Sabtu, 22 Maret 2025
Mi. 7:14-15,18-20; Luk. 15:1-3.11-32
Bacaan Injil liturgi hari ini berkisah tentang perumpamaan anak yang hilang. Beberapa ahli Kitab Suci, khususnya Injil Lukas, lebih cenderung memberi judul "Bapa yang Maharahim" atau "Bapa yang Baik Hati" dan lain sebagainya.
Intinya adalah mereka menganggap sosok Bapa sebagai tokoh sentral dalam kisah Injil tersebut. Sosok Bapa dalam teks tersebut Allah, yang penuh kasih dan rahmat, yang tanpa henti mengampuni orang-orang berdosa dan selalu menerima mereka yang bertobat dengan kasih yang tak terbatas.
Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan bagaimana bapa menyambut dan mengampuni anaknya. Ketika si anak meninggalkannya, sang bapa tetap menanti dengan penuh belas kasihan. Dan ketika si anak pulang dengan penuh penyesalan, sang bapa tidak marah atau pun menyalakannya, tetapi tetap menerima dan menyambutnya dengan penuh sukacita. Sukacita itu dirayakan dalam sebuah perjamuan makan bersama.
Kisah Injil tersebut menggambarkan tentang kasih Allah yang tak terbatas bagi orang yang bertobat. Kisah ini merupakan cerminan yang sempurna dari Allah yang Maharahim. Allah tidak pernah lelah untuk menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada manusia.
Meskipun sebagai anak kita telah seringkali mengkhianati dan meninggalkan rumah, Allah Bapa selalu tetap menerima dan mengampuni tanpa syarat.
Paus Fransiskus pernah mengatakan, "Allah tidak pernah lelah untuk mengampuni, justru kita (manusia) yang lelah meminta pengampunan dari Allah". Dari pihak Allah, Dia selalu menunggu dan menyambut kita kembali. Tidak peduli seberapa jauh kita pergi, seberapa besar kesalahan kita, kasih-Nya melampaui dosa kita.
Dari pihak kita? Inilah tugas kita untuk tidak pernah bosan kembali kepada Dia, tidak pernah lelah memohon pengampunan dari Dia.
Injil hari ini mengundang kita untuk menjadi seperti anak yang hilang itu, yang memberanikan diri kembali kepada Bapa. Sebab, Bapa selalu melihat hati orang yang ingin bertobat, yang ingin kembali dengan tulus. Bapa selalu membuka pintu pengampunan bagi kita. Kasih-Nya tidak terbatas, dan pengampunan-Nya tidak pernah habis.