Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Diego Maradona: Legenda yang Berpulang di Ujung Tahun

30 Desember 2020   22:03 Diperbarui: 31 Desember 2020   07:39 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Diego Armando Maradona. Sumber: Agence France-Presse - Getty Images)

Victor Hugo Morales tampaknya mengalami 'orgasme' terbaik selama menjadi komentator sepakbola, dan Maradona-lah yang memberikannya. Dan kita pun menikmatinya, persis seperti apa yang Maradona katakan, "I'm a player who has given people joy, and that's enough for me."

Maradona tampaknya sudah ditakdirkan untuk hal luar biasa semacam itu. Ia mencetak dua gol (satu gol hasil kelicikan dan satunya buah kejeniusan), membalas kekalahan Argentina dalam perang (yang mengorbankan nyawa) melalui sepakbola, memakai nomor 10, mengapteni timnya, mengalahkan Jerman di final secara dramatis, dan menjadi jawara dunia di tanah Amerika Latin pada usia emasnya. Seperti dongeng!

Oleh sebagian pencinta bola, ia dipuja bak dewa, diagung-agungkan seperti raja. Sebelum Argentina dikenal karena memiliki seorang Paus, Argentina dikenal lebih dulu karena sosok Diego Maradona. Eksistensinya di lapangan hijau tidak saja menghibur, tetapi turut memberikan andil dalam sejarah sepakbola.

Majalah FourFourTwo Indonesia (Oktober 2010) menjuluki Maradona sebagai 'playmaker terhebat dari yang terhebat'. Tubuh mungil dan lingkar perut yang terus berkembang seiring perjalanannya kariernya tidak menjadi halangan baginya untuk beraksi di atas lapangan, sekalipun ia dikawal ketat oleh barisan pertahanan tim lawan.

Kemampuannya dalam mengkreasikan serangan menjadikannya sebagai playmaker yang sempurna, tidak saja secara fisik, tetapi juga secara teknik dan visi bermain. Tidak heran jika ia menerima banyak penghargaan atas sumbangsihnya dalam dunia sepakbola, diantaranya adalah cap tapak kaki dalam walk of fame abadi 'Golden Foot 2003' yang dipajang di Chinese Theatre, Los Angeles.

***

Di sisi lain, Maradona juga adalah 'simbol perlawanan'. Dendam Argentina terhadap Inggris dalam perang Malvinas ia tuntaskan melalui sepakbola, yang menandai rivalitas panjang antara kedua timnas tersebut dalam sejarah Piala Dunia. Namun yang paling mentereng, Maradona adalah simbol perlawanan rakyat Naples atas dominasi kota-kota di Italia Utara.

Bersama Napoli, sebuah tim 'kaum buruh' dari Italia Selatan, Maradona tampil meledak ibarat letusan gunung Vesuvius di Naples. Ia mengejutkan Italia dan Eropa, bahkan dunia dengan membawa Napoli menuju kejayaan dengan raihan scudetto dan beberapa gelar lainnya.

Nyalinya tidak pernah menciut meski harus berhadapan dengan nama-nama beken seperti Juventus dengan Platini-nya atau AC Milan dengan Gullit-Rijkaard-Van Basten. Itulah sebabnya, di Napoli, Maradona begitu dipuja. Spanduk-spanduk dengan gambar wajahnya dan tulisan Il Nostro Dio  sering mewarnai tribun penonton ketika Maradona tampil.

Apapun hasilnya di atas lapangan, Maradona telah memenangkan hati para pencinta sepakbola. Tak heran jika di Argentina dan Naples, menemukan mural dengan wajah Maradona sama mudahnya dengan menemukan kasus korupsi di Indonesia.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun