Mohon tunggu...
Mario Amarya
Mario Amarya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Saya hobi menulis dan saat ini sedang mencari pekerjaan tetap yang berhubungin dengan menulis dan menerjemahkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apresiasi yang Setinggi-tingginya untuk Garuda Muda

30 April 2024   09:33 Diperbarui: 30 April 2024   09:42 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas U-23 harus terhenti di semifinal usai kalah 2-0 dari Uzbeskistan. Sumber: getty images (KARIM JAAFAR)

Langkah Timnas Indonesia U-23 harus terhenti di semifinal Piala Asia usai kalah 2-0 oleh Uzbekistan pada hari Senin, 29 April2024 waktu Qatar. Meski kalah di semifinal, namun perjuangan Garuda Muda masih belum berakhir dan akan melakoni laga perebutan juara ketiga melawan Irak Jumat malam tanggal 3 Mei 2024. Dan harapan untuk lolos ke Olimpiade Paris juga masih terbuka, jika Garuda Muda berhasil menjadi juara 3. Walaupun gagal di semifinal, namun perjuangan dan penampilan Arhan dkk tetap membuat bangga rakyat Indonesia dan sudah selayaknya mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Uzbekistan terus menggempur sepanjang pertandingan hingga membuat Garuda Muda kesulitan mengembangkan permainan

Proses gol kedua Uzbekistan yang merupaka gol bunuh diri Pratama Arhan. Sumber: getty images (KARIM JAAFAR)
Proses gol kedua Uzbekistan yang merupaka gol bunuh diri Pratama Arhan. Sumber: getty images (KARIM JAAFAR)

Sepanjang babak pertama Uzebkistan sudah tampil menyerang dan benar-benar mengurung rapat pertahanan mereka agar para pemain Garuda Muda tidak bisa menembus pertahanan Uzebkistan dan justru kesulitan mengembangkan permainan. Sementara itu, Ramadhan Sananta menjadi starter menggantikan Rafael Struick yang terkena akumulasi kartu saat melawan Korsel. Kehilangan Struick memang benar-benar membuat gaya bermain Timnas Indonesia benar-benar berbeda dan sangat kesulitan dalam melancarkan serangan. Alih-alih ingin menyerang, justru Uzbekistan yang selalu berhasil menembus pertahanan Indonesia dan terus menggempur. 

Beruntung, Rizky Ridho tampil cemerlang dan Ernando Ari yang begitu heroik melakukan penyelamatan. Sebenarnya, Indonesia bisa saja mendapatkan penalti setelah Witan terlihat dilanggar di depan kotak penalti Uzbekistan, namun VAR bereaksi dan menganggap bukan pelanggaran. Dan sebenarnya Garuda Muda bisa beberapa kali menembus pertahanan Uzbekistan, namun terlambat mengambil keputusan  masih menjadi 'penyakit' yang belum kunjung reda. Alhasil, skor 0-o bertahan hingga babak pertama usai. 


Di babak kedua, Uzbekistan, kembali mengambil alih penguasaan bola dan tetap terus menggempur pertahanan Indonesia. Kali ini, mistar dan tiang gawang yang membantu Ernando menyelamatkan gawang Indonesia dari kebobolan. Jarang mendapat peluang, asa Indonesia untuk mencetak gol terjadi di menit 63. Berawal dari sebuah umpan crossing, Ferrari memanfaatkan kemelut depan gawang dan menceploskan bola ke gawang Uzbekistan. Sialnya, setelah melakukan selebrasi, wasit dihubungi oleh pihak VAR untuk memeriksa ulang gol tersebut. 

Dan benar saja, alih-alih disahkan, justru gol Indonesia dianulir karena Sananta dianggap dalam posisi offside. Sungguh mengenaskan sekali di laga ini dirugikan 2 kali oleh keputusan VAR. Dan dari sinilah, mental para pemain Garuda Muda sudah mulai runtuh dan bermain agak menjurus kasar. Petaka bagi Indonesia, di menit 68 justru Uzbekistan berhasil mencetak gol pertama. Berawal dari serangan cepat, umpan silang dimanfaatkan dengan baik oleh Husain Nurchaev dengan langsung menyambar bola hingga membuat Ernando tidak bisa berkutik. Dan tentunya gol pertama Uzbekistan semakin membuat para pemain Indonesia tidak bisa lagi berbuat apa-apa, malah menjadi semakin lemas. Dan kondisi itu diperparah dengan kembalinya Uzbekistan mencetak gol kedua, hasil dari gol bunuh diri Pratama Arhan. 

Berawal dari peluang Uzebkistan yang membentur tiang gawang, Arhan yang berniat memuang bola justru malah masuk ke gawang sendiri. Lengkap sudah penderitaan Garuda Muda. Semakin lengkap lagi tatkala Rizky Ridho dikartu merah hasil dari check VAR karena dianggap menginjak 'bagian vital' pemain Uzbekistan. Dengan ini, timnas Indonesia tanpa Rizky Ridho di laga perebutan juara 3 nanti. Kebobolan dua gol dan minus satu pemain membuat para punggawa Garuda Muda semakin tak berdaya dan menunjukkan rasa kecewa mereka dengan bermain kasar. 

Tambahan waktu 16 menit pun juga tak mampu membuat para pemain Indonesia berusaha untuk memperkecil keunggulan dan bahkan menyamakan kedudukan. Uzebkistan yang justru semakin gencar menyerang Indonesia, namun mistar dan tiang kembali menyelamatkan gawang Indonesia. Tercatat, sudah 5-6 kali peluang Uzbekistan digagalkan oleh mistar dan tiang gawang. Andai peluang tersebut masuk semua, Garuda Muda sudah kalah telak 7-0. Skor 2-0 bertahan hingga waktu normal. Hasil ini membuat peluang Garuda Muda untuk lolos ke Olimpiade Paris masih terbuka, jika mereka mampu menjadi juara 3. Dan mereka akan melakoni laga tersebut pada Jumat malam melawan Irak. Meski kalah dan tersingkir, namun perjuangan pasukan STY tetap membanggakan dan patut mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya, karena sudah mampu memberikan prestasi dengan menjadi tim debutan Piala Asia U-23 yang mampu lolos ke semifinal. Tetap tegakkan kepalamu, Garuda Muda!

Terlepas dari kontroversi wasit dan VAR, gaya permainan memang beda kelas

Rizky Ridho yang mendapatkan kartu merah akibat pelanggaran keras terhadap pemain Uzbekistan. Sumber: getty images (KARIM JAAFAR)
Rizky Ridho yang mendapatkan kartu merah akibat pelanggaran keras terhadap pemain Uzbekistan. Sumber: getty images (KARIM JAAFAR)
Terlepas dari kinerja wasit dan staff VAR yang 3 kali merugikan Garuda Muda semalam, namun segi permainan timnas Indonesia U-23 memang masih jauh diatas timnas Uzbekistan. Kalah postur badan, strategi permainan, hingga build up serangan. Berkali-kali, pemain lokal seperti Sananta dan lainnya kalah berduel dengan para pemain Uzbekistan di udara maupun kecepatan. 

Selain itu, pressing super ketat yang diterapkan para pemain Uzbekistan membuat para pemain Indonesia 'mati kutu' dan kesulitan mengembangkan permainan dan bahkan kesulitan menembus pertahanan Uzbekistan. Beberapa kali juga para pemain Garuda Muda selalu salah passing dan terlihat panik. Kondisi seperti ini memang harus lebih diperbaiki lagi dan dibenahi. Para pemain Uzbekistan juga menggempur habis-habisan pertahanan Indonesia dari babak bertama hingga babak kedua sepanjang pertandingan. Namun, tercatat 6 peluang Uzbekistan digagalkan oleh tiang dan mistar gawang. 

Andai saja 2 komponen penting itu tidak berperan penting, Indonesia sudah dibantai dan kalah dengan skor 7-0. Meski begitu, Pratama Arhan dkk tidak terlalu buruk dalam bermain dan sudah menunjukkan perjuangan yang bagus. Sampai semifinal saja sudah bangga, sebuah prestasi yang luar biasa bagi timnas Indonesia era kepelatihan STY. Dan perjuangan Garuda Muda masih belum habis, masih ada perebutan tempat ketiga dan jika Indonesia berhasil juara 3, Nathan Tjoe-A-On dkk berhak lolos ke Olimpiade Paris 2024. 

Tegakkan kepalamu, Garuda Muda. Kalian sudah membuat bangga seluruh rakyat Indonesia. Perjuangan kalian layak mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya. Tetap fokus dan tetap semangat, masih ada harapan untuk menjadi juara 3 dan masih ada harapan untuk lolos ke Olimpiade. Salam Olahraga! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun