Mohon tunggu...
Markis Xido
Markis Xido Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

~Blogger~ ~Selalu Menyajikan Berita yang Bagus untuk kita renungkan~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Tantangan Pertanian Organik di Masa Depan

21 Desember 2023   14:20 Diperbarui: 21 Desember 2023   14:57 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buah Jeruk (Pixabay/Hans)

Jika dibandingkan lebih sehat mana hasil pertanian organik atau anorganik. Jawabannya sudah pasti organik karena tanaman budidaya yang menerapkan sistem organik tidak terpapar zat kimia berbahaya. Jadi hasil tani yang dikonsumsi tidak menyebakan penyakit berbahaya berbanding terbalik dengan anorganik, yang terkadang pemberian dosis zat kimia oleh petani melebihi batas yang ditentukan. Akibatnya, tidak hanya konsumen, petani beserta ekosistem di kawasan pertanian ikut terdampak penyakit berbahaya. Alasan inilah yang membuat harga produk petani organik lebih mahal dipasaran dan lebih diutamakan untuk diekspor.

Pertanian Organik Modalnya Lebih Sedikit

Pertanian organik tidak memakan banyak biaya. Hanya dibutuhkan bahan-bahan alam berupa kotoran hewan, dedaunan, dan jerami yang bisa diolah kembali menjadi kompos. Cara pembuatannya pun bisa dilakukan sendiri di rumah. Tidak seperti pupuk kimia sintetis yang cara pembuatannya dimonopoli oleh perusahaan. Sekalipun kompos harus dibeli, harganya tidak semahal pupuk kimia sintetis yang harganya terus meningkat setiap tahun. Dapat disimpulkan petani organik jauh lebih hemat.

Masalah yang Akan Dihadapi Petani Organik

Masa Panen yang Terlambat

Lambat panen telah menjadi masalah umum yang harus dihadapi petani organik di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Faktor-faktor yang menyebabkan terlambatnya fase panen dalam pertanian organik mencakup proses pembuatan kompos yang membutuhkan waktu lama serta asupan nutrisi yang tidak sebanyak pupuk kimia. Selain itu, penggunaan pestisida alami yang kurang efektif dibandingkan dengan pestisida kimia juga berpengaruh terhadap fase panen yang memakan waktu lebih lama pada pertanian organik. Semua faktor ini mendorong perlunya peningkatan waktu pada fase panen pertanian organik dibandingkan dengan pertanian konvensional, membutuhkan kesabaran dan ketekunan dari para petani untuk mencapai hasil panen yang optimal.

Kurang Dihargai Penduduk Lokal

Harga produk petani organik yang lebih mahal membuat penduduk lokal cenderung enggan membeli. Kurangnya edukasi masyarakat tentang kualitas hasil tani organik yang lebih sehat dan prosesnya yang lebih lama menyebabkan produk petani organik kurang diminati. Petani terpaksa membanting harga sesuai dengan harga pasar jika ingin produknya banyak dibeli masyarakat lokal. Sulit bagi petani jika kokoh menjual dengan harga wajar, banyak buah dan sayuran organik yang tersisa dari penjualan akan membusuk karena jarang ada yang membeli. Kebanyakan hanya orang kaya saja yang mau membeli produk petani organik dengan harga wajar.

Sertifikasi yang Rumit

Produk petani organik memang diprioritaskan untuk diekspor, namun sebelum diekspor harus dilakukan penyortiran agar kualitas produk dari segi kematangan dan kesegaran sesuai dengan syarat yang diberikan negara luar. Beberapa syarat spesifik seperti tidak boleh ada bercak-bercak, berat sesuai dengan yang ditentukan, dan warna tidak menunjukkan indikasi pembusukan menjadi syarat yang harus dipenuhi petani. Jika tidak, produk  akan dikembalikan dan petani harus memutar otak menjualnya kembali dengan harga murah kepada penduduk lokal.

Kurang Organisasi yang Menaungi

Petani organik perlu bergabung dengan organisasi untuk meningkatkan kualitas dan nilai jual produknya. Organisasi dapat memberikan pelatihan, pendampingan, dan akses ke pasar internasional. Namun, kurangnya minat petani beralih ke sistem organik menjadi alasan sedikitnya organisasi yang menaungi petani organik. Diperlukan peran pemerintah untuk membentuk organisasi dibawah kendali negara yang bernaung bersama petani organik.

Kurang Diperhatikan Pemerintah


Pertanian organik yang bisa lebih menguntungkan negara kerap tidak diperhatikan oknum pemerintah terkait. Harga hasil tani organik yang murah dan ketidaktahuan petani produk organiknya bisa diekspor menjadi bukti pemerintah tidak terlalu memperhatikan peluang pertanian organik. Padahal pemerintah bisa mengalokasikan dana dengan membentuk pasar yang lebih menguntungkan petani organik. Sayangnya, kebanyakan pihak pemerintah di bidang pertanian hanya survei mengecek dan berfoto saja dengan para petani.

Penutup

Artikel ini ditulis agar banyak pihak sadar bahaya produk pertanian yang proses perawatannya melibatkan bahan kimia dapat menyebabkan penyakit mematikan berbahaya. Selain itu, semua pihak harus mengetahui potensi pertanian organik yang lebih menguntungkan bila tantangan yang ditulis diatas mampu diatasi dengan strategi yang terstruktur dan transparan.

Sumber:

Buku berjudul "Bisnis pertanian organik di Indonesia peluang dan tantangan pada komoditas buah dan sayur" karya Dr. Sekar Wulan Prasetyaningtyas, S.Si., M.pd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun