Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Tenda Pesta

13 Januari 2021   20:15 Diperbarui: 13 Januari 2021   20:23 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin apa yang terjadi pada malam itu masih tergambar jelas di kepalamu. Mungkin kau masih mengingat semua kejadian itu detik demi detik. Kau juga mungkin masih mengingat semua yang kita lakukan malam itu, jejak demi jejak, sentuhan demi sentuhan. Sama sepertiku, satu-satunya hal yang tidak pernah kita pikirkan adalah apa yang akan terjadi setelah malam itu berlalu.

***

Malam itu, aku bersama beberapa teman duduk melingkar di bawah tenda pesta. Para tamu undangan dan pengantin yang berbahagia sedang asyik menari dan berdansa mengikuti alunan musik. Kami sedang menikmati moke, ketika kau yang hari itu menjadi pelayan meja makan datang membawa semangkok sup.

Kau begitu cantik malam itu. Tubuhmu dibalut utan dan labu gete berwarna kuning. Rambut panjangmu kau ikat rapih, dengan beberapa helai sengaja kau selipkan di belakang telinga. Sungguh anggun. Menawan.

"Roy?" Kau tersenyum.

"Maya?" Kau mengulurkan tanganmu, meraih tanganku, sembari mengucapkan salam jumpa. Kupersilahkan kau duduk di sebelahku. Sudah lama sekali kita tidak bertemu.

Kita adalah teman lama yang dulu pernah saling memikat. Namun semenjak kau melanjutkan pendidikan di luar kota, hubungan kita menjadi renggang. Dan jarang bertemu.

Malam itu kita berjumpa lagi, menuntaskan rindu yang diam-diam masih tersimpan rapih dalam kenangan kita. Kita asyik bercerita sendiri. Bernostalgia tentang masa lampau. Kita kerap tertawa sendiri, seolah tenda pesta malam itu adalah milik kita. Hanya kita sendiri.

Kau tampak lebih cantik malam itu. Matamu tampak terbinar-binar. Kau menceritakan pengalamanmu di bangku kuliah dengan semangat. Suara kerasmu tampak berusaha mengimbangi bunyi musik. Masih sama seperti dulu.

"Minum? Satu gelas cukup." Aku menawarkan segelas moke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun