Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi Psikopat

14 April 2021   14:24 Diperbarui: 14 April 2021   16:50 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PANDEMI PSIKOPAT

Oleh: Markus Fernando Siahaan

Dalam terminologi Psikoanalisis Freud, psikopat adalah orang yang ego-nya terlalu dikuasai oleh id, dan super-ego tidak ada wibawa atau pengaruhnya sama sekali terhadap ego. Id yang dimaksud adalah hal-hal yang mendasari personalitas seseorang seperti makanan, minuman, dan juga sex. Penderita psikopat mempunyai kecenderungan sikap egosentris yang tinggi, sehingga individu tersebut beranggapan bahwa dirinya adalah segalanya dan cenderung tidak peduli pada kehidupan diluar dirinya (Saefusin, 2020:41).

Dirgagunarsa menyatakan bahwa psikopat adalah pribadi yang mengalami hambatan dalam kejiwaan yang mengakibatkan seorang individu mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan norma-norma sosial yang ada di lingkungannya. Sementara itu Sarlito W. Sarwono menyatakan bahwa psikopat merupakan istilah yang digunakan untuk orang-orang yang secara kronik (terus-menerus) menunjukkan perilaku immoral dan anti sosial yang pada dasarnya disebabkan oleh kelainan kepribadian pada pribadi psikopat itu sendiri (Sarwono, 2018:265)

Kemajuan perkembangan zaman yang bahkan pada saat ini telah sampai pada masa postmodernisme agaknya telah ikut serta dalam meningkatkan pribadi psikopat dalam kehidupan masyarakat. Tidak pandang kasta juga usia, sifat psikopat kian merebak dari desa hingga kota. Kemudahan yang kian mengalir bagaikan air terjun yang jatuh bebas kerap dimanfaatkan dengan kelicikan untuk memuaskan nafsu semata.

Tanpa disadari saat ini bayi yang masih berusia balita pun sudah mengidap sikap psikopat. Mengapa tidak, jika kita lihat dan perhatikan, saat ini anak-anak hanya akan tenang jika mereka sudah memegang gawai yang diberikan orangtua mereka. Coba saja kita jauhkan gawai tersebut dari genggamannya, si anak sudah pasti menangis keras bagaikan disiksa oleh cubitan, tamparan, dan juga pukulan. Dan hal itu yang menyebabkan orangtua merasa tidak memiliki pilihan lain sehingga harus menenangkan si anak dengan memberikan gawai tersebut.

Sebenarnya ada banyak hal yang dapat dilakukan agar anak tidak "kecanduan" gawai sehingga membuatnya seolah-olah menjadi seorang psikopat gawai. Kreativitas dari orangtua harus bekerja aktif. Masa pertumbuhan anak terlebih usia dini tidak baik jika dipenuhi dengan ketergantungan akan gawai. Bermain dan berkarya sederhana sesuai dengan usianya adalah hal yang sangat diperlukan guna mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya.

Untuk usia remaja di zaman ini yang menjadikan mereka mendapat label psikopat adalah kecanduan mereka kepada sex yang tidak mengenal batas. Menonton video pornografi hingga terjun dalam dunia sex bebas sudah semakin marak. Komisi perlindungan anak juga sudah semakin kewalahan dalam menanganinya. Bukan hanya itu, komisi penanggulangan HIV/Aids juga menjadi salah satu pihak yang masih kesulitan dalam mengatasi hal ini.

Untuk kalangan dewasa menurut saya lebih unik. Coba kita lihat berita yang beredar akhir-akhir ini, para pejabat yang juga merupakan psikopat-psikopat handal. Ya, mereka yang ikut terjun dalam dunia perkorupsian. Mangambil bagian dari yang bukan hak milik mereka, tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikit pun. Padahal bukan karena mereka tidak punya, namun nafsu bodoh yang memenuhi otak mereka membuat rasa syukur jauh daripada mereka.

Pandemi psikopat telah menjamur. Harus segera dihentikan. Jika hal ini semakin merebak, bukan hanya psikopat secara pribadi yang terkena dampak, namun generasi muda, penerus bangsa, bahkan dunia ini pun akan ikut hancur. Kesadaran akan dimana dan bagaimana posisi masing-masing atas setiap pribadi, dan juga kesadaran akan posisi orang lain di sekitar kita adalah suatu pandangan utama untuk menghilangkan sikap prikopat dari dalam pribadi kita masing-masing.

Hingga saat ini belum ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan psikopat. Namun keluarga ideal bisa menciptakan suasana yang penuh kasih sayang, jauh dari kekerasan, dan menumbuhkan kondisi yang baik untuk kesehatan mental saat membesarkan anak. Menanamkan nilai moral yang tinggi hingga taat kepada peraturan adalah kunci dalam permasalahan ini. Peran dari orangtua sangatlah penting dalam membentuk karakter anak sejak dini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun