Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

I Love You My Brother (Part 7)

6 Desember 2022   00:00 Diperbarui: 28 Februari 2024   10:10 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa jam berlalu, operasi selesai dan berjalan dengan lancar. Namun, perban yang ada di mataku belum bisa dibuka, harus menunggu beberapa saat lagi. Aku sudah tidak sabar melihat ayah, ibu dan kakak. Sudah lama aku tidak melihat mereka.

Pada akhirnya perban yang ada di mataku pun dibuka. Dokter menyuruhku membuka dengan perlahan mataku setelah perbannya dibuka. Pandangan mataku masih belum jelas, tapi aku bisa melihat orang-orang yang ada di depanku. Tidak seperti saatku benar-benar tidak bisa melihat, yang pandanganku semuanya gelap.

Aku menutup mata dan kembali membukanya, namun masih sama, tapi lebih baik dari yang sebelumnya. Sampai yang ketiga kalinya aku mencoba menutup mata dan membukanya, aku sudah bisa melihat dengan jelas orang-orang yang ada di depanku.

"Ayah! Ibu!" aku berkata dengan bahagia, lalu disambut dengan senyum bahagia mereka juga.

"Vita, akhirnya kamu bisa melihat ibu sama ayah lagi," ucap ibu yang juga sama bahagianya sepertiku. Tapi ada seseorang yang belum kulihat. Kakak? Di mana dia? Kenapa dia tidak ada di sini, sedangkan ayah ada di sini? Aku pun langsung menanyakannya pada ibu.

"Bu, kakak mana?"

Ibu tidak menjawabku, ia hanya memandangku sedih. Aku tidak mengerti mengapa ibu begitu. Aku kembali bertanya padanya, namun ibu tetap tidak menjawabku, ia malah menangis. Ada apa ini? Aku samakin tidak mengerti. Karena ibu tidak menjawabku, aku pun bertanya pada ayah.

"Yah, kakak mana? Kenapa ayah gak mengajak kakak? Katanya ayah sedang menemani kakak di rumah?"

Namun, lagi dan lagi pertanyaanku tidak dijawab. Sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa dengan kakak? Apa sakitnya semakin parah?

"Kakak ada, kok. Kamu mau lihat kakak?" Akhirnya ayah menjawab pertanyaanku.

"Iya, Yah, aku mau lihat kakak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun