Sebagai Menteri Kebudayaan, Fadli Zon sedang memegang kuasa atas memori kolektif bangsa. Jika suara sekuat itu menyatakan "tidak ada bukti," maka bisa jadi dalam waktu dekat, peristiwa-peristiwa gelap seperti Mei 1998 akan hilang dari buku sejarah. Ini bukan hanya soal akademik. Ini soal kemanusiaan.
Sejarah yang adil harus memberi ruang kepada mereka yang disakiti. Sebab sejarah bukan milik penguasa, melainkan milik bangsa.
Akhir Kata: Tulis Sejarah dengan Nurani, Bukan Ambisi
Mengakui pemerkosaan massal Mei 1998 bukan tentang membenci masa lalu, melainkan agar bangsa ini tidak mengulang luka yang sama. Mengakui Ita Martadinata bukan tentang menghidupkan trauma, tapi tentang menghormati keberanian yang dibunuh dalam diam.
Jika bangsa ini ingin berdamai dengan masa lalu, maka langkah pertamanya adalah jujur pada luka sendiri.
"Sejarah akan menilai kita bukan dari seberapa banyak kita membangun, tetapi dari seberapa berani kita mengakui kesalahan."
--- Komnas Perempuan, 2002
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI