Dua puluh satu tahun sudah berlalu sejak Munir Said Thalib diracun arsenik di pesawat Garuda rute Jakarta--Amsterdam. Tapi sampai hari ini, kasusnya tetap menjadi lubang hitam hukum Indonesia: menyedot semua logika, menelan bukti, dan meninggalkan tanda tanya yang tak pernah dijawab.
Siapa Munir?Â
Ia bukan orang biasa. Pengacara, aktivis hak asasi manusia, pendiri Kontras, suara yang tak kenal takut melawan rezim otoriter. Dunia memberi penghargaan Right Livelihood Award tahun 2000 kepadanya. Tapi 7 September 2004, dunia pula yang mencatat kematiannya: tubuhnya keracunan arsenik tiga kali lipat dosis mematikan. Munir, mercusuar HAM Indonesia, dipadamkan di langit Rumania.
---
Kasus yang Kabur di Tengah Terangnya Bukti
Nama Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda, muncul sebagai pelaku. Ia "kebetulan" ada di pesawat, "kebetulan" menukar kursi dengan Munir, dan akhirnya terbukti meracuninya. Vonis pun naik turun: 14 tahun, lalu 20 tahun, kemudian bebas bersyarat, hingga akhirnya bebas murni 2018. Ironis, ia meninggal 2020 karena Covid-19, sementara misteri Munir tetap hidup.
Tapi Munir bukan hanya soal Pollycarpus. Ada nama Muchdi Purwopranjono, mantan Deputi BIN. Catatan telepon menunjukkan lebih dari 40 kali komunikasi dengan Pollycarpus, 15 di antaranya tepat di hari pembunuhan. Fakta ini sudah cukup membuat kening berkerut. Namun pengadilan memutuskan Muchdi bebas pada 2008.
Dan jangan lupa Laporan Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk Presiden SBY. Laporan itu diserahkan ke pemerintah, tapi entah menguap ke mana. Hilang? Tertelan arsip? Atau sengaja disembunyikan? Hingga kini, rakyat hanya diberi jawaban klise: "tidak tahu di mana."
---
Hukum yang Bisa Sulap
Ironisnya, bukti-bukti kasus ini sejelas matahari di tengah hari. Ada telepon, ada alibi, ada dugaan keterlibatan institusi. Tapi hukum kita justru lihai memainkan trik. Laporan hilang. Dalang bebas. Kasus berhenti.
Hukum di Indonesia seperti pesulap ulung: bisa membuat sesuatu yang nyata menghilang di depan mata. Sayangnya, sulap ini bukan hiburan, melainkan tragedi.