Selain duri pohon jeruk, biasa juga dipakai kulit bambu yang ditajamkan.
Pada saat merajah, ujung duri pohon jeruk itu dicelupkan pada "tinta" berbahan jelaga dan gula. Kemudian dengan berulangkali seniman tato menusukkan duri tersebut ke kulit mereka yang ditato sesuai motif yang diinginkan. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya proses tersebut. Jika motifnya rumit maka proses membuat tato bisa memakan waktu seharian.Â
Bekas tusukan duri jeruk tersebut bisa berakibat pada pembengkakan dan mengeluarkan darah. Akibat tidak adanya proses sterilisasi maka bisa saja setelah proses tato ini mengakibatkan demam satu sampai dua hari akibat infeksi luka yang terjadi.
sebab itulah salah satu alasan mengapa pemilik tato dianggap sebagai seorang pemberani justru karena proses rumit dan sakit ini.
Akhir kata
Dari paparan ini jelas sekali bagi suku Dayak, tato bukan sekedar seni apalagi kerjaan orang iseng.Â
Perubahan makna dan interpretasi tato yang sering dihubungkan dengan kejahatan dan hal kriminal menjadikan orang Dayak juga disalah mengerti bahkan dihakimi.
Bahkan sampai saat ini salah satu syarat untuk menjadi ASN atau TNI serta Polri tidak boleh bertato yang dipukul rata maknanya. Tentu dengan syarat ini ada banyak putra - putri Dayak yang mau menjaga tradisi menjadi terhambat karirnya.Â
Sudah sepatutnya hal seperti ini tidak kita inginkan. Biar bagaimanapun dengan melihat makna dan arti tato tersebut, Â sebenarnya tato Dayak juga hendaknya dijaga dan dilestarikan.Â
Seharusnya seni tato Dayak ini bisa menjadi salah satu budaya luhur yang harus dihargai dan diapresiasi.***MG
Sumber bacaan: