Â
Melalui layar Zoom yang membelah jarak dan waktu, Pak Yahya --- begitu beliau akrab disapa --- menciptakan ruang belajar yang bukan hanya mendidik, tetapi juga menghibur dan menyembuhkan. Setiap sesinya bukan sekadar transfer ilmu, melainkan perjalanan batin yang menyejukkan hati, serupa angin semilir yang menenangkan di tengah teriknya beban tugas dan kewajiban.
Lebih dari Sekadar Kuliah: Kelas sebagai Ruang Bahagia
Kehadiran Pak Yahya dalam perkuliahan menjadi oase yang dinanti ratusan mahasiswa PPG LPTK UIN KHAS Jember yang tersebar di penjuru negeri. Beliau tidak hanya menguasai materi dengan cemerlang, tetapi juga piawai merangkai kata-kata menjadi jembatan kasih antara ilmu dan hati.
Setiap pertemuan terasa seperti duduk bersama sahabat lama --- hangat, akrab, dan penuh makna. Interaksinya menggugah, candaannya menghidupkan suasana, dan setiap penjelasannya mengalir jernih seperti air pegunungan yang menyegarkan. Materi yang kompleks pun disampaikan dengan bahasa yang lembut dan mudah dicerna, seolah beliau sedang menyuapi jiwa-jiwa yang haus akan pengetahuan dan pencerahan.
"Kuliah sama Pak Yahya itu kayak lagi ngobrol sama teman, tapi ilmunya meresap ke hati," ungkap salah satu mahasiswa, dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.
Dalam keterbatasan sinyal dan kelelahan mata menatap layar, Pak Yahya menjadi lentera yang menerangi. Dengan fitur-fitur Zoom yang dimaksimalkan secara kreatif, beliau menghadirkan kelas yang penuh tawa, diskusi hidup, dan kebersamaan yang terasa nyata, meski terpisah ruang.
"Healing" Bersama dalam Doa yang Menyentuh Langit
Namun, kekuatan sejati Pak Yahya tidak hanya pada penyampaian materi, tetapi pada kemanusiaan yang beliau rawat dengan penuh cinta. Ia memahami bahwa setiap mahasiswa adalah pribadi yang memikul beban hidup, harapan keluarga, dan cita-cita yang menggunung. Maka, di setiap akhir sesi, beliau selalu menghadirkan waktu untuk hening --- sebuah ruang sunyi yang diisi doa dan harapan.
Beliau selalu mewajibkan mahasiswa punya dan menjaga wudhu disetiap pertemuan perkuliahannya dan sedia air minum untuk didoakan di sesi healing. Beliau memandu sesi itu dengan penuh kelembutan, mengajak mahasiswa dalam keadaan suci, mengheningkan cipta, lalu bersama-sama mengangkat doa yang mengalir dari hati ke langit. Doa yang bukan sekadar untuk kelancaran studi, tetapi juga untuk keteguhan dalam menghadapi hidup, kekuatan untuk mencintai profesi, dan keberkahan yang merangkul keluarga.