Mohon tunggu...
Mariya Ismail
Mariya Ismail Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa pengarsip ingatan

mahasiswa tukang arsip ingatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Babak Pertama Kader Intelektual

1 Februari 2017   19:59 Diperbarui: 1 Februari 2017   20:39 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua belas januari bisa dibilang sebagai babak pertama kader intelektual memiliki kegiatan yang sangat edukatif. Kegiatan pertama adalah menuju lokasi SMK plus Nurul Ulum dan dilanjutkan berbagi kebahagiaan dan menikmati keindahan pantai payangan.

Barangkali apa yang saya rasakan tidaklah jauh berbeda dengan teman-teman kader intelektual yang lain, menunggu saat-saat keberangkatan beserta dosen pembimbing yang tak kalah antusias semangat untuk menemani kegiatan pertama ini.

Tibalah waktu dimana kader intelektual harus menuju bus kampus untuk memenuhi kuota tempat duduk di dalamnya, ada beberapa dosen yang terlebih dahulu ke TKP atau sekolah SMK plus Nurul ulum di desa kemuning sari lor 2, panti, jember untuk memastikan dimanakah sebenarnya lokasi yang akan kami kunjungi. Para kader telah siap menuju lokasi SMK plus Nurul Ulum, karena kegiatan ini adalah kegiatan pertama maka para kader sebelumya masih belum akrab dan menghafal setiap nama anggota, di dalam bus kampus dijadikan ajang guyon alias PDKT dalam artian saling megenal dengan masing-masing anggota kader intelektual, unjuk gigi dan berselfie ria tidak lupa dilakukan di dalam bus kampus, perjalanan menuju SMK plus Nurul Ulum dalam rangka sarasehan character building sangat memikat antuisias para kader dan menimbulkan rasa penasaran hingga kami sampai di lokasi.

SMK Nurul Ulum yang berlokasi di Desa Kemuning sari lor 2 adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat atas yang berada dibawah naungan pondok pesantren. Oleh karena masuk dalam lingkungan pesantren, pantas saja sebelum rencana pemberangkatan teman kader intelektual kaum hawa diperkenankan untuk memakai rok atau tidak bercelana.

Sambutan hangat kami dapatkan,setelah mengisi absen undangan kami masuk di dalam ruangan yang telah disiapkan beserta makanan ringan. Acara sarasehan pun berjalan dengan lancar, di awali sambutan-sambutan dari kepala sekolah SMK plus Nurul Ulum, yaitu bpk Mahrus sadiqin S.Pdi kemudian dilanjutkan oleh KH. Hanif abrur Rozak selaku pengasuh pondok pesantren, kemudian dilanjutkan launching kerja sama Bank BRI dengan pihak pesantren yang ditandai dengan pemberian cendramata baik dari sekolah SMK plus Nurul Ulum maupun pihak bank. Demikian juga Wakil Rektor I IAIN  jember selaku pembina intelectual Movement Comunity yang memberi seserahan dan cinderamata berupa seperangkat alat elektronik seperti komputer, printer dan kelengkapannya. dilanjutkan pemberian cendramata dari KH. Hanif abrur Razak kepada pembina IMC.

Sarasehan character building yang diisi oleh  bapak H. Nur sholikin membahas tentang “Bangsa Indonesia telah kehilangan jati diri” seperti halnya budaya gotong royong, tepo sliro, kesantunan dan toleransi yang mana nilai karakter Indonesia mulai luntur. Indonesia adalah negara hukum namun pada kenyataannya negara hukum hanya sebagai jargon saja, bentuk aplikasi keadilan hukum masih tajam kebawah dan tumpul ke atas. Hingga budaya-budaya yang tidak sesuai dengan undang-undang dan pancasila masih saja ada,seperti halnya korupsi dll.

Forum sarasehan berjalan dengan lancar, dan suasanapun tidak terlalu tegang karena bapak wakil rektor atau pembina IMC bisa memikat para siswa-siswi dan mahasiswa atau para kader intelktual nyambung dengan model penyampaian yang serius tapi santai dan berbumbu guyonan yang benar-benar konyol.

 Hingga akhirnya ada beberapa yang ingin dipertanyakan di sesi yang telah diberikan. Beberapa siswa/siswi SMK plus Nurul Ulum dan mahasiswa dari kader intelektual bertanya mengenai bagaimana cara mengatasi korupsi, kemudian dilanjutkan pertanyaan mengapa negara lebih memberikan perhatian dan melihat potensi kepada sekolah mewah, daripada memperhatikan kondisi dan potensi sekolah swasta yang miskin fasilitas., kemudian dilanjutkan pertanyaan dari perwakilan kami yaitu kader intelektual yang hadir karena adanya rasa penasaran, yang tertuju kepada kepala sekolah SMK Nurul Ulum mengapa SMK plus Nurul Ulum memilih jurusan Tata Busana dari pada yang lain?

Bapak Nur sholikin menjawab pertanyaan bahwa melawan korupsi adalah PR kita bersama, berawal dari kita untuk tidak mempertajam kesenjangan sosial. Untuk bentuk-bentuk korupsi yang seperti yang dipertanyakan ini memang perlu kesadaran dan kerjasama antara masyarakat maupun pemerintah untuk memberantas dan melawannya sehingga tidak ada lagi kesenjangan atas sekolah negeri dan swasta.

Bapak Mahrus pun mejawab pertanyaan rasa penasaran kami, mengapa SMK plus Nurul Ulum memilih jurusan Tata Busana yang mana satu-satunya jurusan yang ada di dalam SMK. Berdirinya SMK tersebut berawal dari tahun 2007 dan alasan memilih jurusan tersebut karena memiliki manfaat untuk banyak orang, peluang pekerjaanpun lumayan bisa diperhitungkan. Semua pertanyaan telah terjawab dan acara sarasehanpun, rasa penasaranpun selesai.

Selepas acara sarasehan character building kami melanjutkan kegiatan yang tak kalah menarik pula, yaitu bercengkrama dengan alam, dan membangun nuansa yang nyaman dengan membangun erat tali persaudaraan kader intelektual di pantai payangan dan bukit teluk love.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun