Tidak jarang kita mendengar bahwa gelap dan terang tidak akan pernah dapat bersatu. Ya, itu adalah fakta, sebab pada saat gelap meliputi lalu terang datang, maka sudah pasti ada zona untuk terang maupun untuk gelap, atau bahkan gelap akan hilang secara keseluruhan. Lalu bagaimana dengan menyelam untuk menyurga? Apakah mungkin menyelam yang nyatanya harus berada di dasar permukaan air bisa dilakukan secara bersama dengan menyurga yang secara logika sederhana dapat kita artikan berada di atas cakrawala?
Mungkin kita akan merasa asing dengan judul, sebab yang biasa kita dengar adalah "menyelam sambil minum air". Ya, suatu peribahasa yang berarti sembari mengerjakan pekerjaan yang satu, terselesaikan pula pekerjaan yang lain. Sungguh suatu kegiatan yang sangat positif, merealisasikan dua target atau lebih dalam satu waktu. Namun, kembali bertanya, apakah menyelam untuk menyurga itu kegiatan positif?
Jika berpikir sederhana, bisa saja kita berpendapat bahwa arti judul itu adalah menyelam, kemudian tenggelam, lalu masuk surga. Oh tentu tidak. Yang dimaksud dengan judul adalah merendahkan diri terlebih dahulu namun di dalam pernyataannya terdapat kalimat yang mampu menyombongkan diri. Sikap dan tindakan menyelam untuk menyurga ini acap kali terjadi diantara kaum muda. Namun tak jarang kaum orangtua juga melakukannya baik secara sadar maupun secara tak sadar.
"Maaf saya tidak tahu berlari" padahal dia sudah menjuarai lomba marathon tingkat kabupaten.
"Saya bodoh dan tidak tahu apa-apa" nyatanya dia sudah memenangkan olimpiade sains tingkat provinsi.
"Siapakah Tuhan?" ditanyakan oleh ahli teolog kepada seorang awam.
Pernyataan diatas adalah beberapa ungkapan yang sering disampaikan dalam menyelam untuk menyurga. Jika dalam bidang gaya bahasa, menyelam untuk menyurga bisa jadi masuk kategori majas litotes. Ya, litotes yang digunakan namun dalam fakta berbanding terbalik sungguh dapat dengan mudah membuat lawan bicara kesal dan akhirnya mengubah goodmood menjadi badmood.
Menyelam untuk menyurga juga merupakan bagian dari psy-trap. Psy-trap terbentuk dari dua kata, yaitu psy yang berarti psikologi dan trap yang berarti jebakan. Dengan demikian dapat disimpulkan, psy-trap berarti jebakan psikologi dimana sikap ini mampu mempengaruhi orang lain sehingga mental dan kejiwaannya terganggu. (Farhana: 2019).
Ada beberapa ciri orang yang menyelam untuk menyurga dalam kategori psy-trap yang sering ditemui di lingkungan masyarakat, terkhusus di tempat pendidikan, yaitu:
1. Apapun yang kita tanyakan padanya, jawabannya pasti tidak tahu, namun pada saat bertemu di lapangan secara otomatis jadi tahu.
2. Ditanya tugas jawabnya belum mengerjakan.