Mohon tunggu...
Marianus Krisanto Haukilo
Marianus Krisanto Haukilo Mohon Tunggu... Penulis - MARHAEN

Satyam Eva Jayate

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Napak Tilas 65 Tahun GMNI Mengabdi bagi Ibu Pertiwi

22 Maret 2019   23:20 Diperbarui: 23 Maret 2019   00:02 1943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo GMNI (Foto: gmni.or.id)

(Tulisan ini ditujukan sebagai refleksi bersama bagi seluruh anggota dan kader GMNI dalam memperingati Dies Natalis GMNI ke-65 tahun)

Oleh: Marianus Krisanto Haukilo
(Wakil Ketua Bidang Kaderisasi DPC GMNI Kupang)

Disadari maupun tidak, waktu terus berubah mengiringi derap langkah dan dinamika perjuangan para Marhaenis. Rumah bersama yang bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menginjak usianya yang ke- 65 tahun. Tentu ini bukanlah usia yang singkat. Lahirnya GMNI pada 23 Maret 1954 merupakan bukti rasa cinta para tokoh pendiri bangsa pada persatuan nasional. Gerakan Mahasiswa Merdeka, Gerakan Mahasiswa Marhaenis dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia sebagai organisasi yang menganut azas Marhaenisme ajaran Bung Karno memilih melakukan fusi menjadi satu, membentuk wadah baru dengan nama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pada Kongres I yang berlangsung di Surabaya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, kita patut mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kita sadar dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa melalui tuntunan Tuhan pula lah yang mampu menghantarkan GMNI hingga usianya yang ke-65 tahun ini.

"Dharma Eva Hato Hanti", kuat karena bersatu, bersatu karena kuat.
65 tahun telah berlalu meninggalkan rekam jejak yang tak terlupakan dalam bingkai perjuangan bersama merawat NKRI. Marhaenisme sebagai azas dan cara perjuangan yang progresif-revolusioner untuk mewujudkan sosialisme Indonesia, masih dipegang teguh oleh seluruh korps GMNI. Dibawah motto pejuang pemikir -- pemikir pejuang, setiap Kader GMNI senantiasa setia berjuang untuk memenuhi tujuan suci Proklamasi serta cita-cita nasional bangsa dan negara Indonesia yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945. Hingga hari ini, GMNI masih tetap konsisten menjaga Pancasila sebagai ideologi negara dan Sosialisme Indonesia sebagai tujuan akhir perjuangan nasional bangsa Indonesia. Sosok Bung Karno sebagai tokoh sentral gerakan terus menjiwai roh dan semangat perjuangan para kader GMNI. Ajaran dan pemikiran Bung Karno pula yang selalu menjadi dasar pijak dan metode berpikir bagi para Marhaenis dalam menentukan sikap dan mengambil tindakan menghadapi badai zaman yang selalu meniscayakan setiap persoalan bagi bangsa dan negara.

Pada hari ulang tahun (HUT) RI ke- 21 yakni 17 Agustus 1966, Presiden Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan rakyat Indonesia yang diberi judul "Never leave history", Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Pasang naik dan pasang surutnya gerakan dan perjuangan GMNI bersama rakyat harus tetap menjadi spirit bagi kader GMNI hari ini. Pengalaman pahit masa lalu yang pernah dialami oleh korps GMNI harus menjadi cambuk agar secara tegas menyatakan kepada publik bahwa GMNI tetap setia menjaga Pancasila sebagai ideologi negara, Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai rumah bersama dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan yang merpersatukan seluruh bangsa Indonesia. Berbagai stereotip yang disematkan kepada GMNI di rezim orde baru harus menjadi api yang terus menyulut semangat para kaum nasionalis dalam mungukuhkan komitmen dan konsistensinya sebagai organisasi yang berpaham kebangsaan serta memiliki tugas dan tanggungjawab sejarah dalam merawat persatuan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia.


Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan, dengan Marhaenisme sebagai azas dan cara perjuangannya, telah menyatukan tekad untuk berjuang bersama rakyat hingga terwujudnya masyarakat yang tata-tentram kerta raharja, yaitu masyarakat adil dan makmur tanpa exploitation de l'homme par l'homme dan exploitation de nation par nation. Ini bermakna bahwa tujuan perjuangan GMNI ialah terciptanya susunan masyarakat dan negara tanpa penindasan manusia atas manusia dan tanpa penindasan bangsa atas bangsa.

Bagi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), ideologi kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme apapun bentuknya tetap menjadi musuh bersama yang harus dilenyapkan dari tanah air Indonesia dalam bentuk perjuangan nasional secara gotong-royong. Kehadiran para kaum kapitalis dan imperialis di bumi pertiwi Indonesia dengan janji akan memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia hanyalah sebuah janji manis yang terselubung topeng penjajahan dan misi ingin mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia Indonesia. Karena watak dari kapitalis yang serakah (rakus) maka ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaan (pasar) adalah salah satu jalan untuk melipatgandakan modalnya (capital accumulation) yang tiada batas dan sebagai cara mencegah terjadinya peningkatan hasil produksi yang berlebihan (over production) karena tidak mampu diserap lagi oleh pasar di dalam negeri sendiri. Oleh karena itu, GMNI menjadi garda terdepan dan menjadi pelopor dalam mengorganisir kekuatan massa rakyat melawan segala bentuk neokapitalisme dan neoimperialisme termasuk kapitalisme oleh bangsa sendiri.

Proyeksi GMNI Masa Depan

Tantangan bagi GMNI tidak akan pernah berakhir. Tantangan selalu muncul pada setiap ruang dan waktu selaras dengan perkembangan peradaban manusia secara nasional maupun global. "Revolusimu Belum Selesai". Ungkapan Bung Karno inilah yang selalu menjadi dorongan bagi jiwa dan raga setiap insan nasionalis agar terus menggelorakan semangat perjuangan tanpa henti. Kalimat yang membakar roh perjuangan ini pula lah yang terus menghantarkan para kader GMNI untuk memberanikan diri menyelam lebih dalam ke bara apinya perjuangan bersama rakyat untuk menunaikan tugas suci revolusi.

Secara kuantitas, jumlah anggota dan kader GMNI di seluruh Nusantara telah mencapai jutaan. Namun tantangan internal maupun eksternal bagi bangsa dan negara pun selalu datang silih berganti dengan berbagai corak dan ciri khas yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun