Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tepatkah Pendekatan "Tone Positif" Menurut Fadli Zon dalam Penulisan Ulang Sejarah?

7 Juni 2025   11:22 Diperbarui: 7 Juni 2025   11:22 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fadli Zon Menteri Kebudayaan (detik.com)

Sikap yang Diharapkan dari Fadli Zon

Sebagai Menteri Kebudayaan, Fadli Zon seharusnya bukan menjadi penjaga narasi kekuasaan, melainkan penjaga integritas sejarah. Ia harus menyadari bahwa kebudayaan tidak dibangun dari kebohongan, melainkan dari keberanian melihat diri sendiri---termasuk bagian-bagian tergelapnya.

Mendengarkan korban, mencatat kejahatan negara, dan menciptakan narasi yang adil adalah bagian dari tanggung jawab moralnya. Jika ia bersikeras pada "tone positif" sebagai semacam kosmetik sejarah, maka ia sedang mengkhianati etika dasar profesi sejarawan.

Kejujuran adalah Pilar Bangsa yang Kuat

Menulis sejarah bukan soal nyaman atau tidak. Ini adalah soal etika dan tanggung jawab. Bangsa yang besar bukanlah bangsa yang menutupi luka lamanya, melainkan yang berani mengobatinya dengan kebenaran.

Dalam hal ini, pendekatan "tone positif" bukan hanya keliru secara akademik, tapi juga membahayakan secara moral. Ia menyingkirkan suara korban, menutupi kejahatan, dan memperpanjang luka.

"Sejarah yang dipoles adalah sejarah yang tidak menyembuhkan," kata sejarawan Pramoedya Ananta Toer, yang juga menjadi korban Orde Baru.

Kini saatnya kita bertanya: Apakah kita ingin menyembuhkan, atau terus menyimpan borok di bawah karpet?***MG

Referensi:

  • Komnas HAM (2008). Laporan Penyelidikan Pelanggaran HAM Berat 1965-1966.
  • E.H. Carr (1961). What is History?
  • Yuval Noah Harari (2014). Sapiens: A Brief History of Humankind.
  • TRC Final Report, South Africa (1998).
  • Bundeszentrale fr politische Bildung (Federal Agency for Civic Education, Germany).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun