Pada akhir pemerintahannya, tahun 1998 banyak aktivis pemuda dan  mahasiswa yang diculik dan hilang. Sampai saat ini beberapa diantara mereka tidak diketahui entah di mana rimbanya.
Pada era Soeharto berkuasa, kemerdekaan mengemukakan pendapat yang seharusnya dijamin undang - undang pun diberangus. Pembredelan media masa adalah hantu yang sangat menakutkan. Jika media itu menerbitkan laporan atau opini yang dianggap melawan pemerintah, maka langsung ijin terbitnya dicabut. Tidak ada Dewan pers dan pengadilan untuk membawa kasus media.
Media - Media  yang dibredel jaman ORBA:
- Majalah Tempo
- Harian Abadi
- Harian Indonesia Raya
- Harian KAMI
- Harian Pedoman
- Harian Pemuda Indonesia
- Harian Sinar Harapan
- Harian The Jakarta Times
- Harian Wenang
- Majalah Ekspres
- Majalah Tempo
- Tabloid Detik
- Tabloid Monitor
Dalam hal ini Kompas selamat karena pintar menulis dengan makna di antara baris. Di mana yang dikritik merasa sakit tapi tidak bisa membuktikan bahwa itu adalah kritik.
Ideologi Soeharto tidak memungkinkan adanya pandangan lain.Â
Umat Islam yang adalah mayoritas di negeri ini ditekan. Saat itu simbol - simbol religiusitas dilarang, dengan alasan untuk menjaga Kebhinekaan.Â
Hampir tidak ada umat muslim yang memakai jilbab. Kalau ada yang memakai langsung dicap sebagai radikal. Peristiwa Tanjung Priok dan Talang Sari adalah peristiwa yang secara langsung ada hubungannya dengan penindasan ini.
Nah itu sebagian dari apa yang terjadi di era pemerintahan Soeharto. Kalau Jokowi adalah Soeharto maka:
Tidak akan ada suara oposisi di parlemen. Bahkan mungkin sudah lama tokoh - tokoh nya seperti Fadli Zon dan Fahri Hamzah tidak bisa bicara lagi ke media karena sudah pasti dibungkam.
Banyak media akan dicabut ijinnya karena memuat laporan dan opini yang mengkritisi pemerintah.Â
Tidak ada badan survey untuk memprediksi hasil pemilu karena sebelum hari pencoblosan pun, kita semua sudah tahu siapa yang akan menjadi Presiden.