Mohon tunggu...
Marlianto
Marlianto Mohon Tunggu... Buruh - Apa...

Mencari titik akhir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Warisan Leluhur (Hal 8)

20 November 2019   22:20 Diperbarui: 20 November 2019   22:22 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dari atas punggung kuda, Letnan Sen Pattasoma Gitawilada melihat iring iringan Senapati Agung sudah melalui tikungan diujung jalan padang ilalang. Mula mula nampak adalah barisan depan yang dipenuhi para pengawal berkuda dari pasukan Gorasamaja, dengan berpakaian serba coklat, berjubah kelabu bergaris hitam disepanjang tepi jubahnya, dibagian belakang ada gambar seekor gajah hitam. Mereka berjumlah ratusan membawa umbul umbul, bendera dan panji panji berwarna kuning dengan gambar matahari bersinar merah. Lambang Senapati Agung.

Dibelakangnya menyusul lima puluh kereta yang masing masing ditarik empat ekor kuda. Senapati Agung menaiki kereta kuda yang paling besar, megah dan mewah, dengan dihiasi rupa rupa bunga. Pengamanan kereta kereta dilakukan sebelah menyebelah oleh ratusan pasukan berkuda dari Garda Adirajasa.

 Kemudian kelompok barisan berikutnya adalah puluhan pedati masing masing ditarik dua ekor kerbau, untuk mengangkut para pelayan, juru masak, tukang kebun, dan lainnya. Beberapa pedati juga diisi muatan berupa minuman didalam gentong gentong besar, bahan makan, buah buahan dan peralatan  lainnya.

Dibelakangnya puluhan pedati masing masing ditarik seeokor kerbau besar, dimuati ratusan ekor ayam, bebek dan burung dara yang dimasukan dalam keranjang keranjang besar dari bambu. Dibelakang pedati itu mengikuti berarak ratusan ekor domba, dan sapi. Dan sebagai buntutnya lagi lagi pasukan berseragam tunik warna jingga, ditutup mantel merah, yang dibagian belakangnya ada gambar harimau menerkam, ciri pasukan Garda Adirajasa. Jumlah manusia di arak-arakan ini bisa mencapai ribuan.

"Hendak kemanakah iring-iringan ini?" tanya si Letnan dari negeri padang pasir kepada Letnan Sen Gitawilada

"Ke gunung Kotekan, satu hari perjalanan. Melakukan upacara tradisi tahunan, perenungan di tepi telaga dibawah kerimbunan pohon sumber mata air. Ritual ini sebagai rasa terimakasih. Dilakukan selama tiga hari tiga malam. Kemudian ditutup dengan pembersihan diri atau bersuci, selama dua malam. Esoknya dilanjutkan acara berburu. Biasanya sasarannya rusa, babi hutan. Khusus harimau dilakukan hanya oleh Senapati Agung. Perburuan ini selama tiga hari. Sebagai penutup, kau boleh makan minum sepuasnya, berpesta sampai semua makanan dan minuman itu tak tersisa."   

Si Letnan dari padang pasir terkagum-kagum, "Di tempat kami, sebuah ritual belum pernah dilakukan semeriah ini".

Mendadak Letnan Sen Pattasoma Gitawilada mendesah sambil menggelengkan kepala. Perhatiannya tertuju kepada tiga penunggang kuda yang keluar dari barisan, meninggalkan iring iringan. Tiga penunggang kuda itu sudah sangat dikenalnya, mereka memacu menuju ke tempat  dia berada.

Setelah sampai, ke tiga penunggang berhenti tak jauh darinya, dua penunggang kuda bergerombol mengitarinya, menyapanya dengan diiringi derai tawa. Satu penunggang posisinya agak menjauh. Mereka adalah seorang pemuda dan dua gadis, semua seumuran dirinya. Mengenakan seragam yang sama, anggota pasukan Garda Adirajasa. Bahkan tanda pangkat, lencana tanda jasa dan medali penghargaan di syal kuning mereka, semuanya sama seperti miliknya.

"Sedang apa kau disini?" tanya si pemuda kepada Letnan Gitawilada, keduanya saling tersenyum. Si pemuda sempat memandang kereta Pangeran Dramboora, yang berhenti menjauh di pinggir jalan. Lalu mengawasi sekilas kepada pengawal pengawal Pangeran termasuk si Letnan dari padang pasir dan bocah perempuan yang juga sedang berdiri di tepi jalan. 

Letnan Sen Gitawilada tidak menjawab. Tatapan matanya sedang tertuju ke salah satu gadis, penunggang kuda, yang agak menjauh di belakang, pandangannya sedikit terhalang oleh si pemuda yang bersebelahan dengan seorang gadis lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun