DTPEDULI.ORG | GAZA -- Di tengah puing-puing dan deru serangan yang tak henti, berdiri tegak sebuah bangunan dua lantai dengan menara yang menjulang: Masjid Daarut Tauhiid (DT) Gaza. Tak sekadar rumah ibadah, masjid ini menjadi simbol solidaritas rakyat Indonesia dan pusat kegiatan kemanusiaan bagi warga Gaza yang dikepung derita.
Masjid DT Gaza dibangun oleh DT Peduli sebagai bentuk nyata kepedulian umat Islam Indonesia kepada saudara-saudara mereka di Palestina. Pembangunan dimulai pada 31 Juli 2015 dan diresmikan lima bulan kemudian, tepat pada 31 Desember 2015, oleh Pembina DT Peduli KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) bersama tokoh masyarakat Gaza.
Berdiri di atas tanah wakaf milik Departemen Agama Gaza dengan luas sekitar 243--248 meter persegi, masjid ini mampu menampung 450 hingga 500 jamaah. Lokasinya yang strategis di tengah pemukiman padat membuatnya menjadi tempat berlindung sekaligus pusat aktivitas masyarakat.
Masjid DT Gaza memiliki fungsi yang melampaui aktivitas keagamaan. Ia menjelma menjadi Baitul Qur'an dengan tujuh kelas aktif yang menampung sekitar 155 hingga 200 santri. Setiap ayat yang dihafal di tempat ini menjadi peneguh harapan di tengah situasi yang serba tak pasti.
Tak hanya itu, masjid ini juga menjadi markas bagi berbagai aksi sosial kemanusiaan. Di masa krisis yang semakin parah, Dapur Umum (Open Kitchen & Hot Meals) beroperasi di sekitar kompleks masjid. Pada 25--26 Juni 2025, lebih dari 1.100 jiwa dari 254 keluarga menerima distribusi makanan hangat dari lokasi ini.
Bantuan juga datang dalam bentuk pangan segar. Pada 1 Juli 2025, sekitar 350 keluarga menerima distribusi sayuran segar, termasuk molokhia, sayuran lokal yang kaya nutrisi, sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan warga sekitar.
Ancaman dan Keteguhan
Pada pekan ketiga Juli ini, bayang-bayang krisis semakin menebal. Warga di sekitar Masjid DT Gaza dipaksa mengosongkan rumah mereka karena lokasi tersebut dikabarkan menjadi target militer dan akan diambil alih oleh pihak Israel. Situasi ini menempatkan masjid, santri, serta tim kemanusiaan DT Peduli dalam kondisi darurat.
Salah satu sosok penting yang masih bertahan adalah Syekh Yasin, imam Masjid DT sekaligus Kepala Perwakilan DT Peduli Gaza. Meski keluarganya dan Ustadzah Wafa, salah satu relawan pengajar, sudah mengungsi, Syekh Yasin memilih tetap tinggal di rumahnya, tak jauh dari masjid.
Keputusan itu bukan tanpa risiko. Dalam serangan yang terjadi baru-baru ini di sekitar kantor DT Peduli dan Masjid DT, Syekh Yasin mengalami luka di bagian kepala akibat reruntuhan. Beberapa orang dilaporkan meninggal dalam kejadian tersebut.