Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AS Ikut Serang Iran: Mengapa Dunia Selalu Pilih Jalan Perang?

22 Juni 2025   19:29 Diperbarui: 22 Juni 2025   19:29 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pusat Nuklir Iran (detik.com)


"Yang mati dalam perang mungkin sudah tenang. Tapi yang hidup terus memikul beban luka yang tak pernah benar-benar sembuh."

Dunia kembali bergolak. Ketika luka-luka perang di Ukraina belum sembuh, Palestina masih dihujani bom, dan rakyat di Gaza belum sempat bernapas lega, kini giliran Iran yang menjadi sasaran. Kali ini bukan cuma Israel yang terlibat. Amerika Serikat---negara superpower yang katanya pembela demokrasi---ikut menyerang.

Pertanyaannya sederhana, tapi berat: Kenapa dunia selalu mengandalkan perang?

Sejarah Dunia = Sejarah Perang

Sejak dulu, perang sudah jadi bagian dari sejarah umat manusia. Kita hafal nama-nama perang besar:

Perang Dunia I pecah karena konflik antar kerajaan Eropa.

Perang Dunia II dimulai oleh ambisi Hitler dan kehausan akan kekuasaan.

Perang Vietnam karena adu ideologi antara kapitalis dan komunis.

Perang Teluk karena rebutan minyak dan pengaruh di Timur Tengah.

Yang memutuskan perang selalu orang-orang di puncak kekuasaan. Tapi yang paling menderita? Rakyat biasa. Mereka kehilangan rumah, keluarga, masa depan---bahkan negara.

Perang, Kekuasaan, dan Ego

Kalau ditanya apa penyebab perang, jawabannya bisa banyak: agama, perbatasan, ekonomi, ideologi. Tapi ujung-ujungnya selalu soal kekuasaan.

Kekuasaan itu seperti kue yang ukurannya terbatas, tapi semua orang ingin potongan paling besar. Saat negosiasi buntu, saat ego terlalu tinggi, maka jalan pintasnya adalah: perang.

Dalam kasus Iran, konflik sebenarnya sudah lama membara. Ketegangan dengan Israel terus meningkat, terutama karena dugaan program nuklir Iran. Lalu Amerika Serikat, sebagai sahabat karib Israel, turun tangan. Bukannya meredakan, mereka justru ikut menyerang.

Apakah ini untuk membela keamanan? Atau justru menambah api dalam bara?

Dunia di Ambang Perang Besar?

Perlu dicatat: perang kali ini bukan sekadar konflik dua negara. Ini bisa jadi pemicu Perang Dunia III. Kenapa?

1. Iran punya sekutu kuat seperti Rusia dan Tiongkok. Kalau mereka ikut turun tangan, dunia bisa terbakar.

2. Israel punya senjata nuklir. Kalau senjata ini dipakai, skala kehancurannya tidak bisa dibayangkan.

3. Ekonomi global terancam, karena kawasan Timur Tengah adalah jantung energi dunia. Harga minyak naik, pasar goyang, krisis pangan bisa menyusul.

Dan yang bikin tambah rumit, semua ini terjadi di saat PBB terlihat tak berdaya. Lembaga yang dulu dibentuk untuk menjaga perdamaian, kini seperti kehilangan taring. Negara-negara besar lebih suka jalan sendiri, daripada duduk di meja perundingan.

Apa yang Harus Dilakukan?

1. Stop Normalisasi Kekerasan

Dunia perlu sadar: perang bukan hal yang biasa. Jangan terbiasa melihat ledakan dan korban sipil sebagai berita harian. Ini tragedi kemanusiaan, bukan tontonan.

2. Tekanan Internasional yang Kuat

Negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin harus bersuara lebih lantang. Indonesia, misalnya, bisa memimpin forum baru untuk mendorong diplomasi. Kalau PBB tak bisa jalan, kita buat jalan baru.

3. Gerakan Rakyat Dunia

Kita sebagai warga dunia harus mulai bicara. Kampanye damai, petisi, gerakan solidaritas lintas negara bisa jadi kekuatan moral. Dulu Vietnam bisa selamat karena protes dunia. Mengapa sekarang kita diam?

4. Reformasi Sistem Global

Hak veto lima negara besar di PBB sudah saatnya ditinjau ulang. Dunia tak boleh dikuasai segelintir negara. Demokrasi global harus nyata, bukan hanya jargon.

Di Mana Posisi Indonesia?

Sebagai negara dengan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia punya peluang besar untuk jadi penengah. Kita punya sejarah panjang dalam diplomasi damai---dari Konferensi Asia-Afrika hingga aktif dalam Gerakan Non-Blok.

Indonesia bisa:

Menjadi tuan rumah perundingan internasional baru.

Menyerukan penghentian agresi melalui forum regional seperti ASEAN.

Memobilisasi dukungan negara-negara yang ingin dunia damai, bukan dunia penuh bom.

Presiden, Menteri Luar Negeri, tokoh agama, aktivis---semua bisa memainkan peran. Dunia butuh suara moral. Indonesia bisa jadi itu.

Akhir Kata: Jalan Damai Selalu Ada

Mungkin benar kata filsuf Spanyol, George Santayana, "Hanya orang mati yang pernah melihat akhir dari perang." Tapi itu bukan alasan untuk menyerah.

Perang bukan satu-satunya cara menyelesaikan konflik. Kalau para pemimpin dunia punya cukup keberanian untuk tidak menuruti ego, kita semua masih punya harapan.

Damai itu bukan lemah. Damai itu bijaksana. Karena kekuatan sejati bukan pada seberapa besar bom yang kita punya, tapi seberapa dalam kita mencintai kehidupan.

"Peace is not absence of conflict, it is the ability to handle conflict by peaceful means." -- Ronald Reagan. 

---

Catatan Fakta:

[UN News, Juni 2025] AS dan Israel melakukan operasi gabungan di Iran.

[SIPRI] Tercatat ada 12.512 hulu ledak nuklir di dunia per 2024.

[World Bank] Dampak perang Ukraina-Palestina menyebabkan krisis harga pangan dan energi global.

[Kemenlu RI] Indonesia menyerukan gencatan senjata global dan solusi dua negara untuk Palestin.

---

Jika Anda lelah dengan berita perang, mari sebarkan narasi perdamaian. Dunia butuh lebih banyak suara seperti Anda.***MG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun