Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika Sipil Minta Tentara Turun Tangan: Tanda Krisis Kepercayaan atau Godaan Militerisme Baru?

12 Mei 2025   09:05 Diperbarui: 12 Mei 2025   10:20 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---

Lupa Akan Luka: Dwifungsi TNI dan Pelajaran Reformasi

Salah satu capaian besar Reformasi 1998 adalah dihapusnya dwifungsi ABRI---konsep yang memberi militer peran ganda: menjaga keamanan dan terlibat dalam pemerintahan sipil. Sejak Undang-Undang TNI No. 34 Tahun 2004 diberlakukan, tugas TNI telah ditegaskan hanya untuk pertahanan negara.

Namun dalam praktik, batas itu mulai kabur. Pelibatan TNI dalam program-program sipil kian jamak dan dilegalkan melalui perjanjian kerja sama (MoU) antar instansi. Bahkan dalam Program Strategis Nasional, TNI turut dilibatkan oleh kementerian terkait.

Tentu saja ini gejala mengkhawatirkan. Alih-alih memperkuat institusi sipil, kita malah kembali menyerahkan peran kepada militer. Ini kemunduran demokrasi.

---

Ketika Sipil Kehilangan Percaya Diri

Pertanyaannya, mengapa institusi sipil seperti kejaksaan atau tokoh politik justru yang meminta perlindungan atau pelibatan militer? Jawabannya bisa jadi karena krisis kapasitas, krisis integritas, atau krisis legitimasi.

Ketika hukum lemah dan aparat sipil rentan intimidasi, muncul hasrat untuk "dipagari" oleh kekuatan bersenjata. Namun solusi semacam ini hanya memperpanjang ketergantungan dan tidak menyelesaikan persoalan mendasar: reformasi kelembagaan, perbaikan sistem kerja, serta penguatan etika dan akuntabilitas.

Dalam hal ini sebagai masyarakat sipil,  kita harus membangun kepercayaan terhadap sistem sipil yang demokratis. Kalau terus bergantung pada militer, maka cita-cita supremasi sipil akan menjadi retorika kosong.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun