marlianto Mohon Tunggu... Buruh - Apa...

Mencari titik akhir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Warisan Leluhur (Hal 10)

30 November 2019   05:00 Diperbarui: 30 November 2019   05:05 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cat.1.3  Pemburu Bayaran

Bersamaan waktunya ketika Kapten Sen Umbun Kasawalan mematahkan segel surat yang diterima dari Sekretariat. Disaat itu juga, tampak dua wanita usia mendekati 30-an berjalan berdampingan memasuki Kedai Para Sahabat. Berhenti sebentar di ambang pintu, mengedarkan pandangan suasana di dalam kedai, disana sudah lebih dulu duduk duauluh pengunjung menyebar di enam meja berbeda sedang menikmati hidangan, sikapnya tidak pedulikan kedatangan mereka.

Cukup melirik sekilas, sudah tertanam diingatan dua wanita itu bagaimana rupa dan keadaan sepuluh orang itu. Kemudian kedua nya melangkah hendak ke lantai dua. Anak tangga menuju kesana berada ditengah-tengah ruangan kedai yang luas itu. Dan di undak-undakan itu dijaga dua orang pelayan berbaju hitam, seakan bertugas menyambut setiap pengunjung yang menuju ke lantai dua.

Salah seorang wanita yang berpakaian serba hitam dilapisi jubah putih, ikat kepala hitam, dipunggungnya tersoren pedang yang diujung tangkainya berhiaskan bunga teratai hitam, menyerahkan secarik kertas merah kecil berbentuk segitiga dan bergambar, kepada salah seorang pelayan.

"Selamat datang.." ucap si pelayan setelah meneliti kertas itu. Sambil sedikit membungkuk, dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Meja biasanya.." jawab wanita itu

 Mendapat jawaban itu, si pelayan menepi, memberi jalan kepada kedua wanita itu menaiki tangga.

"Kata sandi." bisik wanita berjubah putih kepada wanita satunya, yang mengenakan kain penutup kepala dan jubah bercorak bunga warna merah dan kuning. Tangan kirinya menenteng sebilah pedang bertahtakan berlian.

Sesampai di ujung tangga mereka berhenti melangkah, melihat meja di lantai dua yang jumlahnya puluhan itu masih kosong semua, belum ada satupun pengunjung.

"Apakah kita datang terlalu awal?" tanya wanita berjubah motif bunga.

"Entahlah...Ambakama juga belum terlihat batang hidungnya. Sepuluh orang dibawah itu, bukan pengunjung biasa. Apakah mereka juga diundang? Aku tak tahu. Sikap mereka penuh curiga, sangat waspada dan siaga. Sudah lama kita tidak terjun di keramaian ini. Sebagian banyak muka baru"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun