Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tebak Buah Manggis Ala Kaesang: Siapa "J" di Balik PSI?

27 September 2025   16:23 Diperbarui: 27 September 2025   16:23 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaesang Pangarep Ketua Umum PSI (Detik.com)

Dalam dunia politik Indonesia, humor seringkali lebih efektif daripada pidato panjang penuh retorika. Itulah yang kini dimainkan Kaesang Pangarep, Ketua Umum PSI yang juga kebetulan generasi Z tulen: cuek, nyeleneh, kadang terkesan asal bicara, tetapi justru itulah daya tariknya. Kini ia kembali bikin heboh dengan "sayembara" politik: siapa sosok "J" yang menjadi Ketua Dewan Pembina PSI?

Kaesang, dengan gaya khas Gen Z, menjual teka-teki ini layaknya konten TikTok: singkat, padat, penuh misteri. Ia memberi clue: "penguasa dan politikus." Tentu saja publik langsung menebak, J itu adalah Jokowi. Apalagi sang ayah memang sudah terang-terangan menyatakan dukungan penuh bagi PSI. Namun, sampai pengumuman pengurus resmi, sosok "J" ini tetap dibungkus rapi. Publik dibuat menduga-duga, media dipaksa menulis spekulasi, dan lawan politik pun dibiarkan gigit jari.

Seorang filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche, pernah berkata, "Manusia yang memiliki alasan untuk hidup, mampu menghadapi hampir semua bagaimana." Kaesang tampaknya paham betul bahwa dalam politik, punya "bagaimana" saja tidak cukup; harus ada show untuk menjaga eksistensi.

Baca juga: Menjual Jokowi

Komunikasi Politik Ala Gen Z

Publik sudah lama mengenal gaya komunikasi ala Kaesang yang khas generasi Z: santai, cuek, penuh isyarat nyeleneh, dan kadang lebih mirip penanda komunikasi generasi daring ketimbang pidato politik. Kalau politisi generasi X dan milenial gemar beretorika di panggung megah, Kaesang lebih nyaman melontarkan sindiran lewat meme atau pernyataan yang terkesan ogah-ogahan. Ia bicara seperti teman nongkrong, bukan seperti politisi. Inilah gaya komunikasi generasi Z: santai, egaliter, kadang sarkastis, sering memanfaatkan kehebohan media sosial.

Strategi ini terbukti efektif. Di era ketika perhatian publik lebih cepat berpindah dibandingkan durasi iklan YouTube, Kaesang berhasil "menyita" spotlight dengan cara sederhana: teka-teki. Tak perlu baliho besar, cukup satu inisial "J", dan publik pun ribut. Namun, gaya ini juga berisiko. Politik bukan sekadar konten viral. "Likes" di Instagram tidak selalu berbanding lurus dengan suara di bilik TPS. PSI harus waspada jangan sampai terjebak menjadi partai hiburan belaka, bukan partai perjuangan.

Tradisi Teka-Teki

Sebagai sebuah teka-teki, permainan ala Kaesang ini seolah dirancang bukan hanya untuk memancing rasa ingin tahu, tetapi juga untuk menunjukkan arah baru PSI. Sebelumnya, PSI memperkenalkan kompetisi pemilihan ketua umum lewat voting langsung, sebuah gimmick yang ingin menunjukkan diri sebagai partai modern, transparan, bahkan setara startup politik. Mereka juga memproklamirkan PSI sebagai partai terbuka dengan logo baru bergambar gajah---simbol kekuatan dan daya ingat.

Namun ironisnya, masyarakat justru lebih ingat teka-teki "J" daripada filosofi logo gajah itu sendiri. Ada pepatah Jawa, "Witing tresno jalaran soko kulino"---cinta tumbuh karena terbiasa. Jika rakyat hanya terbiasa disuguhi gimmick, jangan salahkan bila cinta mereka pada PSI pun hanya sebatas hiburan, bukan kesetiaan politik.

Untung dan Rugi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun